Wednesday, November 2, 2011

LEBAH LANCENG

Lanceng (jawa) merupakan serangga sejenis dengan lebah, namun ukuran tubuhnya sangat kecil, seujung korek api sehingga jauh lebih mungil daripada tubuh lebah Apis mellifera atau Apis cerana. Tubuh kecil itu justru menguntungkan karena lebah trigona dapat masuk ke kelopak bunga yang amat kecil seperti bunga kakao.
Nama Apis trigona alias lebah lilin, klanceng, lanceng (dalam bahasa Jawa), gala-gala, galo-galo (Sumatera Barat), dan teweul (bahasa Sunda), mungkin masih asing bagi sebagian besar orang. Peternak memang jarang membudidayakan lebah mini itu. Serangga itu lebih banyak hidup di hutan, terutama di batang pohon yang berlubang atau celah-celah batu.

Lebah Lanceng / Klanceng atau nama latinnya Apis Trigona, mempunyai ukuran lebih kecil dari lalat. Karenanya, ia memiliki koloni cukup banyak, untuk menghasilkan madu. Tentunya dengan waktu yang cukup panjang, bahkan hingga tiga bulan sekali untuk memanen. Itupun hanya didapat, tak lebih dari 125 mili liter madu Lanceng, pada setiap kotak koloni yang dihuni ribuan lebah Lanceng

Madu Lanceng
Nah budidaya Lanceng untuk menghasilkan madu ini yang belum banyak dilirik oleh para calon pengusaha, padahal ketersediaan pakan Trigona lebih melimpah daripada lebah-lebah bergenus Apis yang bertubuh lebih besar. Dengan sumber pakan yang melimpah ini para peternak tak perlu menggembalakan lebah asli Indonesia itu. Mereka menggantung bendala di sekitar rumah. Sumber pakan lebih banyak menyebabkan ketersediaannya pun melimpah sepanjang tahun. Bandingkan dengan peternak lebah Apis mellifera di Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah yang harus memboyong 500 koloni ke Wonosobo, Jawa Tengah, ketika bunga jagung Zea mays tengah bermekaran.Beternak trigona jauh lebih praktis dan mudah dibanding Apis mellifera. Beternak Trigona seperti main-main, tetapi dapat uang karena tidak perlu terlalu serius dan bisa sambil membagi konsentrasi dengan bisnis lainnya, maka madu Lanceng inipun akan tetap mengalir.

Kelebihan lain Trigona sp adalah mampu menyesuaikan diri di berbagai lokasi dan beragam tipe rumah dari rumah bamboo sampai kardus pun, serangga ini cepat berkembang biak. Tetapi sebaiknya Lanceng di budidaya dalam kotak-kotak yang dibuat dari potongan bambu yang dilubangi atau akar pohon yang besar dan berlubang. Semuanya dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan lubang-lubang alamiah kayu, bambu di hutan yang disukai lebah Lanceng.

Walaupun tidak serumit budidaya lebah madu, tetapi jika ingin membudidaya madu lebah Lanceng secara maksimal, perlu ketelatenan yang lebih, dibandingkan dengan lebah madu biasa, baik dalam pemindahan koloni lebah dari rumah lama ke rumah baru, perawatan hingga cara pemanenennya. Selain itu, populasi lebah Lanceng membutuhkan udara yang cukup lembab. Dalam pengambilan madunya misalnya, hingga kini belum ada cara yang praktis serta higienis. Biasanya dengan cara memilih sisir yang berisi madu lalu dikeluarkan dengan cara memeras. Dengan demikian, sebagian larva ada yang mati dan madu masih tercampur sedikit malam maupun tepung sari sehingga terlihat kurang bersih.

Sampai saat ini, tak banyak yang tahu, lebah Lanceng atau Klanceng, memiliki manfaat besar dalam menjaga kesehatan sekaligus peluang usaha cukup menggiurkan. Di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu contoh, desa yang berhasil membudidayakan lebah Lanceng.

Dibandingkan dengan madu biasa, rasa madu Lanceng tidak selalu manis. Bahkan, madu Lanceng mempunyai aroma dan rasa asem, termasuk juga pahit. Aroma dan rasanya juga tergantung dari musim buah dimana lebah tersebut menghisap tepungsari yang terdapat pada bunga.

Manfaat dari madu laceng, selain bermanfaat untuk stamina tubuh dan mengandung DHA untuk anak-anak, juga dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Diantaranya, demam pada anak, dan batuk pilek. Selain itu dapat juga sebagai terapi penyembuhan diare, demam berdarah, radang tenggorokan, liver bahkan luka bakar.

Harganya jauh lebih mahal di banding madu biasa. Namun demikian, madu hasil produksi lebah yang tidak bersengat itu tetap diburu para penggemarnya. Untuk satu botol berukuran seratus dua puluh mili liter misalnya, dihargai tiga puluh ribu rupiah. Harga ini lebih mahal dua sampai tiga kali lipat, dari madu lebah biasa, mengingat khasiat dan proses produksi yang lebih lama. Tak heran, dengan sekitar dua puluh kotak lebah Lanceng, penghasilan madu Lanceng ini, dapat mencapai Dua Juta Rupiah per-bulan.