Tuesday, March 27, 2012

KLUAK MEMBUAT KITA MABUK KEPAYANG

Kluak/Kepayang biasa dipakai sebagai salah satu bumbu dapur masakan Indonesia. Biji kluak ini dipakai untuk memberi warna coklat tua pada sayur berkuah (jw.brongkos, rawon) maupun sup konro dan juga bersifat mengentalkan dan menambah rasa gurih. Sebetulnya kluak mentah (yang belum diolah) mempunyai racun sianida dalam konsentrasi yang tinggi, biasanya racun kluak ini dipakai sebagai “warangan” pada mata anak panah suku-suku pedalaman dan bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk kepayang). Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.

Kepayang, kluwek, keluwek, keluak, atau kluak (Pangium edule Reinw. ex Blume; sukuAchariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacourtiaceae), orang Sunda menyebutnya picung ataupucung (begitu pula sebagian orang Jawa Tengah) dan di Toraja disebut pamarrasan. Orang Minangkabau menyebutnya kapayang, lapencuang, kapecong, dan simaung. Orang Lampung menyebutnya kayu tuba buah. Di Jawa dikenal dengan nama pakem. Di Sumatra Utara disebuthapesong. Sedangkan orang Bugis dan Bali menyebutnya dengan nama pangi. Orang Amerika menyebutnya football fruit karena bentuk buahnya yang mirip bola football ala Amerika.

Picung atau Kluak ini merupakan tanaman berbatang lurus yang tingginya mampu mencapai 40 meter dan berdiameter batang 2,5 meter. Percabangannya tidak terlalu rapat. Daunnya berbentuk jantung, dengan lebar 15 cm. dan panjang 20 cm. berwarna hijau gelap dan mengkilap di bagian atas, sementara bagian bawahnya agak keputihan dan sedikit berbulu. Daerah penyebarannya hampir mencakup seluruh Nusantara. Bisa tumbuh secara liar di daerah pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini mulai berbuah pada umur 15 tahun dan terjadi di awal musim hujan.

Bunga kepayang atau kluwek (Pangium edule) tumbuh di pucuk ranting, berwarna putih kehijauan, mirip dengan bunga pepaya. Buah kepayang berbentuk lonjong dengan bagian ujung dan pangkal meruncing, berukuran panjang 30 cm dan lebar 20 cm. Warna kulit buah cokelat, dengan permukaan agak berbulu.

Daging buah putih dan lunak. Biji kepayang bertempurung, berbentuk asimetris, dengan ukuran 3 – 4 cm. Tempurung biji bertekstur dengan warna cokelat kehitaman. Ketebalan tempurung antara 3 sd. 4 mm. dan sangat keras. Daging biji berwarna sangat putih.

Tanaman ini tumbuh di hutan hujan tropika basah dan merupakan tanaman asli yang tumbuh mulai dari Asia Tenggara hingga Pasifik Barat, termasuk di Indonesia. Kepayang yang merupakan anggota famili Flacourtiaceae mampu tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl

Klasifikasi
Kingdom:Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:Tracheobionta (Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Violales
Famili: Flacourtiaceae
Genus: Pangium
Spesies: Pangium edule

Di Banten dan Pariaman, biji picung digunakan untuk mengawetkan ikan. Caranya, biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Ikan laut yang baru ditangkap dibersihkan isi perutnya. Rongga perut diisi dengan cincangan biji picung. Umumnya ikan tersebut bertahan sampai dengan 6 hari.


Selain itu, wadah/keranjang ikan dapat juga ditaburi cincanganpicung. Untuk pengangkutan jauh terkadang memakai campuranpicung dan garam dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji picung atau biji picung saja.Selain sebagai pengawet ikan, kayu tanaman ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450-1000kg.m-3. Misalnya, kayunya dapat dipakai untuk batang korek api. Daunnya digunakan sebagai obat cacing dan bijinya sebagai antiseptik. Kulit kayu yang diremas-remas dan ditaburkan di atas air dapat mematikan ikan (tuba ikan) maupun udang. Di samping itu, inti biji yang digerus itu dapat juga digunakan untuk membersihkan kutu / caplak pada lembu tetapi hati-hati jangan sampai termakan oleh ternak pada saat dilakukan pengobatan karena mengandung asam sianida.

Khusus senyawa asam sianida dan tanin, kedua senyawa inilah yang mampu memberikan efek pengawetan terhadap ikan. Asam sianida biji picung ini sangat beracun. Oleh karena itu, agar tak melakukan proses pengawetan dihadapan ayam atau binatang ternak. Sebab bila asam sianida ini terhirup langsung hewan ternak bisa mengakibatkan kematian. Meskipun asam sianida biji picung sangat beracun, tetapi mudah dihilangkan karena sifatnya mudah larut dan menguap pada suhu 26 derajat C, sehingga aman sebagai pengawet ikan.

Ada pun cara menghilangkan asam sianida pada biji picung. Buah yang masak dan jatuh sendiri disimpan selama 10 – 14 hari sampai terlihat daging buahnya membusuk, lalu bijinya dipisahkan, dicuci, dan direbus cukup lama, dinginkan selanjutnya ditumpuk dalam lubang di luar rumah. Setelah itu, tutupi dengan daun pisang dan tanah. Biarkan biji terkubur selama 40 hari. Setelah itu, keluarkan dan bersihkan. Akan diperoleh biji dengan isi warna cokelat, berlemak, licin, dan siap dijual ke pasar dengan nama kluwak.

Selain asam sianida, beberapa kandungan kimia lainnya yang terdapat pada buah kepayang (Pangium edule) antara lain vitamin C, ion besi, betakaroten, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin.

baca hasil penelitian klik di sini
sumber foto: http://alamendah.wordpress.com dan http://justtryandtaste.blogspot.com

Tuesday, March 20, 2012

TOMCAT SI SEMUT KAYAP

Berita serangan Tomcat begitu gencar bagaikan serangan musuh dengan pesawat F14 Tomcat. Serangga Tomcat (disebut pula Rove Beetle, dibaca "Kumbang Rove" atau "Paederus littoralis") atau lebih dikenali juga dengan nama daerah Semut Semai, Semut Kayap atau Charlie di Indonesia, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae), terutama dibedakan oleh panjang pendeknya penutup pelindung sayap ("sayap berlapis") yang meninggalkan lebih dari setengah dari perut mereka terbuka. Menurut sumber Wikipedia (http://id.wikipedia.org) serangga ini mempunyai lebih dari 46.000 spesies dalam ribuan generasi, kelompok ini adalah keluarga kedua terbesar kumbang setelah Curculionidae (kumbang sebenarnya). Ini adalah kelompok kuno, dengan fosil serangga tomcat diketahui dari Jaman Triassic atau pemusnahan Mahluk Hidup di Bumi, 200 juta tahun lalu.

Korban serangan tomcat mengalami dermatitis, kulitnya seperti memanas bahkan melepuh, mengeluarkan cairan, dan merasa gatal, seperti gejala orang terkena penyakit Dompo/Herpes. Sebetulnya serangga ini tidak akan menyerang manusia selama tidak diganggu dan serangga tersebut hanya akan mengeluarkan racunnya bila merasa terancam. Ciri-ciri serangga ini adalah memiliki kepala warna hitam, dada dan perut berwarna oranye, dan sayap kebiruan. Warna mencolok berfungsi sebagai peringatan bagi predatornya, bahwa serangga ini punya racun. Ukurannya sekitar 7-10 mm,tetapi Tomcat sebetulnya sahabat petani yang bermanfaat mengendalikan musuh alami yaitu hama wereng.

Kenapa Tomcat masuk ke pedesaan?

Biasanya Tomcat menjelang musim panen, populasinya akan meningkat dan serangga ini aktif di malam hari. Sebagai serangga yang aktif di malam hari, biasanya juga akan tertarik pada sumber cahaya lampu di komplek-komplek pemukiman warga. Sudah menjadi hal rutin setiap setahun sekali Tomcat mendatangi pemukiman sesuai pola hidupnya yang selalu aktif bergerak pada malam hari untuk mencari mangsa ataupun mencari pasangan.

Tips jika terkena serangan tomcat
1.Untuk menghindari Tomcat, masuk ke dalam rumah dengan menutup pintu dan jendela serta kurangi pencahayaan di rumah agar Tomcat tidak tertarik masuk;
2.Jangan Tomcat mengenai kulit jangan memencet, sebaiknya dikibaskan saja;
3.Segeralah bilas bagian tubuh yang terkena racun Tomcat;
4.Dan kalau perlu ke dokter untuk meminta obat guna menangkal racunnya, terutama jika sudah terkena.

Kulit manusia yang terkena partikel dari serangga Tomcat dapat mengalami reaksi mulai dari yang ringan sampai parah. Partikel yang terdapat pada serangga jenis Kumbang Rove ini merupakan sejenis protein atau bahan racun biologis asing bagi kulit. Bagi kebanyakan orang, partikel ini dapat menimbulkan dermatitis, tetapi ada juga ada yang kebal. Untuk reaksi yang ringan, partikel kumbang ini hanya akan menyebabkan peradangan ringan di sekitar kulit. Pada tahap ini, pengobatan biasanya dapat dilakukan dengan pemberian antiradang yang dioleskan.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia
Filum:Arthropoda
Kelas:Insecta
Ordo:Coleoptera
Upaordo:Polyphaga
Infraordo:Staphyliniformia
Superfamili:Staphylinoidea
Famili:Staphylinidae
Upafamili:Paederinae
(Fleming, 1821)
Tetapi untuk reaksi yang berat, pengobatan akan lebih kompleks. Partikel bisa saja masuk ke aliran darah, sehingga peradangan kulit menyebar luas menyebabkan kulit merah, bengkak dan melepuh. Infeksi dapat menyertai apabila bersama partikel terkandung bakteri ditandai dengan gelembung mengandung nanah yang timbul beberapa hari kemudian. Pada tahap ini penanganan korban tidak bisa hanya melalui pengobatan dengan obat luar tetapi harus sistemik (diminum atau suntik), selain obat antiradang, tetapi juga diperlukan antiinfeksi.

Walaupun gejala serangan Tomcat mirip dengan gejala Herpes namun tidak sama. Jika kulit terkena racun Serangga Tomcat segeralah dicuci menggunakan sabun, jangan dikasih odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon, karena hasilnya akan memperparah. Kulit yang terkena toksin Tomcat akan merah meradang mirip herpes tapi tidak sama. Pengobatannya menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 x sehari atau salep Acyclovir 5%.

Sumber: berbagai sumber

POHON JANGKANG (KEPUH)

Jangkang (Kepuh) merupakan salah satu pohon selain kelapa; singkong; jarak pagar; kelapa sawit; ubi jalar; bunga matahari; nyamplung; ganyong; dan banyak lagi komoditas tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biofuel. Walaupun sudah terdapat beberapa penelitian tentang itu, namun dukungan infrastruktur dan marketing dari pemerintah agar biofuel-biofuel ini menjadi sumber energy alternative belum kelihatan. Mungkin karena harga BBM masih terbeli walaupun mahal dan pengadaan biofuel secara industry masih dirasa belum mempunyai nilai ekonomis.

Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara optimal karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya. Budidaya Pohon Kepuh secara masif dan terencana memang belum ada yang melakukan, pohon ini sering dijumpai di tempat-tempat wingit nan sakral seperti kuburan (makam), punden atau daerah – daerah yang angker, sehingga masyarakat mengenalnya sebagai tanaman keramat. Struktur pohon maupun buah Jangkang yang besar telah member kesan magis, sehingga tidak hanya manusia yang mengganggap sebagai pohon angker namun para “Gendruwo dan Kuntilanak” pun banyak yang menyukainya sebagai tempat tinggal. Pada waktu penulis kecil, biji Jangkang sering dimainkan seperti gangsing, caranya dengan memangkas sedikit pangkal biji kemudian isi dalam cangkang dikeluarkan. Sedangkan cara memainkan dengan menjempit biji Jangkang yang telah bolong tadi dengan ibu jari dan sepotong kaca, kemudian dipencet sehingga biji Jangkang tadi terlempar dan berpusing seperti gangsing. Biji Jangkang yang bolong tadi juga dapat digunakan sebagai peluit dengan cara menempelkan biji tersebut ke bibir kita lalu ditiup.

Kepuh dapat tumbuh dengan cepat dan merupakan spesies yang setiap bagian organ tubuhnya banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pohon yang besar sering menggugurkan daun, biji berumah-dua, dapat tumbuh hingga setinggi 40 m dan diameter batang bawah 3 m. Cabang-cabang tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama, bertingkat-tingkat. Daun-daun majemuk menjari, bertangkai 12,5–23 cm, berkumpul di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7-9, jorong lonjong dengan ujung dan pangkal meruncing, panjang 10–17 cm. Bunga majemuk dalam malai dekat ujung ranting, panjang 10–15 cm, hijau atau ungu pudar; dengan kelopak yang berbagi-5 laksana mahkota, taju hingga 1,3 cm, berwarna jingga. Buah bumbung besar, lonjong gemuk, 7,6–9 x 5 cm; berkulit tebal, merah terang, akhirnya mengayu; berkumpul dalam karangan berbentuk bintang. Biji 10-15 butir per buah, kehitaman, melekat dengan aril berwarna kuning, 1,5–1,8 cm panjangnya.

Pranajiwa / Kepuh atau dalam bahasa latinnya Sterculia foetida Linn selain disebut dengan kelumpah juga disebut dengan berbagai nama dalam bahasa daerah seperti (Batak); kepoh, koleangka (Sunda); kepuh,kepoh, jangkang (Jawa); jhangkang, kekompang (Madura); kepuh, kepah, kekepahan (Bali); kepoh, kelompang, kapaka, wuka, wukak (NTT); bungoro, kalumpang (Makassar); alumpang, alupang, kalupa (Bugis); dan kailupa furu, kailupa buru (Maluku). Pohon Jangkang ini merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia.

Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai Hazel Sterculia. Selain itu juga sering disebut sebagai Indian Almond, Indian-Almond, Java Olive, Java Olives, Java-Olive, Peon, Skunk Tree, dan Sterculia Nut.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Malvales
Famili:Malvaceae
Genus:Sterculia
Spesies:S. foetida
Nama binomial
Sterculia foetida
L.
Sinonim

Clompanus foetida Kuntze

Sebenarnya tanaman Kepuh sudah dikenal masyarakat terutama di Jawa tengah dan Jawa Barat karena tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai tanaman yang berkhasiat obat. Semua bagian tanaman dari kulit batang, daun atau buah dan bijinya sering dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Kulit pohon dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumatic, diuretic, dan diaphoretic.

Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan. Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp. Biji kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak yaitu asam sterkulat yang berumus molekul C19H34O2. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, cat, dan plastik. Asam lemak minyak Kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel yang memiliki titik tuang 180C menjadi 11,250C.

Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di Taman Nasional Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan dan memanfaatkan pohon Kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon Kepuh memiliki tajuk dan perakaran yang cukup besar, maka dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.

baca selengkapnya

Sunday, March 18, 2012

DAUN ENTUT-ENTUTAN (SIMBUKAN)

Daun Entut – Entutan merupakan daun yang mempunyai ciri yang unik yaitu apabila kita menyobek atau meremas daun ini, maka segera tercium aroma kentut yang baunya bukan main. Daun sembukan biasanya dibuat makanan yang disebut pelas/gembrot sembukan. Walaupun rasanya enak tapi kalau kentut akan lebih berasa aromanya.

Tanaman Entut-Entutan (Paederia foetida L.) atau nama daerah: Daun kentut; Kahitutan; Kasembukan; Bintaos; Gumi siki; Sembukan; Simbukan merupakan tanaman semak, semusim.Tumbuh liar di pagar dan tebing sungai pada ketinggian 1-1000 m dpl.

Tumbuh membelit, dengan panjang ± 10 m. Batang tanaman massif, beruas, beralur, masih muda halus setelah tua kasar, diameter 2-5 mm, dari buku-buku dapat tumbuh akar, warna akar coklat. Daun tanaman termasuk daun tunggal, berhadapan,bentuk dau telur, dengan panjang 5-9 cm, tepi daun rata, ujung daun runcing,pangkal berlekuk, berambut, petulangan menyirip, tangkai daun bulat, berbulu,panjang 3-5 cm, diameter ± 2 mm, warna daun hijau.

Tanaman sembukan berbunga majemuk, bentuk mulai, dengan panjang 5-9 mm kelopak bunga segitiga, benang sari melekat pada tabungbakal buah 2 ruang, bakal biji satu, kepala putik dua, bentuk benang, sering membelit, tabung mahkota bagian dalam berambut, bentuk kait, gundul, putih, mahkota panjang 10-12 mm, berbulu halus, dan warna bunga halus, dan warna bunga ungu. Buahpada sembukan batu, bentuk bulat, berkilat, diameter 4-6 mm, dan warna buahkuning. Perakaran pada tanaman sembukan tunggang dan warna akar coklat

Daun Entut-Entutan ini pada waktu kecil oleh penulis sering dipakai untuk menjailin orang yang sedang pada ngumpul, tetapi dibalik aroma tidak sedap dari daun sembukan ini mempunyai kasiat untuk pengobatan.

SIFAT KIMIAWI : Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, a. l : Batang dan daun mengandung asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside, paederosid, paederosidic acid, dan gamasitosterol, arbutin, oleanolic acid, dan minyak menguap.

Khasiat: Antiinflamasi; Stomakik; Antirematik; Diuretik; Karminatif

Nama simplisia: Paederiae Folium
Resep tradisional:
Sakit Maag
Daun sembukan segar 1 genggam; Air secukupnya, Dipipis, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir

Perut kembung
Daun sembukan segar 1 genggam; Air secukupnya, Dipipis, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir

Herpes
Daun sembukan segar 1 genggam; Daun lampes 1 genggam; Air sedikit, Dipipis, Diborehkan pada kulit yang sakit

Kejang (kolik) kandung empedu dan saluran pencernaan, perut kembung. Daun segar 15 – 60 gr dicuci lalu ditumbuk sampai seperti bubur. Tambahkan 1 cangkir air matang dan 1 – 2 sendok the garam, aduk merata lalu saring. Minum sebelum makan.

Rasa sakit pada luka, mata atau telinga. Batangdan daun segar secukupnya dicuci bersih lalu digiling halus, tempelkan ketempat kelainan.

Bayi dengan gangguan penyerapan makanan, mal nutrisi. Tanaman15 – 60 gr, direbus, minum.

Sakit kuning (icteric hepatitis). Tanaman15 – 60 gr, direbus, minum.

Bronchitis, batuk (whooping cough). Tanaman15 – 60 gr, direbus, minum.

Rheumatism, luka akibat benturan, tulang patah, keseleo. Tanaman15 – 60 gr, direbus, minum.

Darahputih berkurang (leukopenia) akibat radiasi. Tanaman15– 60gr, direbus, minum

Keracunan organik. Tanaman 15– 60 gr, direbus, minum.

Kencing tidak lancar. Tanaman15 – 60 gr, direbus, minum.

Perut mulas karena angin. Daun 25lembar dibuat sayur atau dikukus, makan sebagai lalab matang. Untuk luarnya, daun dilayukan diatas api dan diikat pada perut.

Cacar ular. Daun dicuci lalu ditumbuk seperti bubur. Tambahkan sedikit air dan garam secukupnya untuk dibalutkan disekitar gelembung-gelembung kecil kulit.

Eksema, kulit gatal (pruritus), neurodermatitis. Batang dan daun segar secukupnya dicuci bersih lalu digiling halus, tempelkan ke tempat kelainan.

Menghilangkan nyeri akibat kanker. Tanaman segar 15 – 60 gr direbus dalam 3 gelas air jadi 1 gelas minum sekaligus, atau dijuice, airnya disaring, peras.


KLASIFIKASI : Sembukan disebut Paederis foetida L atau Paederia tomentosa Bl. termasuk ke dalam famili Rubiacaea. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah kahitutan, bintaos, kesembukan, daun kentut atau gumi siki.


EFEK FARMAKOLOGIS : Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa tanaman ini sifat : rasa manis, sedikit pahit, netral. Anti rematik, penghilang rasa sakit (analgesik), peluruh kentut (karminatif), peluruh kencing, peluruh dahak (mucolitik), penambah nafsu makan (stomakik), anti biotik, anti radang, obatbatuk (anti tusif), menghilangkan racun (detoksifikasi), obat cacing, pereda kejang.

BAGIAN TANAMAN YANG DIGUNAKAN : Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan seluruh tanaman akar.

Friday, March 16, 2012

LUWING SI KAKI SERIBU


Satu lagi dari beberapa indicator lingkungan yang bisa menandakan bahwa lingkungan kita masih bagus atau sudah rusak adalah kehadiran Luwing atau si Kaki Seribu. Kaki seribu atau millipede ini termasuk ke dalam kelas Diplopoda, sebelumnya juga disebut Chilognatha adalah artropoda yang memiliki dua pasang kaki per sekmen kecuali sekmen pertama di belakang kepala, dan sedikit setelahnya yang hanya memiliki satu kaki. Penamaan Kaki Seribu sebetulnya bukan berarti Luwing ini benar-benar berkaki seribu, nama tersebut di dapat karena Luwing memiliki kaki terbanyak dari semua hewan maupun serangga yang ada di muka bumi ini.

Habitat Luwing biasanya terdapat di tanah-tanah gembur, berhumus dan lembab. Luwing juga menyukai tanah-tanah yang sedikit mengandung pupuk kimia dan lebih banyak mengandung kompos maupun pupuk kandang. Lingkungan yang gersang dan kering tidak disukai oleh Luwing ini, sehingga dari indicator ini akan kelihatan apakan lingkungan di sekitar rumah kita sudah dipenuhi oleh residu kimia atau belum.

Anatomi
Luwing ini tubuhnya dilindungi oleh kulit berbuku-buku yang sedikit keras dan biasanya berwarna dari coklat kemerah-merahan sampai kehitam-hitaman. Tubuh Luwing berbentuk agak silindris dan panjangnya ada yang sampai sekitar 20 cm dengan diameter tubuh sekitar 1,2 cm. Kepala Luwing di hiasi oleh dua buah sungut yang kegunaannya penulis sendiri belum tahu. Luwing ini jika dalam keadaan terancam akan melingkarkan tubuhnya rapat-rapat membentuk spiral seperti obat nyamuk, selain itu Luwing yang terancam akan mengeluarkan bau busuk yang akan mengusir predator pengganggunya.

Luwing ini pada jaman penulis kecil sekitar tahun ’80 menjadi salah satu mainan favorit anak laki-laki kampong (nDeso) karena mainan-mainan buatan pabrik tidak terjangkau dayabelinya oleh orangtua mereka. Imajinasi dunia anak ndeso pada waktu itu tentang Luwing ini seperti keretaapi yang hilir mudik mengangkut penumpang, walaupun Luwing ini sering kali “ngambek” dan melingkarkan tubuhnya karena banyak disentuh oleh tangan anak-anak.

Di perkotaan saat ini sudah sulit menemukan Luwing ini apalagi yang berukuran sampai 20 cm, jika pun ada ukurannya hanya sebesar lidi dan panjangnya sekitar 1,5 cm. Luwing kecil ini biasanya banyak di jumpai di media tanam dalam pot bunga yang subur. Luwing bagi sebagian orang memang menjijikan tetapi luwing tidak berbisa jadi tidak perlu ditakuti, mungkin malah membantu pengemburan tanah.

Monday, March 12, 2012

KADAL HIJAU

Bukan sembarang kadal karena kadal yang satu ini ada warna hijau di tubuhnya dan kadal jenis ini lebih pintar memanjat pohon. Warna hijau tubuh kadal sebetulnya tidak seluruhnya hijau, hanya di daerah moncong sampai kepala yang lebih banyak unsur warna hijau, sedangkan mulai dada sampai ke ekor semakin berkurang warna hijaunya.Punggung berwarna zaitun atau cokelat-zaitun, dengan belang-belang samar terbentuk dari bintik-bintik hitam (kadang-kadang dengan warna cerah atau keputihan di tengahnya) yang berleret melintang. Kepala dengan bintik-bintik hitam yang lebih jelas; dua bintik hitam serupa mata terdapat di belakang kepala. Tepi pelupuk mata berwarna kuning terang. Sisi bawah tubuh hijau terang keputihan atau kekuningan. Anak yang baru menetas berwarna cokelat kekuningan atau kemerahan dengan belang-belang hitam yang jelas dan tungkai berwarna hitam; ekor kekuningan.

Kadal pohon hijau (Dasia olivacea) adalah sejenis kadal anggota suku Scincidae. Hewan ini dalam bahasa asing dikenal sebagai Olive Dasia atau Olive Tree Skink (Ingg.), atau Olivfarbener Baumskink (Jerman).

Walaupun seingat penulis terdapat setidaknya 3 jenis kadal yang mempunyai warna hijau dan penulis tidak tahu apakah masih satu family apa tidak, karena waktu itu kebanyakan anak-anak takut sama kadal hijau ini. Ketakutan tersebut terjadi karena hewan jenis reptile yang berwarna cerah biasanya beracun mematikan, tetapi untuk jenis kadal ini sampai saat inipun penulis tidak tahu apakah beracun atau tidak.
Kadal Hijau atau di sebut juga Kadal Kebun sebab hidupnya berada diantara pepohonan dan memakan berbagai macam serangga seperti nyamuk, kupu-kupu dan lalat. Kadal Hijau termasuk dalam kategori binatang Reptil walaupun bentuknya kecil yang berukuran antara 12cm-30cm. Kadal hijau aktif di siang hari, sedangkan pada malam hari dihabiskan waktunya sembunyi di sarangnya.

Kadal yang bertubuh gempal, panjang tubuh dari moncong hingga anus (SVL, snout-vent length) maksimal 115 mm, panjang total hingga ujung ekor mencapai 292 mm. Perisai-perisai supranasal terpisah (tak bersinggungan) satu sama lain. Perisai-perisai prefrontal biasanya terpisah, jarang bersinggungan. Perisai supralabial (bibir atas) 7 buah, yang ke-5 dan ke-6 di bawah mata; infralabial 8 buah. Perisai nuchal sepasang. Lubang telinga kecil; timpanum (gendang telinga) terletak di dalam.Sisik-sisik di tengah tubuh dalam 28–30 deret (hingga 32 deret, untuk spesimen Sumatra); sisik di bagian dorsal memiliki 3, 5 atau 7 lunas lemah. Di tengah punggung, 41–46 sisik terdapat di antara perisai parietal (kepala belakang) hingga pangkal ekor (sejajar celah anus). Di bagian ventral, 45–58 sisik terdapat di antara perisai mental (dagu) hingga celah anus. Tungkai panjang; dengan 17–21 lamella terdapat di bawah jari ke-4 tungkai belakang.

Wednesday, March 7, 2012

SENGON (Albazia Falcataria)

Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa), Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).

Tanaman ini beberapa tahun terakhir menjadi primadona petani kayu, karena dari pohon sengon ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Dari sisi perawatan yang mudah maupun usia panen yang cukup pendek dibanding jenis tanaman produksi yang lain semisal kayu jati walaupun dari sisi nilai jual kayu sengon masih kalah jauh dengan kayu jati.

Di samping itu sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.

HABITAT
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C. Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu.

Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm. Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.

CIRI-CIRI POHON
Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.

Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing menyukai daun sengon tersebut. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok, sepintas mirip daun petai. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.

Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.

Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.

Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi, lahan tidur ataupun sebetulnya bisa juga dipakai sebagai pohon penghijau di tepi-tepi jalan Tol seperti Tol Jakarta – Cikampek maupun Tol Jakarta - Merak, dan sesuai dengan daur tebang tanaman sengon biasanya dipanen setiap 5 tahun sekali.

PERBANYAKAN
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :

1. Kulit bersih berwarna coklat tua
2. Ukuran benih maksimum
3. Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
4. Bentuk benih masih utuh.

Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.

SELEKSI BIBIT
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.

PEMELIHARAAN
Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan frekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.

sumber referensi

DUKU, LANGSEP DAN KOKOSAN

Buah-buahan ini sampai sekarang masih mudah untuk ditemukan terutama duku baik di supermarket maupun pasar tradisional. Kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan ini sering dipakai untuk menggambarkan warna kulit seorang dara cantik berkulit kuning langsat, yang sedikit berbeda dengan kulit Sawo yang sering dipakai untuk menggambarkan warna kulit rata-rata orang Indonesia yakni sawo matang.

Buah duku yang mempunyai rasa manis dan mudah untuk dimakan menjadikannya sampai sekarang masih banyak digemari oleh masyarakat. Sebetulnya Duku adalah nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae. Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula dengan nama-nama yang lain seperti langsat,, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.

Duku, Langsep dan Kokosan ketiga-tiganya sepintas mirip dari tampilan bentuk buahnya dan kebanyakan orang menyebutnua buah Duku, namun sebenarnya Duku berbeda dengan Langsep maupun Kokosan. Begitu pula Langsep dan Kokosan juga berbeda satu sama lainnya. Langsep dan Kokosan juga tidak dijual di supermarket, namun di pasar-pasar tradisional masih dapat dijumpai walaupun jumlahnya tidak sebanyak buah Duku.

Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.

Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran (wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.

Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di wilayah dengan curah hujan antara 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial. Duku menyenangi tanah bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit asam, namun dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air. Duku tidak tahan penggenangan.
Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku. Musim ini dapat berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi di sekitar awal musim hujan.

Ciri-Ciri Umum
Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).
Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9-21 cm × 5-10 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 mm.

Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut. Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2-3 mm × 4-5 mm, putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.

Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5-5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam. Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Perbanyakan yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyakembrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik, Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.

Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk, bahkan ada beberapa petani yang telah mencoba pohon Kokosan maupun Langsep disambung pucuk dengan pucuk pohon Duku yang sudah siap buah.

DUKU
Kelompok yang dikenal sebagai duku (Lansium domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging tebal, manis atau masam, dan berbau harum.

Ada beberapa varietas duku. Mulai dari duku "palembang" yang berkulit tebal serta berwarna agak "kemerahan" sampai duku condet yang berkulit tipis dan berwarna agak kehijauan. Langsat yang berkulit sangat tipis, berwarna kuning keputih-putihan serta bergetah itu pun merupakan salah satu varietas dari duku. Pertumbuhan pohon duku sangat lamban. Dalam kondisi yang sangat optimal, umur 10 sd. 15 tahun baru akan mulai berbuah. Dalam kondisi yang kurang bergitu menguntungkan, pada umur-umur tersebut, tanaman baru akan mencapai ketinggian antara 3 sd. 5 m. dan belum berbuah.

Para petani Thailand, memiliki resep sederhana untuk memupuk tanaman duku mereka. Kalau diameter batang 30 cm, maka dosis pupuknya 3 kg. NPK 19-19-19. (Nitrogen, Phospat dan Kalium masing-masing 19%). Kalau diameter tanaman 50 cm, maka pupuknya 5 kg NPK 19-19-19. Demikian seterusnya, pada tiap peningkatan diameter batang 10 cm, dosis pupuknya ditambah 1 kg. Atau tiap peningkatan diameter batang 1 cm. dosisnya tambah 0,1 kg.

LANGSEP
Buah yang bentuknya kecil-kecil agak lonjong mirip buah kemiri yang rasanya manis sedikit masam ini banyak digemari masyarakat. Buah Langsep jaman dahulu yang terkenal dari Singosari Malang Jawa Timur, namun sebetulnya sekarang di Singosari sendiri sudah tidak dapat ditemui pohon Langsep. Langsep-langsep yang beredar di pasar sebetulnya berasal dari daerah sekitar Singosar. Hal seperti ini juga terjadi dengan Duku Palembang yag sebetulnya berasal dari daerah OKU/OKI maupun daerah-daerah di luar Sumatera Selatan seperti Jambi maupun Lampung.

Langsep atau Langsat (L. domesticum var. domesticum) kebanyakan memiliki pohon yang lebih kurus, berdaun kurang lebat yang berwarna hijau tua, dengan percabangan tegak. Tandan buahnya panjang, padat berisi 15–25 butir buah yang berbentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya banyak berair, rasanya masam manis dan menyegarkan. Tidak seperti duku, langsat bukanlah buah yang bisa bertahan lama setelah dipetik. Dalam tiga hari setelah dipetik, kulit langsat akan menghitam sekalipun itu tidak merusak rasa manisnya. Hanya saja tampilannya menjadi tidak menarik. Mengingat daya tahan buahnya yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal secara lebih terbatas dan lokal. Beberapa kultivar yang populer, di antaranya adalah langsep singosari dari Malang, langsat tanjung dari Kalsel, langsat punggur dari Kalbar, dan sebagainya. Dari Thailand dikenal langsat uttaradit, dan dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete.

KOKOSAN
Kokosan (L. domesticum var. aquaeum) dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah, namun sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan disedot cairan dan bijinya (maka disebut kokosan), atau dipijit agar kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan, bijitan).

Bentuk pohonnya hampir sama dengan pohon duku; namun bentuk daunnya lebih lanset, bulu daun lebih lebat dan kasar; malai bunga lebih panjang; buahnya lebih kecil. Kadang daging buahnya berwarna kuning kemerah-merahan dengan biji relatif besar dan berdaging tipis, dan berair. Kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali. Buah Kokosan ini biasanya dijual berikut tangkainya, karena buah yang matang masih kuat menempel di tangkai buah. Kalau makan kokosan hati-hati jangan sampai bijinya tergigit. Biji kokosan rasanya pahit.

baca manfaat duku di sini

Friday, March 2, 2012

JAMUR SO NAN LEZAT

JAMUR atau Mushroom adalah salah satu bahan makanan yang telah lama dikenal oleh manusia, walaupun ada yang beracun dan tidak beracun. Salah satu yang sedikit beracun tetapi kalau bisa mengolahnya akan menjadi sajian makanan yang enak adalah JAMUR SO. Kata So berasal dari pohon So atau pohon Melinjo, kalau kata “So” bersumber dari nama daunnya, sedangkan kalau Melinjo bersumber dari nama buahnya. Jamur So ini dinamakan demikian karena habitat tum buhnya biasanya di bawah pohon So. namun dalam mencari jamur ini haruslah pada musim hujan,karena jamur ini biasa muncul saat musim hujan saja.

Tanaman ini termasuk dalam golongan "jejamuran", yang nama latinnya dikenal dengan Scleroderma Aurantium Vulgare. Bentuknya bulat seperti bongkahan telur, Peridium (kulit buah) berwarna coklat kekuningan, permukaan bagian dalam berwarna kuning, lebar sekitar 4-8 cm dan tinggi 2-6 cm, Gleba (bagian spora) dari warna putih menjadi gunduk keunguan dan akhirnya menjadi kecoklatan sampai coklat gelap sebagai spora.

Kandungan Senyawa Kimia
Jamur So mengandung senyawa kimia yang berupa Sterol, Glukosa, Fruktosa, Maltosa dan indol. Dalam ekstrak etanol, beberapa asam amino bebsa, alanin asparangin , phenyl alani, alfa asam aminobutyric, asam aspartat, asam glutamat, lensin, lisin, serin, tirosin dan valin telah teriindentifikasi menggunakan kramotagrafi kertas dua demensi (Grzybowska, 1967).

Jamur So tumbuh di hampir seluruh kepulauan Indonesia juga tersebar luas di Asia, Eropa dan Amerika Utara ditemukan di hutan terutama pada saat musim hujan dan tumbuh di sekitar pohon melinjo. Hanya saja di desa-desa pulau Jawa seperti sekitar kota Yogyakarta, jamur So ini sudah sulit dijumpai seiring dengan mulai habisnya populasi pohon melinjo dan usaha untuk membudidayakan jamur ini pun kelihatannya belum ada yang tertarik.

Jamur jenis ini termasuk aman dikonsumsi, asal dipilih yang masih muda atau belum berspora dan setelah mendapatkan jamur ini lalu pastikan jamur ini dalamnya masih bewarna putih,kemudian kupas kulitnya sampai warna kuningnya hilang. Jamur yang sudah tua atau pengupasannya kurang bersih akan menyebabkan keracunan apabila dimakan. Waktu kecil penulis sering sekali bergerilya mencari jamur jenis ini untuk dikonsumsi. Cara memasaknya salah satunya dengan metode dilinthing, yaitu dengan cara dibungkus memakai daun pisang dengan dicampur bumbu berupa garam dan cabe sesuai selera, kemudian dibakar, tetapi kalau penulis mendapat banyak jamur So orang tua kami biasanya memasaknya dengan cara ditumis bahkan kadang dibuat rica rica jamur So yang lezat. Mengenai rasa seperti daging ayam (maklum orang desa nggak pernah makan daging) dan teksturnya lembut seperti tahu.


Kenali jenis-jenis jamur beracun atau tidak beracun

Apakah bentuk, warna, atau tempat tumbuhnya dapat dijadikan acuan untuk menentukan suatu jenis jamur beracun atau tidak? Jawabnya, ya. Meski harus diakui, sampai saat ini, melihat dari sisi penampilan saja belum cukup, apalagi jika dijadikan acuan untuk membedakan tingkat keamanan sebuah jamur. Cara ini juga tidak dapat menjadi pedoman yang harus dipercaya 100%. Ketika kita menemukan jamur jenis baru di pekarangan atau saat berkemah di tengah hutan, misalnya.

Namun setidaknya, masih ada filter yang dapat mencegah masuknya racun jamur ke dalam perut. Dari beberapa panduan sederhana yang biasa digunakan oleh para penjelajah hutan, misalnya, atau adopsi dari mata ajaran survival para calon prajurit pasukan elite di luar maupun dalam negeri, terungkap adanya beberapa pedoman yang dapat dijadikan bekal dalam menghadapi racun jamur.

Pelajaran itu memberikan pengetahuan bahwa jenis jamur beracun pada umumnya memiliki warna cukup mencolok mata. Misalnya, merah darah, hitam, cokelat, hijau tua, biru tua, dan sejenisnya. Sebaliknya, menurut pelajaran ini, jamur-jamur berwarna terang tergolong ke dalam kelompok yang dapat dimakan.

Namun, teori warna ini juga ada pengecualiannya. Sepanjang pengetahuan para ahli, jamur Shiitake ternyata tidak mengandung racun, padahal ia berwarna cokelat. Begitu juga dengan sejumlah jamur berkulit terang, di kemudian hari ternyata diketahui mengandung racun. Jamur beracun biasanya juga memiliki ciri lain, yaitu berbau busuk akibat senyawa sulfida di dalamnya. Jamur beracun juga mengandung senyawa sianida yang membuat berbagai serangga atau binatang kecil lainnya juga enggan untuk hinggap atau berada di jamur itu. Jadi untuk mudahnya, bila lalat dan serangga lainnya saja menjauh, masak kita mau mendekat, bahkan mengolahnya menjadi santapan kita?

Ciri lainnya, jika jamur beracun dikerat, kemudian dilekatkan dengan benda yang terbuat dari perak asli (pisau, sendok, garpu, atau cincin), pada permukaan benda-benda itu akan muncul warna hitam (karena sulfida) atau kebiruan (karena sianida). Cara ini cukup efektif jika kita cuma punya sedikit waktu untuk menentukan suatu jamur beracun atau tidak saat sedang berkemah atau mendaki gunung, misalnya. Namun, bila mempunyai waktu yang panjang dan mau sedikit repot, tips turun-temurun dari sejumlah desa di Nusantara ini layak dicoba. Untuk memastikan ada tidaknya racun, kita masak atau pepes saja jamur yang dicurigai bersama nasi putih. Jika warna nasi berubah menjadi cokelat, kuning, merah, atau hitam, besar kemungkinannya jamur itu beracun. Keruan, bukan cuma jamurnya yang harus dihindari, nasinya pun tak boleh disantap lagi.

Selain mengenali jamur beracun atau tidak dari warnanya, berikut beberapa ciri umum yang membedakan jamur beracun dan tidak beracun:

•Jamur beracun biasanya mempunyai cincin atau cawan. Tetapi khusus untuk beberapa jamur itu tak berlaku, seperti pada jamur merang yang memiliki cawan dan campignon yang bercincin.
•Bau jamur yang beracun selalu menusuk. Bisa seperti bau telur busuk atau seperti bau amoniak.
•Jamur beracun biasanya tumbuh di tempat yang kotor.
•Jamur beracun akan cepat menimbulkan karat pada pisau yang dipakai mengeratnya. Namun, jika pisau yang dipakai terbuat dari perak, warna hitam atau biru tua akan segera muncul.
•Jamur beracun berubah warna dengan cepat pada waktu pemanasan dan pemasakan.

Gejala Keracunan
Ketika seseorang mengalami keracunan jamur banyak vareasi gejala yang mungkin dialaminya. Gejala-gejala itu dapat berupa:
•Sakit pada bagian perut
•Wajah pucat
•Berkeringat dingin
•Mual, bahkan muntah
•Tubuh lemas terkadang disertai kejang-kejang
•Bibir kering
•Mata berkunang-kunang
•Pingsan, bahkan
•Meninggal dunia


Penanganan
Penanganan atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada kejadian keracunan jamur yaitu:
•Jangan banyak bergerak
•Minum air putih sebanyak-banyaknya untuk mencegah dehidrasi
•Bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat

baca UJI AKTIVITAS ANTI OKSIDAN Jamur So

Thursday, March 1, 2012

SISIK NAGA (PAKIS PICISAN)

Ada kenal dengan sisik naga atau biasanya tanaman ini diberi nama daerah Sumatera: picisan, sisik naga (Semenanjung Melayu), sakat riburibu (Pantai Sumatera Barat). Jawa: paku duduwitan (Sunda), pakis duwitan (Jawa). Nama asing Bao shu lian (C), dubbeltjesvaren, duiteblad, duitvaren (B). Nama simplisia Drymoglossi Herba (herba picisan). Sisik Naga ini biasanya tumbuh di batang dan dahan pohon. Akar rimpangnya panjang, kecil, merayap, bersisik, panjang 5-22 cm, dan melekat kuat. Habitat sisik naga ini biasanya di dahan pohon yang lingkungan sekitarnya lembab.Tumbuhan ini dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropik, tumbuh liar di hutan, di ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl.

Sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.), merupakan tumbuhan yang menumpang pada pohon lain (epifit), tetapi bukan parasit karena dapat membuat makanan sendiri. Daun yang satu dengan yang lainnya tumbuh dengan jarak pendek. Bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong atau jorong memanjang, ujung tumpul atau membundar, pangkal runcing, tepi rata, permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada permukaan bawah, serta berwarna hijau sampai kecoklatan. Daunnya ada yang mandul dan ada yang berspora. Sisik naga dapat diperbanyak dengan spora dan pemisahan akar.

Sistematika tanaman:

Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Drymoglossum
Spesies : Drymoglossum piloselloides Presl. (Anonimc, 2007)

Pada waktu penulis kecil jenis tanaman ini sering dipakai untuk mainan “pasar-pasaran”, . Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan sehingga dinamakan picisan dan sering dipakai anak-anak sebagai “uang-uangan” pada permainan mereka. Kadang pada waktu lotisan (rujakan) juga dimakan dengan sambal, rasanya yang sedikit asam manis dan terasa dingin seperti tanaman lidah buaya bahkan kalau mencucinya kurang bersih kulit ari luarnya sedikit terasa pahit.

Tanaman ini di daerah kota besar seperti Jakarta sudah sangat sulit ditemukan, di samping terbatasnya habitat pohon tua juga karena suhu udara yang panas sudah tidak cocok lagi dengan jenis tumbuhan ini. Namun begitu sebetulnya ini merupakan salah satu jenis herbal yang mempunyai manfaat untuk pengobatan. Di dalam dunia pengobatan cina tanaman ini dikenal dengan nama, Bao Shu Lian, ini khasiatnya sebagai antiradang, penghilang nyeri (analgesik), pembersih darah, penghenti perdarahan (hemostatis), memperkuat paru-paru, dan sebagai obat batuk (antitusif). Sisik Naga ini juga biasa digunakan untuk mengatasi gangguan luka di sekitar mulut itu (sariawan).

Kandungan Sisik Naga

Sisik naga juga mengandung Minyak Atsiri, Sterol (Triterpen), Fenol, Flavonoid, Tanin, dan gula. Berkhasiat sebagai antiradang, antitoksik, peluruh dahak, pencahar (laksan), dan menghentikan pendarahan.

Indikasi
Khasiat daun yang digunakan untuk pengobatan:
Gondongan (parotitis)
TBC Kulit dengan pembesaran kelenjar getah bening (skrofuloderma)
Sakit kuning (jaundice)
Sukar buang air besar (sembelit), sakit perut
Disentri
Kencing nanah (gonore)
Batuk, abses paru-paru, TB Paru-paru disertai batuk darah
Perdarahan seperti luka berdarah, mimisan, berak darah, muntah darah, perdarahan pada perempuan.
Rematik
Keputihan (leukore)
Kanker payudara

Bagian yang dapat digunakan untuk pengobatan adalah daun atau seluruh herba baik dalam bentuk segar ataupun yang telah dikeringkan

Pengobatan
•Untuk obat yang diminum : Cuci bersih 15-60 g daun sisik naga, lalu rebus dan minum air rebusan tersebut setelah disaring.
•Untuk pemakaian luar : Gunakan air rebusan herba segar untuk mencuci bagian tubuh yang terkena penyakit kulit, atau berkumur bagi penderita sariawan dan radang gusi. Atau bisa juga dengan membubuhkan herba segar yang telah digiling sampai halus ke bagian yang sakit pada penyakit kulit, seperti kudis, kurap, radang kulit bernanah, radang kuku, atau luka berdarah

baca hasil UJI SITOTOKSIK