Wednesday, July 20, 2011

BUBUT YANG MALANG

Penulis waktu kecil sekitar usia SD masih sering mendengar suara seram burung Bubut, biasanya di sore hari lebih ramai terdengar bersahut-sahutan di sarangnya. Burung bubut ini lebih banyak dijumpai pada habitat rawa atau semak-semak dekat dengan sungai. Bubut Besar adalah spesies burung yang mempunyai paruh tajam, berdarah panas, dan membiak dengan cara bertelur. Dahulu penulis sering menjumpai burung Bubut di sekitar semak-semak pohon pandan di daerah lereng “pegunungan So” desa Pare Kabupaten Sleman.

Penampilannya menyeramkan dan aromanya yang kurang sedap, membuat burung yang satu ini jarang dipelihara oleh orang. Bubut begitulah namanya atau nama latinnya Centropus Negrorufus , burung Bubut ini dinamai demikian karena merujuk dari suaranya yang berbunyi :”but….but…but…but”.

Sumber makanan burung Bubut ini bukanlah burung yang pemilih dari serangga, siput, kelabang, kepiting kecil, telur burung, katak dan ular pohon disantapnya. Dari jenis kebiasaan makannya Bubut ini memang sama dengan Gagak. Kedua burung ini diyakini masyarakat memiliki hubungan dengan alam gaib karena kemunculannya dikaitkan dengan kejadian kejadian tertentu yang bersifat buruk, karena itulah tak jarang warga mengusirnya kala berkeliaran di rumah mereka.

Namun dibalik penampilannya yang menyeramkan burung Bubut dan predikat jelek yang disandangnya burung ini ternyata banyak dicari orang karena mempunyai khasiat yang besar manfaatnya. Khasiat burung Bubut diyakini bisa sebagai obat untuk patah tulang dan konon kabarnya banyak juga di lakukan oleh masyarakat Dayak di pedalaman kalimantan dan tak hanya untuk obat patah tulang tapi juga buat obat keseleo.

Penulis sendiri masih belum percaya kalau burung Bubut ini berkhasiat untuk obat patah tulang. Untuk membuatnya adalah dengan membutuhkan 1 liter minyak kelapa murni dan seekor burung Bubut. Minyak kelapa ini bukan sembarang minyak, tetapi minyak yang dibuat dari kelapa yang letak buahnya menghadap ke arah kiblat. Dan mendapatkannya tidak boleh dijatuhkan dari atas pohon kelapa, tetapi dipetik dan dibawa turun dengan cara digigit. Setelah burung itu disembelih dan dibersihkan lalu direndam dalam minyak kelapa dan dijerang di atas kompor dengan api yang sedang saja. Api harus di jaga karena jangan sampai minyak menjadi terlalu mendidih sehingga burung Bubut tidak sampai matang dan hangus. Dan minyak yang hangat dari campuran minyak kelapa dan burung Bubut itulah yang bisa dipakai pengobatan. Dan agar minyak benar -benar siap proses pemasakan dilakukan selama tujuh hari terus menerus sampai daging burung Bubut itu mengkerut karena habis sari patinya.

Tetapi sebaiknya anda jangan percaya dengan mitos tersebut, karena dengan adanya kemajuan jaman dunia kedokteranpun makin lama makin maju sehingga tidak perlu lagi memburu burung Bubut yang sudah diambang kepunahan. Suara, rupa dan bau boleh saja tidak sedap, tetapi bukan berarti jenis ini lantas boleh dienyahkan. Hanya saja memang untuk Indonesia masih menjadi problem ketika jaminan kesehatan hanya bagi mereka yang berkantong tebal saja, sehingga orang miskin terpaksa masih mengandalkan terapi alternative dari para dukun patah tulang.


Bubut

Status konservasi Risiko rendah

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Cuculiformes
Famili: Cuculidae
Genus: Centropus
Spesies: C. bengalensis

Nama binomial
Centropus bengalensi

Monday, July 11, 2011

NASIB MUSANG PANDAN (LUWAK)

Penulis saat ini memelihara Musang Pandan satu ekor, yang sebetulnya tidak ada rencana untuk memelihara karena lebih suka kalau dia bebas berkeliaran di alamnya. Penulis akhirnya memutuskan memelihara karena pertimbangan daripada Musangnya mati dibunuh lebih baik dipelihara dan siapa tahu bisa di breeding, kemudian di lepas liarkan. Musang yang penulis piara ini berasal dari tangkapan seorang temen yang merpatinya sering mati terpenggal kepalanya dan tentu saja tersangkanya si Musang, karena modusnya memang begitu.

Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat.

Dalam bahasa ilmiah Musang Pandan disebut Paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan.

Musang saat ini walaupun belum punah, tetapi habitatnya sudah mulai sulit ditemukan, selain karena reputasinya yang jelek sebagai pencuri juga karena pembangunan yang tidak mendukung untuk tempat berkembangnya Musang. Terkadang namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik.

Di perkotaan tempat yang bisa dipakai untuk bersarang Musang masih banyak di jumpai seperti di atas plafon rumah atau kantor, tetapi daerah untuk mencari sumber makanan yang agak sulit ditemukan oleh Musang, karena sedikitnya pohon buah-buahan yang boleh diambil gratis oleh Musang. Mungkin karena tidak tersedianya buah-buahan di pohon sebagai sumber makanannya, maka terpaksalah Musang makan kepala ayam, merpati peliharaan bahkan telur-telurnya. Inilah akhir dari sejarah petualangan si Musang karena diburu dan kemudian di bunuh tanpa ampun.

Padahal terdapat sisi baik dari Musang yang sering disebut Luwak kalau di Jawa (Paradoxurus hermaphrodites). Banyak yang mengenal Musang sebagai binatang yang pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan bersama tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi luwak. Sebetulnya Musang tidak hanya memakan biji kopi saja, tetapi juga buah-buahan kecil yang lain seperti rambutan, alkautsar, sawo kecik dsb, yang kemudian biji dari buah-buahan tersebut akan tersebar dan dapat tumbuh menjadi pohon-pohon baru.

Nah kalau begitu Musang sangat berjasa membantu penghijauan, puji syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan makhluk dengan pencernaan yang sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik.

Diskripsi, Ciri, dan Perilaku. Musang Pandan atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh Luwak ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman.

Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.

Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang Pandan juga merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam hari.

Musang Pandan merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.

Persebaran dan Konservasi. Musang Pandan atau Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus) tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.

Di Indonesia Musang Pandan tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga telah diintoduksi ke Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.

Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman manusia. Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl.

Populasi dianggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN Redlist hanya memasukkannya dalam status konservasi Least Concern sejak 1996.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Viverridae; Genus: Paradoxurus; Spesies: Paradoxurus hermaphroditus.

Wednesday, July 6, 2011

KEPIK DAN KUMBANG CANTIK

Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atau ladybug. Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.

NAMA ILMIAH Kumbang Koksi yang orang awam sering menyebutnya Kepik:
Kerajaan: Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Coccinellidae

Latreille, 1807

Subfamili
Chilocorinae
Coccidulinae
Coccinellinae
Epilachninae
Scymininae
Sticholotidinae


NAMA ILMIAH Kepik:

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera

Linnaeus, 1758
Subordo
Auchenorrhyncha
Coleorrhyncha
Heteroptera
Sternorrhyncha


A.HEMIPTERA
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengonsumsi hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.

Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu.

Hemiptera tersebar di seluruh dunia, kecuali di daerah-daerah yang terlampau dingin seperti wilayah kutub. Cara hidup mereka yang beragam membuat persebaran mereka begitu luas. Beberapa anggota Hemiptera seperti walang sangit dan tonggeret hidup pada tanaman dan menghisap sarinya. Kepik pembunuh juga hidup di antara tanaman, namun mereka memburu hewan-hewan kecil. Sebagian kecil dari Hemiptera seperti kutu busuk diketahui hidup sebagai parasit dan menghisap darah hewan yang lebih besar. Anggota Hemiptera lainnya juga diketahui hidup di air, misalnya anggang-anggang dan kepik air raksasa. Salah satu anggang-anggang dari genus Halobes bahkan diketahui hidup di air asin.

Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.

B.COLEOPTERA (Kumbang Koksi)



Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.

Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atau ladybug.Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.

Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman yang menyediakan makanannya.Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang terbesar panjang tubuhnya mencapai hampir 1 cm.

Hewan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1}. Dia memiliki ukuran 1 sampai 10 mm.
2}. Berbentuk seperti belahan bola.
3}. Berwarna merah dan juga ada yang berwarna coklat bahkan kuning keemasan.
4}. Tubuhnya bergaris dan berbintik-bintik.
5}. Kepik yang dewasa makanannya adalah kutu daun.

Bisanya kepik banyak dijumpai di areal persawahan, lebih tepatnya di pohon kakungan. Pohon kakungan memang banyak dihinggapi kutu daun berwarna putih. Cairan dari tubuh kutu inilah yang menjadi sumber makanan kepik.

Kumbang koksi memiliki penampilan yang cukup khas sehingga mudah dibedakan dari serangga lainnya. Tubuhnya berbentuk nyaris bundar dengan sepasang sayap keras di punggungnya. Sayap keras di punggungnya berwarna-warni, namun umumnya berwarna mencolok ditambah dengan pola seperti totol-totol.Sayap keras yang berwarna-warni itu sebenarnya adalah sayap elitra atau sayap depannya. Sayap belakangnya berwarna transparan dan biasanya dilipat di bawah sayap depan jika sedang tidak dipakai. Saat terbang, ia mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara sayap depannya yang kaku tidak bisa mengepak dan direntangkan untuk menambah daya angkat. Sayap depannya yang keras juga bisa berfungsi seperti perisai pelindung.


Anatomi

Kumbang koksi memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantunya saat makan hewan-hewan kecil seperti kutu daun. Di kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan mikroskop) yang ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan bahan berminyak yang lengket sehingga kepik bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat sulit seperti di kaca atau di langit-langit.

Makanan
Mayoritas dari kepik adalah karnivora yang memakan hewan-hewan kecil penghisap tanaman semisal kutu daun (afid). Larva dan kepik dewasa dari spesies yang sama biasanya memakan makanan yang sama. Kepik makan dengan cara menghisap cairan tubuh mangsanya. Di kepalanya terdapat sepasang rahang bawah (mandibula) untuk membantunya memegang mangsa saat makan. Ia lalu menusuk tubuh mangsanya dengan tabung khusus di mulutnya untuk menyuntikkan enzim pencerna ke tubuh mangsanya, lalu menghisap jaringan tubuh mangsanya yang sudah berbentuk cair. Seekor kepik diketahui bisa menghabiskan 1.000 ekor kutu daun sepanjang hidupnya.

Beberapa jenis kepik semisal kepik Jepang dan kepik dari spesies Epilachna admirabilis diketahui sebagai herbivora karena memakan daun. Kepik tersebut biasanya meninggalkan jejak yang khas pada daun bekas makanannya karena mereka tidak memakan urat daunnya.

Hibernasi
Seperti kebanyakan serangga dan hewan, kepik koksi di wilayah empat musim juga melakukan hibernasi (tidur panjang di musim dingin). Kepik koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau timbunan daun saat berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya.

Pertahanan Diri
Hewan-hewan yang memangsa kepik umumnya adalah hewan-hewan pemangsa serangga seperti burung dan laba-laba. Kepik memiliki cara unik dalam mempertahankan diri. Bila merasa terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara membalikkan tubuhnya dan menarik kakinya ke dalam. Sebagai mekanisme perlindungan lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil, pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan cairan tersebut.

Reproduksi dan Daur Hidup

Kepik melakukan perkawinan agar bisa berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kepik yang memiliki corak warna berbeda, namun tetap bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak secara normal karena masih berasal dari spesies yang sama. Kepik betina dari jenis kepik karnivora selanjutnya memilih tempat yang banyak dihuni oleh serangga makananannya agar begitu menetas, larva itu mendapat persediaan makanan melimpah. Pada kepik pemakan daun, betina yang baru bertelur di suatu tanaman akan meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur di tanaman yang sama. Di wilayah empat musim, jika kepik betina tidak berhasil menemukan tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka kepik betina akan menunda pelepasan telurnya hingga musim dingin usai.

Kepik sebagai anggota dari ordo Coleoptera (kumbang) mengalami metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kepik berbentuk lonjong dan berwarna kuning. Telur-telur ini biasanya menetas sekitar seminggu setelah pertama kali dikeluarkan. Larva kepik umumnya memiliki penampilan bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan makan sesuai makanan induknya dan ketika mereka bertumbuh semakin besar, mereka melakukan pergantian kulit.

Larva yang sudah sampai hingga ukuran tertentu kemudian akan berhenti makan dan memasuki fase kepompong pada usia dua minggu sejak pertama kali menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting dan berwarna kuning dan hitam. Kepik dewasa selanjutnya akan keluar dari kepompong setelah sekitar satu minggu. Sayap depan kepik yang baru keluar masih rapuh dan berwarna kuning pucat sehingga ia akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan sayapnya sebelum mulai berakivitas.

Interaksi dengan Manusia

Kepik memiliki sejarah hubungan yang cukup baik dengan manusia. Banyak orang suka menangkap dan mengoleksi mereka karena tertarik akan motif dan corak sayapnya yang beraneka ragam. Kepik di beberapa negara juga dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan. Di Jerman misalnya, jika ada kepik yang terbang memasuki rumah, maka keluarga yang tinggal di dalam rumah itu dipercaya akan menjadi kaya raya.

Pembasmi Hama

Epilachna admirabilis, spesies kepik pemakan daun

Kepik juga dikenal sebagai salah satu pembasmi hama ramah lingkungan. Sekitar abad ke-19, perkebunan buah di wilayah Asia dan Amerika Serikat diserang oleh hama serangga yang dikenal sebagai sisik bantal kapuk (Icerya purchasi) dan sempat menyebabkan kerugian besar. Hama itu sebenarnya adalah sejenis kutu daun yang hidup dengan menghisap sari tanaman dan membentuk semacam lapisan bersisik di sekitarnya untuk melindungi dirinya. Hewan itu terbawa tanpa sengaja dari Australia hingga sampai di wilayah perkebunan di benua lain.

Para ahli selanjutnya mencari cara untuk membasmi hama itu. Mereka akhirnya menemukan bahwa di habitat aslinya di Australia, sisik bantal kapuk memiliki pemangsa alamiah kepik Vedalia cardinalis. Kepik itu lalu dibawa ke perkebunan buah yang diserang oleh hama sisik bantal kapuk pada tahun 1888 dan dalam waktu dua tahun, cara itu telah berhasil menekan populasi serangga hama tersebut. Kepik ini pun selanjutnya menjadi salah satu contoh keberhasilan pengendalian hama dengan memanfaatkan perilakunya dalam rantai makanan (bioinsektisida).

Pemakan Tanaman
Tidak semua kepik membawa manfaat bagi manusia. Beberapa spesies kepik semisal Epilachna admirabilis diketahui memakan daun tanaman budidaya semisal daun terong sehingga merusak tanaman dan dalam hal ini merugikan petani.

(sumber: wikipedia)

Monday, July 4, 2011

JANGKRIK DAN GANGSIR

Dua serangga ini serupa tapi tak sama, dari segi makanan mungkin sama tetapi kalau gangsir tidak tahan terhadap cabai dan sangat berbeda dengan saudaranya kalau sedikit makan cabai sih tidak jadi masalah. Bagi anak desa untuk membedakan gangsir dan jangkrik tidak mengalami kesusahan, tetapi saat ini mungkin justru mengalami kesulitan untuk menemukan habitat gangsir. Maklumlah habitat gangsir kebanyakan dapat ditemukan di kebun-kebun atau pekarangan rumah, sedangkan habitat jangkrik biasanya banyak di temui di areal persawahan. Apalagi saat ini banyak ditemukan sentra-sentra pengembangbiakan jangkrik sebagai komoditi untuk makanan burung.

Cara mendapatkannya

Habitat gangsir tidak jauh berbeda dengan habitatnya jangkrik (di semak rerumputan daerah yg teduh) hanya lobang sarangnya jauh kedalam tanah bisa sampai 60cm. Trik agar gangsir keluar lobang dengan menyiramkan air kedalam lubang sampai penuh (mulut lubang)... nanti si gangsir akan keluar dengan sendirinya. Nah segera tangkap bila sudah nongol dari lubangnya.

Ada hal unik dalam menagkap gangsir ini, jika anda ingin menangkap gangsir dengan jalan menggali sarang/lubangnya usahakan posisi berdiri anda atau teman anda jangan berada di arah atas lubang (bhs. Jawanya “ngendas-endasi”). Hal ini apabila anda lakukan pasti akan mengalami kesulitan untuk menemukan gangsir yang sembunyi di dalam lubangnya.

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Orthoptera
Upaordo: Ensifera
Superfamili: Grylloidea
Famili: Gryllidae

Kelas Insecta (serangga)
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.

Klsifikasi (penggolongan) Insecta (serangga)
Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
a)Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:

1). Achyptera atau Isoptera
Ciri-ciri ordo Archyptera:
- Metamorfosis tidak sempurna.
- Mempunyai satu pasang sayap yang hampir sama bentuknya.
- Kedua sayap tipis seperti jaringan.
- Tipe mulut menggigit.

Contoh: Reticulitermis flavipes (rayap atau anai-anai)

2). Orthoptera
Ciri-ciri ordo Orthoptera:
- Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.
- Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya.
- Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur.
- Tipe mulutnya menggigit.

Contoh :
- Belalang (Dissostura sp)
- Belalang ranting (Bactrocoderma)
- Belalang sembah (Stagmomantis sp)
- Kecoak (Blatta orientalis)
- Gangsir tanah (Gryllotalpa sp)
- Jangkrik (Gryllus sp)

ANATOMI

adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.


JANGKRIK


Anatomi gangsir sebetulnya mirip dengan jangkrik, hanya saja gangsir lebih tambun, terlihat lebih besar dan kuat dibanding dengan jangkring. Walaupun penulis pernah mengadu jangkrik dengan gangsir ternyata lebih ganas dan lincah jangkrik dibanding saudaranya.

Sayap jangkrik jantan dapat menghasilkan bunyi keras dan pendek-pendek krik..krik..krik.., sedangkan sayap gangsir menghasilkan bunyi yang panjang kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiuuuuuuuuuuuuuuuuuung, seperti bunyi anjing tanah atau orong-orong. Satu hal lagi suara gangsir terdengar lebih keras dan menggema karena gangsir selalu membuat lubang sebagai tempat tinggalnya. Dengan lubang tersebut akian membantu memperkeras bunyi yang keluar dari kedua sayapnya.

Entah mengapa belum ada orang tertarik untuk membudidayakan gangsir, kemungkinan karena gangsir tidak setahan jangkrik, sehingga cukup merepotkan untuk dibudidayakan. Sebagai peluang bisnis mungkin cocok untuk dicoba, karena dari sisi protein jelas gangsir tidak kalah dengan jangkrik. Apalagi dengan berat bedan yang lebih besar dibanding jangkrik tentu hanya membutuhkan jumlah relative lebih sedikit dibanding jangkrik jika anda ingin menjadikan gangsir sebagai salah satu asupan bagi peliharaan kesayangan anda atau sebagai umpan mancing. Gangsir ini sangat ampuh buat ikan lele, bawal (Pacu), hampala, gurame dll. terkadang ikan mas doyan juga.