Monday, December 17, 2012

KENIKIR (Ulam Raja)

Siapa yang tidak kenal Kenikir? Pasti bagi mereka yang hobi wisata kuliner mengenal kenikir terutama daunnya. Memang bagi penduduk kota-kota besar mudah menemukan daun Kenikir, baik itu itu di pasar tradisional maupun supermarket, namun rata-rata mereka belum tahu jenis-jenis pohon Kenikir berikutnya bunganya.

Kenikir atau ulam raja merupakan terna tropika yang berasal dari Amerika Latin, tetapi tumbuh liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, serta di Indonesiadan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kenikir adalah anggota dari Asteraceae.

Kenikir tumbuh baik di dataran rendah sampai pegunungan ± 700m dpl., dengan kondisi tanah yang subur, liat, dan berdrainase baik, terutama di tempat terbuka yang mendapatkan sinar mataharipenuh.

Jenis-Jenis Kenikir

Keluarga besar Kenikir yaitu Asteraceae ini jenisnya banyak (lihat Fobi), namun hanya beberapa yang bisa dipakai untuk lalapan seperti Kenikir (Cosmos caudatus), Beluntas (Pluchea indica) dan Selada (Lactuca sativa).Sedangkan untuk jenis-jenis Asteraceae dari Genus Cosmos dan Genus Tagetes biasanya disebut Kenikir oleh orang Jawa yakni seperti Kenikir (Cosmos caudatus), Kenikir (Cosmos sulphureus), Kenikir (Tagetes erecta) dan Kenikir (Tagetes patula).

Manfaat

Kenikir selain dari jenis Cosmos caudatus tidak pernah dipakai untuk lalapan, karena rasanya yang sedikit pahit dan getir. Bahkan untuk jenis Tagetes erecta dapat dipakai untuk bahan pestisida nabati karena mengandung quercetagetin, quercetagitrin, dan tagetiin yang termasuk dalam kelompok senyawa flavonoid, serta senyawa tagetol, linolaol, ocimene, limonen, dan piretrum yang termasuk dalam kelompok monoterpenoid.

Tumbuhan ini juga mengandung senyawa alkaloid, serta senyawa thertienil yang termasuk dalam kelompok senyawa poliasetilen.Tagetes erecta ini biasanya dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit Infeksi saluran nafas bagian atas, radang mata, batuk, radang tenggorokan, sakit gigi dan juga kejang pada anak.

Sedangkan kesukaan menggunakan Cosmos caudatus sebagai lalapan dapat bermanfaat untuk memperbaiki peredaran darah dan mencuci darah, serta untuk menguatkan tulang. Daun Kenikir juga bersifat antioksidan (AEAC) yang amat tinggi, yaitu setiap 100 gram daun yang segar mengandung antioksida yang sama dengan 2,400 miligram L-asid askorbik. Bahan-bahan antioksidan yang utama disebabkan oleh kehadiran bilangan proantosianidin yang berwujud sebagai dimer, melalui heksamer, kuersetin glikosida, asid klorogenik, asid neoklorogenik, asid kripto-klorogenik, serta penangkap radikal bebas.

Radikal bebas dipercaya memicu banyak penyakit karena faktor lingkungan, seperti kanker dan jantung. Pada kenikir, kandungan flavonoidnya merupakan zat antioksidan paling efektif menangkal zat jahat tersebut. Oleh karena hal ini, kenikir disebut sebagai agen kemopreventif.

Serta berdasarkan beberapa kajian para ahli, kenikir juga mengandung 3 persen protein, 0,4 persen lemak dan karbohidrat serta kaya dengan kalsium dan vitamin A.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae, Divisi:Spermatophyta, Kelas: Magnoliophyta, Ordo:Fabales, Famili: Asteraceae, Genus: Cosmos, Spesies:C. caudatus, Nama binomial:Cosmos caudatus

Thursday, December 13, 2012

TAWON KEMIT (Lebah Tabuhan)

“Bangkekane Nawon Kemit” bagi orang Jawa istilah ini tidak asing lagi, yang artinya menunjukkan seorang gadis sexy berpinggang kecil seperti biola. Tawon kemit memang sexy dengan warna yang mencolok garis kuning berpadu dengan garis hitam sangat kontras dan cantik. Sepintas postur tubuhnya mirip semut bersayap tetapi bukan semut, seperti lebah tetapi bukan lebah. Tawon kemit, Tabuhan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Wasp sedangkan bagi orang sunda terdapat banyak sebutan untuk beberapa jenis keluarga serangga ini seperti papanting untuk yang bentuknya kecil dan langsing, bangbara atau engang.

Nama ilmiah untuk tawon kemit yang termasuk ke dalam genus Vespa ini adalah Ropalidia fasciata (bhs daerah: tawon kemit kecil/papating) dan Delta campaniforme (bhs daerah: tawon kemit besar/engang)

Tawon kemit atau lebah tabuhan ini merupakan predator alami bagi semua jenis ulat. Hal ini berbeda dengan burung, biasanya burung hanya memilih jenis ulat yang tidak berbulu saja. Tawon kemit membantu para petani dalam mengendalikan hama ulat, hanya saja dengan merebaknya penggunaan pestisida dan ketakutan manusia terhadap sengatan lebah menyebabkan populasi Tawon kemit ini menjadi berkurang. Hal ini terbukti di beberapa daerah seperti beberapa tahun lalu pernah terjadi serangan besar-besaran oleh ulat bulu. Keseimbangan alam memang sudah terganggu akibat pemakaian pestisida secara massal oleh hamper semua petani.

Tabuhan seperti halnya lebah madu biasanya membuat sarang pada dahan atau lubang pohon bahkan tabuhan biasa bersarang juga pada bagian rumah yang terbuat dari kayu atau bambu. Tabuhan membunuh serangga lain untuk makanan tempayak (anak tabuhan) disarangnya sehingga dikenal menjadi parasit bagi banyak spesies serangga termasuk serangga yang menjadi organisma pengganggu tanaman padi, khususnya telur-telur dari serangga lain tersebut. Dengan sifat alamiah seperti itu maka kehadiran beberapa jenis tabuhan menjadi sangat penting di sawah sebagai pengendali organisma pengganggu tanaman (opt). Salah satu opt yang sangat sulit dikendalikan saat ini adalah ulat penggerek batang. Penyemprotan berbagai jenis pestisida baik kimia maupun organik tidak akan mampu mengendalikan ulat penggerek batang yang berada di dalam batang padi karena cairan pestisida yang disemprotkan tidak akan bisa menjangkau ke dalam batang padi. Semprotan pestisida ini hanya mampu mengendalikan kupu-kupunya saja, sedangkan ulatnya yang merupakan pengganggu tanaman padi dari dalam batang tidak bisa dikendalikan dengan cara penyemprotan.

Cara paling efektif dan tentunya ramah lingkungan untuk mengendalikan serangan penggerek batang seperti halnya serangan oleh opt lainnya adalah dengan tindakan preventif berupa pengendalian oleh predator atau musuh alaminya seperti laba-laba atau beberapa jenis tabuhan. Hanya saja budidaya Tawon kemit ini masih menemui kesulitan untuk dilakukan oleh para petani dan untuk saat ini baru Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan sebenarnya yang sudah mengembangkan prosedur pengendalian opt ini dengan pelepasan musuh alami berupa tabuhan Trichogramma spp yang diperbanyak di tempat yang dikondisikan atau di laboratorium dengan media telur Corcyra spp (hama gudang yang banyak terdapat di gudang penyimpanan padi).

Senjata Rahasia

Senjata rahasia yang dimiliki ulat tabuhan bernama ovipositor. Ovipositor berupa jarum untuk menyuntikkan telur ke tubuh ulat kupu-kupu. Tentu saja, lebah tabuhan adalah musuh utama kupu-kupu. Kupu-kupu tidak berdaya terhadap serangan lebah tabuhan.

Di dalam perut ulat kupu-kupu, telur lebah tebuhan menetas dan berubah jadi ulat lebah tabuhan.Ulat lebah tabuhan memakan semua makanan yang dimakan ulat kupu-kupu. Pintarnya, ulat lebah tabuhan tidak sampai mematikan ulat kupu-kupu. Tetapi, begitu ulat tabuhan siap jadi kepompong, perut ulat kupu-kupu dijebol. Pyarrrr…. Perut ulat kupu-kupu pecah dan keluarlah kepompong lebah tabuhan ! Kasihan ulat kupu-kupu pun mati ! Lebah tabuhan telah menjadi parasit bagi ulat kupu-kupu. Oleh karena itu, lebah tabuhan disebut binatang parasitoid.

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hymenoptera

Famili: Vespidae

Genus: Vespa

Monday, December 10, 2012

RUMPUT ALANG-ALANG

Alang-Alang siapa yang tidak kenal dengan jenis gulma yang satu ini, baik yang tinggal di kota apalagi di pedesaan pasti gampang menemukannya. Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas. Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi dapat merangsang pertumbuhan alang-alang. Pucuk-pucuk ilalang yang tumbuh setelah kebakaran disukai oleh hewan-hewan pemakan rumput, sehingga lahan-lahan bekas terbakar semacam ini sering digunakan sebagai tempat untuk berburu. 

Alang-alang menyukai daerah yang kering dan gembur, hanya di tanah-tanah yang becek, terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang tidak mau tumbuh. Dengan memanfaatkan kecepatan tumbuh, jalinan rimpang alang-alang di bawah tanah, serta tutupan daunnya yang rapat, dapat memberikan manfaat untuk melindungi lahan-lahan terbuka yang mudah tererosi. 

Alang-Alang merupakan anggota suku rumput-rumputan (Poaceae) berdaun tajam yang pada umumnya tumbuh liar di hutan, ladang, lapangan berumput, dan pada tepi jalan pada daerah kering yang mendapat sinar matahari. Tanaman alang-alang biasanya tumbuh tegak dengan ketinggian sekitar 30 - 180 cm, berbatang padat, dan berbuku-buku yang berambut jarang. Daun berbentuk pita, tegak, berujung runcing, tepi rata, berambut kasar dan jarang. Warna daun hijau, panjang 12-80 cm, dan lebar 5-18 mm. Tumbuhan ini dapat hidup pada ketinggian 1 - 2.700 meter di atas permukaan laut. 

Perbungaan berupa bulir majemuk dengan panjang tangkai bulir 6-30 cm. Panjang bulir sekitar 3 mm, berwarna putih, agak menguncup, dan mudah diterbangkan oleh angin. Pada satu tangkai terdapat dua bulir bersusun, yang terletak diatas adalah bunga sempurna, sedang yang dibawah adalah bunga mandul. Pada pangkal bulir terdapat rambut halus yang panjang dan padat berwarna putih. Biji jorong dengan panjang sekitar 1 mm berwarna coklat tua. 

Alang-alang ini mempunyai banyak nama, antara lain di Sumatera disebut laturui, naleueng (Aceh), jih (Gayo), lalang, alang-alang (Melayu), rih (Batak), oo (Nias), hilalang, alang (Minangkabau), lioh (Lampung). Jawa: alang-alang, langangan, kambengan (Jawa), eurih (Sunda), kabut alang (Madura). 

Kalimantan: tingen, halalang. Sulawesi: reja (Makassar), deya (Bugis), padanga (Gorontalo), padongo, padang (Sulawesi Utara). Nusa Tenggara: witsyu (Sumbawa), kii (Flores), ambenan (Buru), re (Sasak). Maluku: kuso (Ternate), ige (Halmahera), kusu-kusu (Tiodore). Papua: ruren, gombur, mesofou, ukua, mentahoi, matawe, urmamu, dan omasa

Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak suku Panicoideae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bladygrass, cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail, mengacu pada malai bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya yang tajam melukai. 

Sifat Dan Khasiat Tanaman Alang-Alang : 
Rasa akar alang-alang manis, bersifat sejuk, masuk meridian paru-paru, lambung dan kandung kemih. Simplisia ini bersifat tonik, pereda demam (anti piretik), peluruh kencing (Diuretik), menyejukkan darah untuk menghentikan perdarahan (hemostatik), dan menghilangkan rasa haus. Tunas muda berkhasiat untuk peluruh kencing (Diuretik). 

Kandungan Kimia Tanaman Alang-Alang : 
Akar dan batang alang-alang mengandung manitol, glukosa, sakarosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrene, cylindol A, graminone B, imperanene, stigmasterol, campesterol, beta-sitosterol, fernenol, arborinone, arborinol, isoarborinol, simiarenol, anemonin dan tanin. 

Akar Alang-alang digunakan untuk pengobatan : 

  • Bengkak (Edema) karena radang ginjal akut, infeksi saluran kencing. 
  • Kencing sedikit - Bengkak karena terbentur (memar) 
  • Perdarahan akibat panasnya darah (blood heat) seperti mimisan (epistaksis), muntah darah, batuk darah, urine berdarah. 
  • Wasir (hemoroid) - Demam disertai haus, batuk, flu, sesak 
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi) - Sakit kuning (jaundice) 


Bunga Alang-alang digunakan untuk mengobati Batuk darah dan mimisan akibat penyakit paru. 

Cara Pemakaian : 

  • Untuk obat yang diminum : Rebus akar alang-alang kering (15-30 g), bila menggunakan yang masih segar maka jumlahnya kira-kira 30-60 g, sedang untuk bunga sekitar 5-10 mg, dan tunas muda 5-10g. Bisa juga akar ditumbuk dan diperas airnya, atau yang kering digiling untuk dijadikan bubuk. 
  • Untuk pemakaian luar : bulir bunga berikut tangkainya digiling halus dan dibubuhi pada luka atau disumbatkan ke hidung untuk menghentikan perdarahan.

Thursday, December 6, 2012

DAUN GINGSENG

Daun Gingseng berbeda dengan akar gingseng (Panax schinsen) Orang Korea menyebut ginseng sebagai insam. Di Korea, Panax schinsen liar yang tumbuh di hutan-hutan lebat pegunungan dinamakan sansam (ginseng gunung). Sansam adalah ginseng liar, sementara insam adalah ginseng yang dibudidayakan.

Di Indonesia terdapat juga tumbuhan yang memiliki khasiat sama dengan ginseng yaitu ginseng Jawa atau som/kolesom jawa. Nama ilmiahnya yang tepat penulis sendiri belum tahu mungkin Talinum crassifolium, Talinum fruticosum, atau Talinum triangulare. Kalau menurut FOBI berdasarkan foto yang dimuat daun gingseng ini nama latinnya Talinum fruticosum, sedangkan nama umum Indonesia: Krokot Belanda; Thailand: Som chin; Inggris: Ceylon spinach, Fame flower, Philippine: spinach, Potherb fame flower, Suriname: purslane, Sweetheart, Waterleaf.

Di dalam pengobatan tradisional akarnya dicampur dengan berbagai jenis obat dan yang paling terkenal dalam bentuk campuran anggur (Anggur Kolesom). Kajian mengenai khasiat dan kegunaanya telah dilakukan untuk menjadikan kolesom sebagai ginseng Indonesia.

Memang tanaman herba menahun ini bukanlah genus Panax, tetapi seperti ginseng yang digunakan untuk obat-obatan. Daun ginseng merupakan tanaman perdu yang tumbunya semi menjalar dan bisa mencapai tinggi 60 cm. Batang bercabang di bagian bawah dan pangkalnya mengeras. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai pendek, bundar telur sungsang, tepi rata, ujung dan pangkal runcing. Perbungaan majemuk dalam malai di ujung tangkai, berbentuk anak payung menggarpu yang mekar di sore hari, warnanya merah ungu. Buahnya buah kotak, diameter 3 mm, bijinya kecil, hitam, bulat gepeng.

Daun berdaging berwarna hijau terang atau agak keputihan; batang bulat sukulen dan berdiri tegak, sedangkan pangkalnya agak mengeras. Daunnya tunggal, tunas-tunas cabang akan muncul pada ketiak daun, kedudukan daun berhadapan atau bersilangan, bertangkai pendek, bulat telur sungsang, tepi daun rata dengan tulang daun menyirip, ujung dan pangkal runcing,. Permukaan daun lembut dan licin, agak berdaging. Permukaan bagian atas berwarna hijau terang, licin dan gundul, sedang permukaan bagian bawah hijau muda. Perbungaannya majemuk dalam mulai di ujung tangkai, berbentuk anak payung menggarpu yang mekar pada sore hari. Bunganya kecil dengan daun mahkota merah ungu berjumlah 5 helai dan berbentuk oval.

Tanaman sangat mudah dikembang biakan, baik dengan biji maupun setek batang. Biasanya akarnya tanaman ini bisa mengembung jika dibiakkan melalui biji. Asal medianya gembur, cukup humus dan tidak tergenang air, tanaman ini bisa tumbuh subur. Kolesom jawa juga cantik di tanam dalam pot sebagai tanaman hias karena bentuk daun dan bunganya menarik.

Selain itu, daun ginseng jawa dapat menjadi obat untuk mengatasi masalah penyakit kanker payudara, keputihan, memperbanyak asi, dan lain lain. kita dapat menggunakannya dengan memilih daun ginseng jawa yang tidak terlalu tua, agar tidak terlalu pahit rasanya. Daun ginseng kaya akan vitamin A, saponin dan flavonoid, juga mengandung steroid dan minyak asiri yang berkhasiat meningkatkan nafsu makan (stomakik), selain itu ginseng jawa atau som jawa merupakan salah satu jenis tanaman yang dikelompokkan kedalam kelompok ginseng yang diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan daya seksual (afrodisiak).

Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa ginseng jawa mengandung senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin, dan senyawa-senyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan sirkulasi atau peredaran darah pada system saraf pusat atau sirkulasi darah tepi. Obat tradisional jenis afrodisiak seperti ginseng jawa juga digunakan untuk meningkatkan stamina.

Akar atau umbi ginseng jawa mengandung zat-zat penting seperti saponin dan flavonoid yang bersifat manis dan netral serta berkhasiat menguatkan paru-paru, tonikum, dan afrodisiak.

Sebetulnya semua bagian tanaman ini bisa dimakan, mulai dari akar, bunga hingga daunnya, tetapi ingat, terlalu kelebihan mengkonsumsi daun ginseng jawa, bisa mengakibatkan keracunan, bahkan kematian. Penulis sendiri pernah merasakan keracunan daun gingseng ini, perasaan mual dan sedikit pusing. Jika anda sudah terkena, atasi dengan minum kopi keras, dan istirahat yang cukup di tempat terbuka.

Bila anda berminat dengan mudah bisa didapatkan di beberapa supermarket terdekat. Kebanyakan orang menyukai daun gingseng ini untuk ditumis, sup maupun sebagai campuran nasi goreng, tetapi anda juga dapat langsung menjadikannya sebagai lalapan.

Referensi:

FOBI, Wikipedia, anthropogen, farmasi

Tuesday, December 4, 2012

BEDA CABE JAWA DENGAN CABAI LOMBOK

Kebanyakan orang tahu istilah Cabai atau Lombok tetapi kalau Cabe mungkin sering dengar sebagai salah satu jenis jamu yaitu Cabe Puyang. Istilah Cabai dengan Cabe dalam hal ini berbeda. Cabai jawa, cabai jamu, lada panjang, atau cabe saja (Piper retrofractum Vahl. syn. P. longum) adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae. Dikenal pula sebagai cabai solak (Madura) dan cabia (Sulawesi). Cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, c. sula (Jawa),; Cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura).; Lada panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera).; Cabia (Makasar). Long pepper (Inggris);

Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut). Ciri-ciri dari Cabai jawa :

Tumbuhan menahun, batang percabangan liar, tumbuh memanjat; melilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu.. Ciri-ciri daun bulat agak lonjong, pangkal daun agak berbentuk jantung dan juga membulat, ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. buahnya majemuk bulir, bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Ukuran daun panjangnya 8,5 - 30 cm, lebar 3 - 13 cm, hijau. Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina. Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2 - 7 cm, garis tengah 4 - 8 mm, bertangkai panjang, Buah yang belum tua berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya kuning, merah, serta lunak dan manis. Biji bulat pipih, keras, cokelat kehitaman. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.

BEDA LADA, CABE JAWA DAN KEMUKUS

Sepintas, masyarakat sulit untuk membedakan tanaman lada, cabe jawa dan kemukus. Tiga tumbuhan penghasil rempah ini memang sulit dibedakan satu sama lain, namun ketiganya mudah dibedakan dari sirih. Bahkan lada dengan kemukus benar-benar sulit dibedakan oleh mata awam, termasuk buahnya.

Cabai jawa baru mudah dibedakan dari kemukus dan lada, dari bentuk buahnya. Buah lada dan kemukus berupa butiran hijau berdiameter 0,5 cm, yang terkumpul dalam satu tangkai (malai, dompolan). Dompolan lada, lebih panjang dan lebih rapat ditempeli buah, dompolan kemukus pendek dengan buah lebih jarang. Buah cabai jawa, sebenarnya sama dengan lada dan kemukus, terdiri dari butiran-butiran yang menempel pada satu tangkai. Namun butiran buah cabai jawa menyatu hingga tampak hanya sebagai satu buah utuh, berdiameter 1 cm, dengan panjang 5 cm.

Sepintas buah cabai jawa mirip dengan es lilin mini, atau buah anthurium, dengan permukan berbintik-bintik, yang menandakan keberadaan buah/biji. Buah cabai jawa berwarna hijau dan akan berubah menjadi merah ketika sudah masak. Lada, kemukus, dan cabai jawa, berdaging buah sangat tipis tetapi manis. Burung pemakan buah menyenangi biji tanaman rempah ini. Setelah terfermentasi dalam perut burung, biji akan dikeluarkan utuh bersama fases, dan tumbuh di lokasi yang jauh dari induk mereka. Cabai jawa biasa dipanen ketika berwarna hijau kekuningan, dan tidak menunggu sampai benar-benar merah. Setelah dipanen, buah dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari. Sebelum bangsa Eropa menemukan Benua Amerika, cabai jawa merupakan mata dagangan yang sangat penting. Peradaban Jepang, Cina, India, Timur Tengah dan Eropa, sangat tergantung dengan komoditas cabai jawa sebagai salah satu bahan rempah, bersama dengan cengkeh, pala, kayumanis, kapulaga, kemukus dan lada.

Bahkan lada hitam, yang merupakan biji Piper nigrum muda utuh dikeringkan, sering dianggap sama dengan cabai jawa. Masyarakat Eropa, ketika itu memang menganggap cabai jawa, dan lada hitam sebagai komoditas bumbu yang bisa saling menggantikan. Bahkan para ahli botani, ketika itu yakin bahwa cabai jawa, kemukus dan lada hitam berasal dari tumbuhan yang sama. Justru lada putih diperkirakan merupakan spesies tanaman tersendiri, yang beda dengan lada hitam, kemukus dan cabai jawa.

Beda dengan lada, pala, cengkeh, kapulaga, dan kemukus, yang terutama diharapkan aromanya. Cabai Chilli Papper, bisa menghasilkan rasa pedas beberapa kali lipat dibanding cabai jawa. Di Jawa Tengah, istilah cabé, jelas mengacu pada cabai jawa. Sebab cabai sebagai bumbu dapur disebut lombok. Salah satu resep masakan yang populer menggunakan cabai jawa adalah gulé jamu atau gecok kepala/kaki kambing. Gulé jamu atau gecok, adalah gulai kepala dan kaki kambing, yang bumbunya ditambah dengan cabai jawa. Bumbu gulai kambing (jawa) adalah bawang merah/putih, cabai merah/rawit, lada, pala, cengkeh, kapulaga, sereh, garam, dan santan kelapa. Khusus gulé jamu atau gecok, masih ditambah dengan cabai jawa.

BUDIDAYA

Meskipun menghasilkan biji, cabai jawa tidak pernah dibudidayakan dengan benih generatif. Benih cabai jawa selalu berupa stek, rundukan, dan pemisahan anakan. Sama dengan lada dan kemukus, benih stek paling banyak digunakan dalam budidaya cabai jawa. Ada dua macam bahan stek, yakni stek cabang (ruas) dan stek pucuk (tunas). Cabang yang digunakan sebagai bahan stek, harus berupa ruas produktif, yang tunasnya masih hidup. Ruas tua yang tunasnya sudah mati, tidak cocok digunakan sebagai bahan stek.

KANDUNGAN KIMIA

Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmetic acids, tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3, 4-methylenedioxy benzene, piperidin, minyak asiri , N-isobutyldeka-trans-2-trans-4- dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar mengadung piperine, piplartine, dan piperlonguminine.

KHASIAT DAN KEGUNAAN

Buah cabai jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu, cabai jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Rasa pedasnya berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6 persen. Salah satu jamu populer yang mengandung cabai jamu adalah cabai puyang, yang dibuat dengan bahan utama cabai jamu dan lempuyang.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Piperales Famili: Piperaceae Genus: Piper Spesies:P. retrofractum Nama binomial: Piper retrofractum Vahl.

Referensi:

Wikipedia, IPTEKnet, FORAGri