Thursday, May 19, 2011

PETAI CINA BERBEDA DENGAN PETAI (PETE)


Petai Cina sedikit berbeda dengan Petai (Pete) walapun keduanya termasuk keluarga Mimesaceae dari suku Fabaceae, (keluarga polong-polongan). Pete dari ukurannya merupakan bentuk raksasanya dari Petai Cina, baik ukuran biji, pohon, daun dan tentu saja bau Pete yang khas. Untuk masalah bau ini yang bisa menandingi adalah Jengkol yang dari sisi ukuran juga lebih besar.

Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk.

Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Dari jenis Petai Cina ada yang ukuran buahnya agak lebih besar biasa disebut dengan Lamtoro Gung. Dari sisi rasa apabila dijadikan masakan botok, lebih enak Petai Cina dari pada Lamtoro Gung. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak.

Di Jawa, pucuk dan polong yang muda biasa dilalap mentah. Biji-bijinya yang tua disangrai sebagai pengganti kopi, dengan bau harum yang lebih keras dari kopi.Biji-biji yang sudah cukup tua, tetapi belum menghitam, biasa digunakan sebagai campuran pece l dan botok .Pada waktu kecil dulu penulis bersama dengan teman-teman sering makan buah Petai Cina yang masih muda dengan dicampur sedikit garam, atau kadang ketika membuat rujakan tidak jarang ada beberapa teman yang memakan Petai muda ini bersama dengan sambal lotisnya.

Nama Lokal :
Petai Cina (Indonesia), Kemlandingan, Manding, Palanding, Peuteuy Selong (Sunda), Kalandingan (Madura); Mètir, Lamtoro Dan Lamtoro Gung (=Lamtoro Besar; Untuk Varietas Yang Bertubuh Lebih Besar) (Jw.); Serta Kalandhingan (Md.).

Nama-namanya dalam pelbagai Bahasa Asing, di antaranya:
Petai Belalang, Petai Jawa(Mly.); Lamandro (PNG); Ipil-Ipil, Elena, Kariskis(Fil.); Krathin(Thai);
Leucaena, White Leadtree (Ingg.); Dan Leucaene, Faux Mimosa (Prc.).

Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Biji dari buah polong petai cina (Leucaena leucocephala) yang sudahtua setiap 100 gram mempunyai nilai kandungan kimia berupa : - Kalori 148 kalori, -Protein 10,6 gram, - Lemak 0,5 gram, - Hidrat arang 26,2 gram, - Kalsium 155 miligram, -fosfor 59 gram, - Zat besi 2,2 gram, - Vitamin A 416 SI, - Vitamin B1 0,23 miligram -Vitamin C 20 miligram.

Manfaat


Kayu
Lamtoro terutama disukai sebagai penghasil kayu api. Kayu lamtoro memiliki nilai kalori sebesar 19.250 kJ/kg, terbakar dengan lambat serta menghasilkan sedikit asap dan abu. Arang kayu lamtoro berkualitas sangat baik, dengan nilai kalori 48.400 kJ/kg.

Kayunya termasuk padat untuk ukuran pohon yang lekas tumbuh (kepadatan 500—600 kg/m³) dan kadar air kayu basah antara 30—50%, bergantung pada umurnya. Lamtoro cukup mudah dikeringkan dengan hasil yang baik, dan mudah dikerjakan. Sayangnya kayu ini jarang yang memiliki ukuran besar; batang bebas cabang umumnya pendek dan banyak mata kayu, karenapohon ini banyak bercabang-cabang. Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan atau keemasan,bertekstur sedang, cukup keras dan kuat sebagai kayu perkakas, mebel, tiang atau penutup lantai.Kayu lamtoro tidak tahan serangan rayap dan agak lekas membusuk apabila digunakan di luar ruangan, akan tetapi mudah menyerap bahan pengawet.

Lamtoro juga merupakan penghasil pulp (bubur kayu) yang baik, yang cocok untuk produksi kertas atau rayon. Kayunya menghasilkan 50—52% pulp, dengan kadar lignin rendah dan serat kayu sepanjang 1,1—1,3 mm. Kualitas kertas yang didapat termasuk baik.

Daun
Daun-daun dan ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropislainnya. Lamtoro yang ditanam cukup rapat dan dikelola dengan baik dapat menghasilkan hijauan dalam jumlah yang tinggi. Namun pertanaman campuran lamtoro (jarak tanam 5—8 m) dengan rumput yang ditanam di antaranya, akan memberikan hasil paling ekonomis. Ternak sapi dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan komposisi hijauan pakan berupa campuran rumput dan 20—30% lamtoro.

Meskipun semua ternak menyukai lamtoro, akan tetapi kandungan yang tinggi dari mimosin dapat menyebabkan kerontokan rambut pada ternak non-ruminansia. Mimosin, sejenis asam amino, terkandung pada daun-daun dan biji lamtoro hingga sebesar 4% berat kering. Pada ruminansia, mimosin ini diuraikan di dalam lambungnya oleh sejenis bakteria,
Synergistes jonesii.Pemanasan dan pemberian garam besi- belerang pun dapat mengurangi toksisitas mimosin.

Daun-daunnya juga kerap digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau. Daun-daun lamtoro lekas mengalami dekomposisi.

Produk lain
Lamtoro diketahui menghasilkan zat penyamak dan zat pewarna merah, coklat dan hitam dari pepagan (kulit batang), daun, dan polongnya. Sejenis resin atau gum juga dihasilkan dari batang yang terluka atau yang kena penyakit, terutama dari persilangan L. leucocephala ×
L. esculenta. .Gum ini memiliki kualitas yang baik, serupa dengangum arab.

Berbunga sepanjang tahun, lamtoro menyediakan pakan yang baik bagi lebah madu, sehingga cocok untuk mendukung apikultur .

Ekologi dan perbanyakan
Berasal dari Amerikatropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan keJawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia. Oleh sebab itu agaknya, maka tanaman ini di Malaysia dinamai petai jawa.

Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 °C); Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1000 -1500 meter di atas permukaan laut. Di atas 1500 dpl dapat menghambat pertumbuhannya. Tanaman ini cukup tahan kekeringan, tumbuh baik diwilayah dengan kisaran curah hujan antara 650—3.000 mm (optimal 800—1.500 mm) pertahun; akan tetapi termasuk tidak tahan penggenangan.
Tanaman lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan anakan. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.Saking mudahnya tumbuh, di banyak tempat lamtoro seringkali merajalela menjadi gulma. Tanaman inipun mudah trubus; setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam jumlah banyak.

Tidak banyak hama yang menyerang tanaman ini, akan tetapi lamtoro teristimewa rentan terhadap serangan hama (Heteropsylla cubana). Serangan hama ini di Indonesia diakhir tahun 1980an, telah mengakibatkan habisnya jenis lamtoro ‘lokal’ di banyak tempat
Lamtoro,Petai Cina, atau Petai Selong adalah sejenis perdu yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Tim dari UGM telah lama melakukan penghijauan dengan menggunakan pohon Lamtoro Gung. Tipologi daerah Gunung Kidul adalah sebagian besar tanah berkapur yang miskin hara dan air, hal ini sangat cocok dengan kemampuan bertahan hidup dari pohon lamtoro untuk daerah seperti itu.

Penyakit Yang Dapat Diobati :

1. Diabetes Melitus
Bahan: Biji petai cina yang sudah tua dan kering;
Cara membuat: digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus (dibuat
bubuk). Kemudian ambil 1 sendok dan diseduh dengan air panas
(seperti membuat kopi).
Cara Menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan
secara teratur.

2. Cacingan
Bahan: Biji petai cina yang sudah tua dan kering;
Cara membuat: digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus (dibuat
bubuk). Kemudian ambil 1 sendok dan diseduh dengan ½ - 1 gelas
air panas (seperti membuat kopi).
Cara Menggunakan: diminum menjelang tidur malam.

3. Meningkatkan gairah seks
Bahan: 1 sendok petai cina, 1 sendok bubuk merica hitam, 2 butir
kuning telur ayam kampung mentah dan 1 sendok madu;
Cara membuat: semua Materials tersebut dioplos sampai merata
Cara Menggunakan: diminum sekaligus

4. Luka baru dan bengkak
Bahan: daun petai cina secukupnya
Cara membuat: ditumbuk halus atau dikunyah
Cara Menggunakan: ditempelkan pada bagian yang luka / bengkak

5. Tlusuben (benda-benda yang masuk ke dalam daging: kayu, bambu)
Bahan: daun petai cina yang masih muda dan terasi dapur;
Cara membuat: daun petai cina ditumbuk halus dan ditambah terasi
dapur secukupnya, diaduk sampai merata;
Cara Menggunakan: ditempelkan pada bagian yang sakit, kemudian
dibalut dengan kain pembalut.

POPULASI BERANG-BERANG DI JAWA


Berang-berang mempunyai nama local Wregul/Regul, Wisang/Lingsang merupakan mamalia semi-akuatik (atau akuatik, pada salah satu jenisnya) pemakan ikan. Berang-berang terdiri dari beberapa marga anggota anak-suku Lutrinae, yang bersama dengan jenis-jenis sigung (badger), biul, dan pulusan (weasel) membentuk suku Mustelidae.
Dengan tiga belas spesies dalam tujuh genus, berang-berang memiliki penyebaran hampir di seluruh bagian dunia kecuali Australasia.Mereka umumnya memakan hewan-hewan akuatik, terutama ikan dan kerang-kerangan, serta hewan-hewan invertebrata lainnya; namun juga amfibi, burung, dan mamalia kecil.

Berang-berang di pulau Jawa pada umumnya sudah sulit ditemukan alias diambang kritis kepunahan, pesatnya pembangunan tanpa memperdulikan lingkungan dipandang sebagai penyebab utama, selain di sisi yang lain berang-berang dianggap sebagai hama bagi petani ikan, karena salah satu kegemaran berang-berang adalah makan ikan. Sementara itu di sungai-sungai atau danau di pulau Jawa sudah sedikit sekali terdapat ikan yang dapat dijadikan sumber makanan bagi keluarga berang-berang. Kurang lebih sekitar tahun 80-an berang-berang masih bisa dijumpai di sungai-sungai atau persawahan di sekitar daerah Ngaran Seyegan yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Populasi berang-berang semakin menurun karena penduduk sekitar terus membantai setiap berang-berang yang ditemuinya karena dianggap sebagai hama bagi ikan-ikan di kolam mereka. Di samping itu ada sebagian orang yang menganggap berang-berang mempunyai racun bisa, hal ini sebetulnya hanya karena kerancuan nama antara Wisang/Lingsang dengan Wisang Geni yang merupakan tokoh pewayangan. Bambang Wisanggeni adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam wiracarita Mahabharata, karena merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa. Ia dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Wisanggeni merupakan tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Ia dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa dan terkenal yakni Racun Api.

Tetapi berdasarkan informasi di daerah Rawajati Timur Jakarta Selatan masih tersisa sepasang mamalia karnivora yang masuk famili Mustelidae ini. Dan ada sepasang lagi di Sungai Ciliwung, di wilayah Depok,” kata Ady Kristanto, peneliti dari Fauna & Flora International (FFI). Ady juga mendengar ada sepasang berang-berang yang hidup di Sungai Pesanggrahan di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Hewan berang-berang memiliki kebiasaan membuat bendungan kecil untuk rumahnya. Berang-berang selalu menggunakan gigi depan untuk menggerogoti batang atau cabang pohon. Karena mereka menggunakannya setiap waktu, maka gigi depan ini menjadi tumpul atau rusak. Tetapi rahang berang-berang dibuat dengan memperhitungkan semua hal ini sebelumnya. Gigi depannya yang tajam selalu tumbuh memanjang, layaknya kuku manusia.
Menebang dan merobohkan pohon masih merupakan bagian pekerjaan yang paling sederhana. Selanjutnya, berang-berang memotong pohon tersebut pada cabang-cabangnya. Mereka memulai membangun bendungan dengan meletakkan cabang-cabang tersebut di depan gelondongan kayu terbesar yang telah mereka robohkan sebelumnya. Perlu diketahui bahwa, setiap saat, peralatan yang mereka gunakan hanyalah cakar dan mulutnya saja.
Mereka melakukan pekerjaan menebang pohon dan membangun bendungan dengan penuh kesabaran. Dua ekor berang-berang menebang rata-rata empat ratus pohon per tahun.


Mereka memotong-motong pepohonan yang berada agak jauh dari bendungan pada cabang-cabangnya, dan kemudian menyeret potongan-potongan tersebut ke bendungan.
Di Kanada, ini mungkin satu-satunya bendungan terbesar di dunia yang pernah diciptakan hewan pengerat itu. Seperti dilansir Vancouversun.com, Jumat 7 Mei 2010, pada awalnya bendungan ‘raksasa’ ini tidak akan pernah diketahui oleh manusia.
Tapi tiba-tiba, seorang ilmuwan melihat titik aneh dalam citra satelit yang dipancarkan dari angkasa di lokasi itu. Bendungan itu dibangun di lokasi yang subur dan terpencil.

Tepatnya di Taman Nasional Wood Buffalo. Lokasinya ‘terselip’ di kaki Pegunungan Alberta Birch, Kanada. Di sana, beberapa generasi secara turun-temurun dari kelompok berang-berang bekerja selama beberapa dekade.

Hasilnya menakjubkan. Tercipta satu bendungan dengan panjang sekitar 850 meter, ini lebih panjang dari delapan lapangan sepakbola.

Diperkirakan, kelompok berang-berang ini telah membangun bendungan raksasa itu selama sekitar 35 tahun. Atau kira-kira 15 tahun lagi waktu yang dibutuhkan untuk membangun Taj Mahal, salah satu tujuh keajaiban dunia.
Saat ini, kelompok berang-berang itu masih melakukan pembangunan. Bahkan, bendungan yang dibangun sudah menyatu dengan lokasi sekitar. Ilmuwan yang menemukan bendungan ini luar biasa takjub.
“Ini benar-benar besar,” kata Peter Busher, Profesor Ilmu Alam dari Boston University.
Tidak ada bendungan berang-berang yang panjangnya lebih dari 100 meter. “Ini merupakan satu kesatuan dari ‘sabuk berang-berang’ yang membentang dari Taman Nasional Riding Mountain sampai Birch Mountain,” kata pria yang telah mempelajari berang-berang selama 35 tahun.

Deskripsi
Berbentuk mirip musang, berang-berang memiliki tungkai yang relatif lebih pendek, dengan cakar yang berselaput, dan –kecuali berang-berang laut– mempunyai ekor yang panjang berotot. Rambut-rambut di tubuhnya terdiri dari dua lapisan. Bagian luar dengan rambut-rambut yang panjang dan relatif keras, kaku; dan bagian dalam dengan rambut-rambut yang halus, lunak. Lapisan dalam ini tidak tembus air dan memerangkap udara di dalamnya, sehingga menjaga kulit berang-berang tetap kering dan hangat meskipun tengah berenang di air yang amat dingin.

Tubuh berang-berang didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka untuk berenang dan menyelam dalam air. Kakinya berselaput sehingga mudah mengayuh air. Ekor belakangnya berbentuk seperti dayung raksasa, sehingga mereka dapat berenang dengan nyaman dalam air.

Banyak jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin; dan karena itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Berang-berang pantai memerlukan makanan hingga sebanyak 15% bobot tubuhnya setiap hari, sementara kebutuhan berang-berang laut berkisar antara 20–25% bergantung kepada temperatur lingkungannya. Di perairan sedingin 10 °C (50 °F), seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan per jam agar tetap bertahan hidup. Kebanyakan jenis berang-berang menghabiskan 3 hingga 5 jam perhari untuk berburu mangsanya, dan induk berang-berang yang tengah mengasuh anaknya memerlukan waktu yang lebih banyak, hingga 8 jam sehari.

Ikan merupakan makanan utama bagi kebanyakan berang-berang. Sebagai selingan, berang-berang juga memangsa kodok, udang, dan yuyu.[2] Jenis berang-berang tertentu pandai membuka cangkang kerang untuk memangsanya, sementara jenis yang lainnya cukup tangkas untuk menangkap mamalia kecil atau burung di habitatnya. Ketergantungan kepada mangsa ini menyebabkan berang-berang rawan terhadap penurunan populasi mangsa.
Berang-berang merupakan hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya di perairan atau di dasar sungai, danau, dan laut. Kebanyakan jenis hidup dan tinggal di dekat air, masuk ke badan air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.

Referensi: Vivanews, Vancouversun.com, Wikipedia

Tuesday, May 17, 2011

SECANGKIR SECANG YANG HANGAT


Ingat Secang ingat minuman rempah hangat yang dinikmati bersama gorengan sambil “kemul sarung” ngobrol ngalor-ngidul ora lali klempas-klempus ngrokok “tingwe”.Tetapi nama Secang juga berarti sebuah kota kecil berhawa sejuk di daerah Magelang Jawa Tengah, konon mungkin nama daerah tersebut diambil karena populasi Pohon Secang di daerah tersebut sangat banyak, sehingga orang-orang kemudian menamainya kota Secang.

Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L.) adalah tumbuhan berwujud pohon anggota suku polong-polongan (Fabaceae).

Klasifikasi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicolyledonae
Bangsa : Resales
Suku : Cesalpiniaceae
Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L

Nama Lokal :
Secang (Sunda), kayu secang, soga jawa (Jawa)

Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara maritim dan mudah ditemukan di Indonesia. Kulit kayunya dimanfaatkan orang sebagai bahan pengobatan, pewarna, dan minuman penyegar. Hingga abad ke-17 kulit kayunya menjadi bagian dari perdagangan rempah-rempah dari Nusantara ke berbagai tempat di dunia. Ia dikenal dengan berbagai nama, seperti seupeueng (Aceh), sepang (Gayo), sopang (Toba), lacang (Minangkabau), secang (Sunda), secang (Jawa), secang (Madura), sepang (Sasak), supa (Bima), sepel (Timor), hape (Sawu), hong (Alor), sepe (Roti), sema (Manado), dolo (Bare), sapang (Makasar), sepang (Bugis), sepen (Halmahera selatan), savala (Halmahera Utara), sungiang (Ternate), roro (Tidore), sappanwood (Inggris), dan suou (Jepang).
Kerabat dekatnya, kayu brazil (C. echinata), juga dimanfaatkan untuk hal yang sama

Deskripsi
Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan perdu yang umumnya tumbuh di tempat terbuka sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut seperti di daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya 5 – 10 m. Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Pada batang dan percabangannya terdapat duri-duri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya terebar.

Batang kayu secang berbentuk bulat, berwarna hijau kecoklatan. Daun majemuk menyirip ganda, panjang 25-40 cm, jumlah anak daun 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai, bentuknya lonjong, pangkal rompang, ujung bulat, tepi rata dan hampir sejajar, panjang 10-25 mm, lebar 3-11 mm, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk berbentuk malai, keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bentuk tabung, warnanya kuning. Buahnya buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, bila masak warnanya hitam. Biji bulat memanjang, panjang 15-18 mm, lebar 8-1 1 mm, tebal 5-7 mm, warnanya kuning kecoklatan. Panenan kayu dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun. Akar secang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor. Kayunya bila digodok memberi warna merah gading muda, dapat digunakan untuk pengecatan, memberi warna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta. Perbanyakan dengan biji atau stek batang.


Kandungan Kimia

Adapun kandungan yang terdapat pada kayu secang: Asam galat, tanin, resin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, minyak atsiri. Daun: 0,16%-0,20% minyak atsiri yang berbau enak dan hampir tidak berwarna, dan mempunyai efek farmakologis yaitu menghentikan perdarahan, pembersih darah, penawar racun dan sebagai antiseptik .

Efek Farmakologis:

Menghentikan perdarahan, pembersih darah, pengelat, penawar racun dan antiseptik.

1. Saponin
Saponin mengandung aglykon polisiklik yang khasnya adalah berbuih saat dikocok dengan air. Kemampuan berbusa saponin disebabkan oleh bergabungnya saponegin nonpolar dan sisi rantai yang larut dalam air. Saponin menyebabkan rasa pahit pada tumbuhan seperti secang.

2. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau dari luar, dan memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C).
Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.

3. Polifenol
Polifenol memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan.

4. Minyak atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai bahan astiseptik internal dan eksternal, untuk bahan analgesic, haemolitic atau sebagai antizymatic serta sebagai sedavita dan stimulans untuk obat sakit perut.

5. Tanin dan Asam Galat
Tanin adalah komponen zat organik yang sangat komplek dan terdiri dari senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500 – 3000, dapat bereaksi dengan protein membentuk senyawa komplek larut yang tidak larut. Tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringent atau menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri. Kadar tanin ekstrak kayu secang yang diperoleh dengan perebusan selama 20 menit adalah 0,137%
Tanin dan asam galat dalam secang diduga berperan dalam menghentikan pendarahan.

6. Brasilin
Basilin/brazilin adalah golongan senyawa yang memberi warna merah pada kayu secang dengan struktur C6H14O5 dalam bentuk kristal berwarna kuning sulfur, larut air dan berasa manis, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah kecoklatan. Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur kimianya. Berdasarkan aktivitas antioksidnnya, brazilin diharapkan mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Brazilin juga diduga mempunyai efek anti-inflamasi.
Streuktur Brasilin:


Khasiat
Kayu secang mempunyai berbagai macam khasiat antara lain : sebagai pewarna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta. Karena Kayu secang apabila direbus akan memberikan warna merah gading muda. Selain khasiat tersebut di atas, kayu secang ternyata juga berkhasiat untuk obat berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang dapat diobati adalah : Diare, disentri, TBC, luka dalam, sifilis, darah kotor, berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor, radang selaput lender mata.

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diare, disentri, batu darah (TBC), luka dalam, sifilis, darah kotor,; Muntah darah, berak darah, luka berdarah, memar berdarah; Malaria, tetanus, tumor, radang selaput lendir mata.;

Pemanfaatan Tanaman Obat Secang :

BAGIAN YANG DIPAKAI:
Kayu. Kulitnya dibuang, dipotong-potong lalu dikeringkan.


PEMAKAIAN:

Untuk minum: 3-9 g, direbus.
Pemakaian luar: Kayu direbus, airnya untuk mencuci luka, luka berdarah atau dipakai untuk merambang mata yang meradang.

CARA PEMAKAIAN:

1. Pembersih darah:
Kerokan kayu ditambah ketumbar dan daun trawas, rebus.

2. Diare / mencret:
5 g kayu dipotong kecil-kecil lalu direbus dengan 2 gelas air bersih
selama 15 menit. Setelah dingin disaring, dibagi menjadi 2 bagian.
Minum pagi dan sore hari.

3. Batuk darah pada TBC:
1 1/2 jari kayu secang dicuci dan dipotong-potong seperlunya,
rebus dengan 4 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas, Setelah
dingin disaring, minum. Sehari 3 x 3/4 gelas.

4. Radang salaput lendir mata:
2 jari kayu secang dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus
dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 1/2 gelas. Setelah dingin
disaring, airnya dipakai untuk merambang mata yang sakit.

5. Berak darah:
1 jari kayu secang dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus
dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 1/2 gelas. Setelah dingin
disaring lalu diminum dengan madu seperlunya. Sehari 2 x 3/4 gelas.

Wednesday, May 4, 2011

MITOS POHON KELOR


(sumber foto:http://noenkcahyana.blogspot.com/2011/01/daun-kelor-dan-manfaatnya.html)

Pohon Kelor (Moringa oleifera), dipercaya berasal dari India, menghasilkan biji spesial yang dapat membantu pembekuan untuk membersihkan air. Penggunaannya sudah dimulai di Sudan dan Peru, dimana kawasan perumahan mendapatkan pasokan air dari danau atau sungai terdekat. Untuk membersihkan air keruh dan berlumpur, penduduk setempat menggunakan biji dari pohon kelor, yang juga dikenal sebagai morongghi.

Nama umum
Indonesia: Kelor, limaran (Jawa)
Inggris: Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree
Melayu: kalor, merunggai, sajina
Vietnam: Chùm ngây
Thailand: ma-rum
Pilipina: Malunggay

Kelor
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Capparales
Famili: Moringaceae
Genus: Moringa
Spesies: Moringa oleifera Lam

Deskripsi
Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7 - 12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 - 2 cm, lebar 1 - 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 - 60 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang.

Pohon kelor selain punya cerita mistis ternyata juga banyak mengandung nutrisi yang potensial untuk mengatasi gizi buruk, meningkatkan ketahanan pangan, mendorong pembangunan perdesaan dan mendukung pengelolaan tanah yang berkelanjutan.


MITOS POHON KELOR

Sebelum cerita tentang nutrisi yang sumbernya dari temen dan browsing internet, saya mau cerita tentang mitos dari pohon kelor. Tumbuhan yang mempunyai nama latin Moringa oleifera atau dalam bahasa inggris disebut drumstick plant ini masuk kedalam famili Moringaceae. Secara fisik sosok tanama kelor dapat tumbuh mencapai tinggi 10 meter, akan tetapi seringkali dipotong secara rutin agar ketinggiannya tetap 1 meter agar daun dan buahnya dapat dicapai oleh tangan. Cerita mitosnya sebagai berikut:

1.Galih Kelor
Galih kelor biasanya tersembunyi ditengah-tengah pohon kelor yang sudah tua. Cara mendapatkannya adalah memotong pohonnya dan membelahnya menjadi 2 dan akan tampak galihnya berwarna coklat kehitaman. Tetapi sulitnya, tidak semua pohon kelor mengandungnya. Galih tersebut, diyakini memiliki kekuatan sbb :
Meredam kejahatan manusia
Meredam sihir dan senjata ghaib lainnya
Meredam gangguan senjata tajam
Menjaga kerukunan dalam poligami
Meredam petaka bisnis
Meredam fitnah dan kebencian orang
Meredam gangguan makhluk halus
Cara mempergunakannya adalah memotong galih tsb kecil dan membuatnya sebagai cincin yang diembani dengan perak.

2.Daun Kelor
Hingga saat ini masih banyak orang yang sulit untuk melepaskan diri dari belenggu mitos kesaktian daun kelor. Masih banyak ditemui di desa-desa dimana orang percaya bahwa jika ada orang yang sakit dan tergeletak lama namun tidak juga meninggal, maka orang tersebut diduga memiliki kesaktian tertentu yang harus segera dilepas dari tubuhnya. Untuk membantu melepas kesaktiannya biasanya orang tersebut disapu dengan daun kelor hingga akhirnya dapat meninggal dengan tenang. Ketika jasadnya kemudian dimandikan orang tersebut juga disapu lagi dengan daun kelor supaya bersih dari segala mahluk yang masih menempel pada jasadnya.

Saking banyaknya orang yang berhasil diobati dengan daun kelor pada jaman dahulu sampai-sampai mitos kesaktian daun kelor bisa bertahan hingga ribuan tahun, bahkan hingga sekarang. Selain untuk mengusir, kelor juga dipercaya bisa menolak kedatangan mahluk halus. Di jaman serba teknologi seperti sekarang ini kadang masih bisa ditemukan ada rumah yang di atas pintu utamanya ditaruh seikat daun kelor sebagai penolak bala.

Batang bersama daun kelor, umumnya digunakan sebagai “alat” untuk melumerkan atau menon-aktifkan “kekuatan magis” seseorang, yaitu dengan cara disapu-sapukan ke bagian muka ataupun dijadikan “alat tidur”, misal seseorang yang tahan terhadap pukulan, bacokan, bahkan tidak mempan oleh terjangan peluru, maka dengan cara disapu-sapukan ke bagian tubuhnya, ataupun dijadikan alas tidurnya, atau ada pula air tanaman kelor disiramkan ke seluruh tubuhnya, maka kekuatan magis tubuhnya akan lumer atau hilang.

Kira-kira dua cerita itu yang sampai kini masih berkembang di tengah-tengah masyarakat pedesaan. Maksud saya menulis tentang mitos daun kelor ini bukan dalam artian mengajak untuk mempercayainya, tetapi sekedar melengkapi informasi tentang pohon kelor.

POHON KELOR DI ERA SEKARANG


Lain dulu lain sekarang. Dengan penelitian ilmiah, terungkap bahwa daun ini ternyata mengandung berbagai unsur nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Variasi dan kadar kandungan nutrisi daun kelor berada di luar batas-batas kewajaran. Fenomena aneh ini diakui di dunia barat sekalipun karena memang dasarnya adalah penelitian ilmiah. Tidak heran banyak media masa internasional mempopulerkan pohon kelor sebagai “miracle tree” alias pohon ajaib, bahkan ada yang menyebutnya sebagai "tree for life". Memang mengagumkan. Bayangkan saja, jika kita memiliki sebuah pohon di halaman rumah yang bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati meskipun diterpa kemarau panjang, daunnya bisa disayur untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh, bisa digunakan sebagai obat ketika kita sakit, selain itu bijinya juga bisa untuk menjernihkan air yang kita minum. Kedengarannya seperti pohon yang hanya ada di dunia angan-angan, namun kenyataannya memang ada.

Berdasarkan data kelor merupakan tanaman yang paling mutiguna, hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan, sebagai pakan ternak dan unggas dan di beberapa kawasan ada bagian yang dijadikan serbuk untuk mengobati penyakit-penyakit endemis.


Komparasi kelor source :http://www.themoringa.com/images/Moringa_Nutrition.jpg

•Kandungan Vitamin C-nya setara dengan 6 kali vitamin C buah jeruk, sangat
bermanfaat untuk mencegah berbagai macam penyakit termasuk flu dan demam
•Kandungan Vitamin A-nya 4 kali lipat dari wortel untuk mencegah penyakit
mata, kulit, hati dan diare
•Kandungan kalsiumnya 4 kali kalsium susu, berguna untuk membentuk tulang dan
gigi yang kuat
•Kandungan Kaliumnya 3 kali kandungan kalium dalam pisang yang sangat penting
untuk perkembangan otak dan syaraf.
•Kandungan proteinnya sama dengan kandungan protein telur, penting untuk daya
tahan sel tubuh kita

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa tanaman kelor penting dalam mengatasi gizi buruk terutama bagi bayi dan balita serta ibu menyusui. Daunnya dapat dikonsumsi segar, dimasak atau disimpan dalam bentuk serbuk untuk persediaan beberapa bulan tanpa harus dimasukkan kedalam lemari pendingin tanpa kehilangan kandungan nutrisi. Pohon Kelor di daerah tropis daunnya relative lebih banyak, bahkan di musim kemaraupun masih terlihat menghijau. Hal ini bisa dijadikan salahsatu alternative ketahanan pangan di saat musim paceklik yang langka bahan makanan.

Bahkan, di beberapa negara di Afrika, seperti di Etiopia, Sudan, Madagaskar, Somalia, dan Kenya, sekarang mulai dikembangkan pula di Arab Saudi dan Israel, menjadi bagian untuk program pemulihan tanah kering dan gersang, karena sifat dari tanaman ini mudah tumbuh pada tanah kering ataupun gersang, dan kalau sudah tumbuh maka lahan di sekitarnya akan dapat ditumbuhi oleh tanaman lain yang lebih kecil, sehingga pada akhirnya pertumbuhan tanaman lain akan cepat terjadi.
Sedangkan untuk anda yang penasaran cara memasaknya, bisa mencoba memasak daun kelor dengan sayur bening (sup daun kelor) atau mungkin dengan cara ditumis dicampur dengan bahan-bahan sayuran lainnya.

3.Biji Kelor
Penelitian menunjukkan bahwa biji kelor mengeliminasi elemen beracun dari air. Jadi fungsi penambahan biji tersebut untuk membersihkan air, sebenarnya untuk memisahkan air tersebut dari microba yang dapat mengakibatkan penyakit.

Pohon Kelor dengan bunga putih tidak terlalu sulit didapat. Biasanya tumbuh di dekat pohon kelapa dan terkadang juga kita temukan di sepanjang jalan atau di taman.

Cara penggunaan :
- ambil biji kelor yg sudah tua dan kering
- kupas dan hancurkan biji tersebut, campur dengan sedikit air di botol atau gelas dan dikocok
- tuangan campuran tersebut ke dalam air yang ingin dibersihkan
- biarkan selama 2 - 3 jam
- pisahkan air yang telah dibersihkan dengan endapannya
- air yang telah dibersihkan tersebut siap untuk direbus dan digunakan sebagai air minum atau kebutuhan lain

Juga sangat mudah untuk menumbuhkan pohon kelor untuk mendapatkan bijinya. Cukup dengan memotong cabang dari pohon kelor yang sudah besar dan tua. Di usia 1,5 - 2 thn, pohon kelor sudah menhasilkan buah dan bunga.


Rasa air gambut yang pahit dan warna kecoklatan, tentu saja tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Bahkan, air gambut yang digunakan untuk mencuci pakaian pun yang berwarna putih justru akan berubah menjadi kecoklatan. Maka dengan sistem penyaringan sederhana ditambah dengan pengendap yang berasal dari serbuk atau tumbukan biji kelor, pada akhirnya akan menjadi air jernih, walau belum bersih. Sehingga untuk air minum harus dilakukan perlakuan, antara lain dimasak terlebih dahulu.

Banyak sekali kegunaan pohon kelor. Daun dan buahnya yang muda dapat dimakan. Bijinya, selain dapat membersihkan air, dapat juga digunakan untuk menambah aroma dalam masakan. Getahnya dapat digunakan sebagai obat tetes mata dan antiseptik.

4.Akar Kelor
Sebagai tanaman berkhasiat obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak lama di lingkungan pedesaan.
Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya kemudian digiling-dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan.

Sedangkan sebagai obat dalam, air rebusan akar ampuh untuk obat rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, sampai ke obat gonorrhoea. Bahkan, biji tua bersama dengan kulit jeruk dan buah pala, akan dapat menjadi “spiritus moringae compositus” yang digunakan sebagai stimulans, stomachikum, carminativum sampai diuretikum.

HABITAT KALAJENGKING


Di Yogyakarta di sebuah dusun bernama Sendangsari Kecamatan Minggir yang termasuk wilayah Kabupaten Sleman dahulu sebelum ekosistem di daerah tersebut rusak, masih banyak ditemukan salah satu species Kalajengking. Kami tidak tahu termasuk species apa, mungkin kalau dari bentuknya kami menyebutnya Black Scorpio. Rusaknya habitat kalajengking ini karena lokasi yang berada pinggiran DAS sungai Progo, yang kini banyak terdapat aktivitas penambangan pasir vulkanik dari Gunung Merapi. Untunglah Merapi mengeluarkan banjir lahar dingin, sehingga penambangan pasir tidak perlu melebar ke jauh ke tegalan di pinggir-pinggir sungai yang kebetulan banyak terdapat habitat kalajengking.

Habitat kalajengking adalah ditempat yang lembab di bawah pepohonan besar atau rumpun bambu, dengan tanah yang agar berpasir lebih disukai dari pada jenis tanah liat, karena kalajengking di alam bebas biasanya tinggal di liang di antara akar-akar pepohonan. Kalajengking menjalankan aktifitasnya biasanya di pagi dan sore hari, pada siang hari waktu lebih banyak dihabiskan untuk bersembunyi di sarangnya.

Ukuran kalajengkin ini relative lebih besar daripada kalajengking yang ditemukan di rumah dibalik kayu,atau bebatuan. Jenisnyapun sepertinya berbeda karena selain dari ukuran dari segi warnapun berbeda kalajengking rumah berwarna krem. Kalajengking jenis Black Scorpio ini masih banyak kita jumpai di pedagang obat kakilima di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.

Dahulu kami sering menangkap kalajengking dengan cara memancing dengan lidi yang ujungnya di beri simpul, kemudian lidi tersebut dimasukkan ke lubang/liang kalajengking. Dan seandainya ada kalajengking di dalamnya biasanya capit kalajengking akan segera menjepit lidi tersebut, sehingga apabila di tarik kena deh…tu kalajengking.

Kami biasa memainkan kalejengking dengan terlebih dahulu mengunting ekor tajamnya atau dapat juga dengan cara membakarnya ujung ekor yang mengandung bisa tersebut, sadis memang….tapi namanya juga anak-anak. Maklumlah jaman seperti itu permainan anak-anak masih banyak tergantung sama alam sekitar, belum banyak permainan buatan pabrik yang bisa masuk sampai ke kampong-kampung

Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Dalam kelas ini juga termasuk laba-laba, harvestmen, mites, dan tick. Ada sekitar 2000 spesies kalajengking.
Seluruh spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking termasuk sebagai neurotoxin. Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa cytotoxic. Neurotoxin terdiri dari protein, natrium sodium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi neuro sang korban. Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka agar mudah dimakan.

Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap arthropod lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus Quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah Androctonus Australis.

Kalajengking purba muncul pada pertengahan Masa Paleozoikum, kira-kira 400 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan kalajengking pada umumnya, bentuk kalajengking purba lebih sederhana. Tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas yang terlindung cangkang tipis. Perbedaan lainnya adalah ukuran tubuh beberapa jenis kalajenking purba yang mencapai 100 kali ukuran kalajenking masa sekarang, 2 hingga 3 meter. Selain itu, kalajengking purba juga hidup di air.