Tuesday, September 20, 2011

SIDAT, ULING ATAU PELUS (ANGUILLIDAE) BEDA DENGAN BELUT

Sidat (ordo Anguilliformes) kelompok ikan berbentuk tubuh mirip ular. Ordo Anguilliformes terdiri atas 4 subordo, 19 famili, 110 genera, dan 400 spesies. Kebanyakan hidup di laut namun ada pula yang hidup di air tawar. Sedangkan Belut, famili Synbranchidae, memang dibedakan dengan sidat, famili Anguillidae. Perbedaan utama belut dengan sidat adalah, belut sama sekali tidak memiliki sirip, hingga tubuhnya mirip ular. Sedangkan sidat memiliki sepasang sirip. Masyarakat pedesaan di Jawa menyebut sirip sidat ini sebagai "telinga". Belut juga hanya disebut sebagai belut, sementara sidat memiliki banyak nama. Antara lain pelus, moa, uling, paling dan lubang, dengan variasi jenisnya yang juga sangat beragam. Belut hanya dibedakan menjadi tiga, yakni belut sawah (Monopterus albus), belut rawa atau belut kirai(Ophysternon bengelense) dan belut laut (Macrotema aligans).

Habitat Sidat ini biasanya banyak ditemukan di daerah rawa-rawa atau parit-parit yang agak dalam, terutama sungai-sungai yang bermuara langsung ke laut. Di dusun -dusun wilayah Sleman maupun Bantul masih dapat ditemukan beberapa Sidat atau Pelus ini, walaupun sekarang tidak sebanyak jaman dahulu. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa daerah spawning ground terkonsentrasi di Perairan Mentawai, Sumatera Barat. Melalui arus laut, larva ikan sidat tersebut diketahui banyak ditemukan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi dan di Segara Anakan, Cilacap. Di daerah-daerah tersebut memiliki perairan mangrove yang memang merupakan habitat ikan sidat sebelum menjadi dewasa dan siap kembali bermigrasi ke laut dalam.

Sidat, kalau boleh dibilang adalah binatang petualang, karena fase hidupnya yang berpindah-pindah dari tiap fasenya, namun karena sudah melalang buana tersebut akhirnya ikan ini menjadi sangat mahal dan terkenal di luar sana.

Fase kehidupan Sidat ini kebalikan dengan fase kehidupan ikan Salmon. Sidat dewasa (bisa berusia belasan tahun) memijah di laut berkedalaman 200-1.000 meter, sebelum kemudian bertumbuh dewasa mencari perairan tawar. Sidat dewasa saat akan bertelur dia akan berenang menuju laut yang dalam, begitu menetas sidat kecil akan mencari muara sungai dan setelah mereka agak dewasa serta mampu berenang melawan arus, mereka akan segera berpindah ke arah hulu sungai. Adapun Salmon memijah di hulu sungai kemudian dewasa di laut. Keduanya akan mati setelah bertelur.

Ikan sidat tergolong jenis ikan yang kurang populer di Indonesia. Secara fisik, sidat mirip belut. Bedanya, sidat bertubuh seperti pipa. Di dekat kepala ada sejenis telinga, dan ada sirip pada bagian atas tubuhnya.

Keunikan lain, sidat dapat menentukan jenis kelamin sesuai kondisi lingkungan. Sebelum berwarna keperakan di saat dewasa, sidat melalui fase transparan (ketika memasuki perairan tawar) dan berubah menjadi kuning. Umumnya, ketika sidat dalam fase kuning itulah banyak terjerat pancing. Sidat sering tertangkap di saluran-saluran air, anak sungai, sungai, dan danau..

Sedikitnya lima karakter genetik baru ikan sidat ditemukan dalam studi keragaman, distribusi, dan kelimpahan di perairan Indonesia periode 2004-2006. Temuan itu berpeluang menjadi spesies baru atau variasi intra-spesies. Untuk sementara, temuan itu diberi nama Anguilla sp. Yang sudah bisa dipastikan, tujuh dari 18 jenis sidat di dunia ada di perairan Indonesia. Dari hasil penelitian sidat pada Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ditemukan bahwa dari tujuh jenis itu, ada kemungkinan yang endemik, tetapi masih harus dikaji lagi.


Populasi Terancam

Seiring dengan tingginya permintaan konsumsi sidat di negara-negara maju, seperti Amerika, negara-negara Eropa, Jepang, Hongkong, Taiwan, dan China, populasi sidat tropis pun terancam. Menyusul penangkapan berlebihan di alam negara nontropis, permintaan impor sidat tropis meningkat. Padahal, hingga saat ini sidat belum dapat dibudidayakan dari telur.

Faktor lain yang ikut menyumbang kepunahan Sidat ini, karena pembangunan Dam atau Sabo di sungai-sungai Pulau Jawa yang sebetulnya diperuntukan sebagai penahan banjir lahar dingin, tetapi mempunyai dampak samping menghambat jalur migrasi Sidat dari arah hulu ke hilir dan sebaliknya.

Budidaya Sidat
Permintaan yang semakin meningkat dari ikan Sidat ini, seharusnya pemerintah perlu secara serius melakukan penelitian tentang budidaya Sidat ini, sehingga nantinya yang diperjualbelikan untuk dikonsumsi merupakan Sidat dari hasil budidaya bukan tangkapan dari alam. Sampai saat ini yang terjadi, sidat-sidat anakan ditangkap dari laut atau sungai lalu dibesarkan di kolam budidaya. Sidat-sidat itu kemudian diolah direstoran-restoran mewah bertarif mahal. Meskipun mahal, seperti hidangan kabayaki di restoran jepang yang satu porsinya dijual sekitar Rp 400.000, permintaan sidat tidak pernah menurun. Hingga kini para ahli dan peneliti sidat belum mampu membesarkan sidat dari ukuran larva di laboratorium. Untuk mencegah kepunahan sidat, disepakati agar ada kuota penangkapan dan harus selektif

Saat ini sangat sulit menemukan ikan sidat jantan untuk melakukan pembuahan, tetapi para peneliti dari BPPT katanya sudah berhasil menjantankan benih-benih ikan sidat dengan mengkondisikan benih ikan sidat, selain juga melakukan penambahan hormon metiltestosteron. Ikan sidat hasil pengkondisian ini nantinya akan menjadi indukan dalam pengembangbiakan.

BPPT akan mencoba untuk melakukan alih teknologi pemeliharaan ikan sidat teradaptasi. Jadi, benih ikan sidat yang berhasil dibiakkan akan disosialisasikan kepada masyarakat, terutama nelayan. Setelah sosialisasi, kemudian kami juga akan mengadakan pelatihan bagi instruktur dan nelayan itu sendiri. Diharapkan setelah itu masyarakat dan nelayan Segara Anakan dapat mengembangbiakkan sendiri benih ikan sidat hingga ukuran 50 gram dan dapat diekspor ke negara-negara konsumen ikan sidat. Hal ini tentunya akan meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri yang nantinya juga dapat berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Actinopterygii
Ordo :Anguilliformes

Subordo :
Anguilloidei
Nemichthyoidei
Congroidei
Synaphobranchoidei