Thursday, May 19, 2011
POPULASI BERANG-BERANG DI JAWA
Berang-berang mempunyai nama local Wregul/Regul, Wisang/Lingsang merupakan mamalia semi-akuatik (atau akuatik, pada salah satu jenisnya) pemakan ikan. Berang-berang terdiri dari beberapa marga anggota anak-suku Lutrinae, yang bersama dengan jenis-jenis sigung (badger), biul, dan pulusan (weasel) membentuk suku Mustelidae.
Dengan tiga belas spesies dalam tujuh genus, berang-berang memiliki penyebaran hampir di seluruh bagian dunia kecuali Australasia.Mereka umumnya memakan hewan-hewan akuatik, terutama ikan dan kerang-kerangan, serta hewan-hewan invertebrata lainnya; namun juga amfibi, burung, dan mamalia kecil.
Berang-berang di pulau Jawa pada umumnya sudah sulit ditemukan alias diambang kritis kepunahan, pesatnya pembangunan tanpa memperdulikan lingkungan dipandang sebagai penyebab utama, selain di sisi yang lain berang-berang dianggap sebagai hama bagi petani ikan, karena salah satu kegemaran berang-berang adalah makan ikan. Sementara itu di sungai-sungai atau danau di pulau Jawa sudah sedikit sekali terdapat ikan yang dapat dijadikan sumber makanan bagi keluarga berang-berang. Kurang lebih sekitar tahun 80-an berang-berang masih bisa dijumpai di sungai-sungai atau persawahan di sekitar daerah Ngaran Seyegan yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Populasi berang-berang semakin menurun karena penduduk sekitar terus membantai setiap berang-berang yang ditemuinya karena dianggap sebagai hama bagi ikan-ikan di kolam mereka. Di samping itu ada sebagian orang yang menganggap berang-berang mempunyai racun bisa, hal ini sebetulnya hanya karena kerancuan nama antara Wisang/Lingsang dengan Wisang Geni yang merupakan tokoh pewayangan. Bambang Wisanggeni adalah nama seorang tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam wiracarita Mahabharata, karena merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa. Ia dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Wisanggeni merupakan tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Ia dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa dan terkenal yakni Racun Api.
Tetapi berdasarkan informasi di daerah Rawajati Timur Jakarta Selatan masih tersisa sepasang mamalia karnivora yang masuk famili Mustelidae ini. Dan ada sepasang lagi di Sungai Ciliwung, di wilayah Depok,” kata Ady Kristanto, peneliti dari Fauna & Flora International (FFI). Ady juga mendengar ada sepasang berang-berang yang hidup di Sungai Pesanggrahan di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Hewan berang-berang memiliki kebiasaan membuat bendungan kecil untuk rumahnya. Berang-berang selalu menggunakan gigi depan untuk menggerogoti batang atau cabang pohon. Karena mereka menggunakannya setiap waktu, maka gigi depan ini menjadi tumpul atau rusak. Tetapi rahang berang-berang dibuat dengan memperhitungkan semua hal ini sebelumnya. Gigi depannya yang tajam selalu tumbuh memanjang, layaknya kuku manusia.
Menebang dan merobohkan pohon masih merupakan bagian pekerjaan yang paling sederhana. Selanjutnya, berang-berang memotong pohon tersebut pada cabang-cabangnya. Mereka memulai membangun bendungan dengan meletakkan cabang-cabang tersebut di depan gelondongan kayu terbesar yang telah mereka robohkan sebelumnya. Perlu diketahui bahwa, setiap saat, peralatan yang mereka gunakan hanyalah cakar dan mulutnya saja.
Mereka melakukan pekerjaan menebang pohon dan membangun bendungan dengan penuh kesabaran. Dua ekor berang-berang menebang rata-rata empat ratus pohon per tahun.
Mereka memotong-motong pepohonan yang berada agak jauh dari bendungan pada cabang-cabangnya, dan kemudian menyeret potongan-potongan tersebut ke bendungan.
Di Kanada, ini mungkin satu-satunya bendungan terbesar di dunia yang pernah diciptakan hewan pengerat itu. Seperti dilansir Vancouversun.com, Jumat 7 Mei 2010, pada awalnya bendungan ‘raksasa’ ini tidak akan pernah diketahui oleh manusia.
Tapi tiba-tiba, seorang ilmuwan melihat titik aneh dalam citra satelit yang dipancarkan dari angkasa di lokasi itu. Bendungan itu dibangun di lokasi yang subur dan terpencil.
Tepatnya di Taman Nasional Wood Buffalo. Lokasinya ‘terselip’ di kaki Pegunungan Alberta Birch, Kanada. Di sana, beberapa generasi secara turun-temurun dari kelompok berang-berang bekerja selama beberapa dekade.
Hasilnya menakjubkan. Tercipta satu bendungan dengan panjang sekitar 850 meter, ini lebih panjang dari delapan lapangan sepakbola.
Diperkirakan, kelompok berang-berang ini telah membangun bendungan raksasa itu selama sekitar 35 tahun. Atau kira-kira 15 tahun lagi waktu yang dibutuhkan untuk membangun Taj Mahal, salah satu tujuh keajaiban dunia.
Saat ini, kelompok berang-berang itu masih melakukan pembangunan. Bahkan, bendungan yang dibangun sudah menyatu dengan lokasi sekitar. Ilmuwan yang menemukan bendungan ini luar biasa takjub.
“Ini benar-benar besar,” kata Peter Busher, Profesor Ilmu Alam dari Boston University.
Tidak ada bendungan berang-berang yang panjangnya lebih dari 100 meter. “Ini merupakan satu kesatuan dari ‘sabuk berang-berang’ yang membentang dari Taman Nasional Riding Mountain sampai Birch Mountain,” kata pria yang telah mempelajari berang-berang selama 35 tahun.
Deskripsi
Berbentuk mirip musang, berang-berang memiliki tungkai yang relatif lebih pendek, dengan cakar yang berselaput, dan –kecuali berang-berang laut– mempunyai ekor yang panjang berotot. Rambut-rambut di tubuhnya terdiri dari dua lapisan. Bagian luar dengan rambut-rambut yang panjang dan relatif keras, kaku; dan bagian dalam dengan rambut-rambut yang halus, lunak. Lapisan dalam ini tidak tembus air dan memerangkap udara di dalamnya, sehingga menjaga kulit berang-berang tetap kering dan hangat meskipun tengah berenang di air yang amat dingin.
Tubuh berang-berang didesain sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka untuk berenang dan menyelam dalam air. Kakinya berselaput sehingga mudah mengayuh air. Ekor belakangnya berbentuk seperti dayung raksasa, sehingga mereka dapat berenang dengan nyaman dalam air.
Banyak jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin; dan karena itu memiliki laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Berang-berang pantai memerlukan makanan hingga sebanyak 15% bobot tubuhnya setiap hari, sementara kebutuhan berang-berang laut berkisar antara 20–25% bergantung kepada temperatur lingkungannya. Di perairan sedingin 10 °C (50 °F), seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan per jam agar tetap bertahan hidup. Kebanyakan jenis berang-berang menghabiskan 3 hingga 5 jam perhari untuk berburu mangsanya, dan induk berang-berang yang tengah mengasuh anaknya memerlukan waktu yang lebih banyak, hingga 8 jam sehari.
Ikan merupakan makanan utama bagi kebanyakan berang-berang. Sebagai selingan, berang-berang juga memangsa kodok, udang, dan yuyu.[2] Jenis berang-berang tertentu pandai membuka cangkang kerang untuk memangsanya, sementara jenis yang lainnya cukup tangkas untuk menangkap mamalia kecil atau burung di habitatnya. Ketergantungan kepada mangsa ini menyebabkan berang-berang rawan terhadap penurunan populasi mangsa.
Berang-berang merupakan hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya di perairan atau di dasar sungai, danau, dan laut. Kebanyakan jenis hidup dan tinggal di dekat air, masuk ke badan air untuk berburu atau berpindah tempat, namun sebagian besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya, berang-berang laut menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.
Referensi: Vivanews, Vancouversun.com, Wikipedia