Friday, April 15, 2011
BUAH MUNDU, SI APEL JAWA
Dibenak Penulis tiba-tiba terlintas masa-masa ketika masih kecil di kampung (sebuah dusun di Kec. Seyegan Kab. Sleman), yaitu ingat ketika berebutan memanjat pohon “apel jawa” istilah kami, soalnya pada tahun 70-an buah apel masih tergolong barang mewah bagi anak-anak pedesaan seperti penulis. Orangtua kadang kalau ke kota hanya pada waktu menjelang lebaran untuk beli makanan yang akan disajikan pada saat lebaran, dan orangtua penulis membawakan oleh-oleh buah-buahan seperti apel, anggur atau jeruk. Praktis makan buah apel kami sangat jarang pada waktu itu. Hal ini pun masih dapat penulis syukuri karena penulis masih lebih beruntung daripada temen-temen kami anak para petani yang jarang orangtuanya tidak pernah ke kota untuk membelikan buah-buahan seperti penulis.
Jadilah Mundu atau Garcinia dulcis menjadi buah favorit kami, setelah pulang sekolah penulis biasanya pergi bermain ke kebon (ladang) atau sawah, salahsatunya yaitu berburu buah-buahan “apel jawa” tadi. Mundu merupakan sejenis pohon buah-buahan yang semakin langka anggota genus Garcinia yang berkerabat dekat dengan manggis (Garcinia mangostana) dan asem kandis (Garcinia parvifolia). Mundu dipercaya sebagai tanaman buah asli Indonesia yang hanya tumbuh di Jawa dan sebagian Kalimantan, meskipun tumbuhan ini juga tumbuh di Filipina dan Thailand.
Mundu di Jawa disebut juga rata, baros atau klendeng dalam bahasa Sunda dikenal sebagai jawura atau golodogpanto. Dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan sebutan yang sama, mundu atau moendoe. Di Filipina disebut sebagai biniti atau bagalot, sedangkan di Thailand dikenal sebagai maphut. Dalam bahasa latin (ilmiah), mundu disebut Garcinia dulcis yang bersinonim dengan Garcinia longifolia, dan Xanthochymus javanensis.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Theales; Famili: Clusiaceae; Genus: Garcinia; Spesies: Garcinia dulcis
Nama Binomial: Garcinia dulcis; Nama Indonesia: Mundu
Diskripsi dan Persebaran.
Tumbuhan mundu (Garcinia dulcis) berupa pohon berbatang pendek dengan tinggi maksimal 13-15 meter dengan tajuk yang mengerucut ke atas. Batangnya mempunyai kulit berwarna coklat dan mempunyai semacam getah berwarna putih yang akan berubah menjadi coklat pucat saat kering. Batang mundu ditumbuhi banyak ranting berbentuk hampir persegi empat yang mudah patah dan berbulu halus.
Daun mundu berbentuk bundar telur sampai lonjong jorong, panjang 10 – 30 cm dan lebar 3,5 – 14 cm, hijau pucat bila muda, permukaan atas hijau gelap dan mengkilat, pada bagian bawah dengan tulang tengah yang menonjol dan keras, urat-urat daun banyak dan paralel, panjang tangkai daun sampai 2 cm. Bunga mundu muncul di dekat pangkal daun berwarna kuning keputihan dan berbau harum.
Buah mundu berbentuk bulat dengan ujung atas dan bawah agak meruncing dengan diameter antara 5-8 cm. Buah berwarna hijau muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah (mengkilat) ketika masak. Buah mundu (Garcinia dulcis) memiliki 1-5 biji berukuran 2,5 cm berwarna coklat.
Pohon mundu tumbuh di Indonesia (Jawa dan sebagian Kalimantan) dan telah ditanam di negara-negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina. Habitatnya adalah daerah dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dpl.
Manfaat. Buah mundu dapat dimakan langsung dan diolah menjadi selai bahkan sebagai campuran jamu tradisional. Sedangkan kayu dan kulitnya, dahulu sering dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami.
Buah mundu, hati-hati saat memakannya
Rasa masam bercampur manis dengan kulit buah yang berwarna kuning cerah, sangat menarik bagi anak-anak desa seperti kami. Penulis sering sembunyi-sembunyi untuk makan buah ini, karena dengan alasan yang tidak jelas orangtua penulis tidak suka kalau anaknya makan buah mundu. Walupun begitu orangtua pasti tahu kalau kami habis makan buah mundu, karena warna kuning kadang masing terlihat di lidah dan gigi, apalagi penulis sering makan berlepotan sehingga baju penulis dipenuhi bercak-bercak warna kuning.
Buah mundu ini selain rasanya yang khas, juga mengandung serat dan air yang cukup tinggi. Yang perlu diperhatikan ketika memakan buah mundu secara langsung adalah getahnya. Buah yang banyak mengandung vitamin C ini memiliki getah yang kuat yang dapat membuat iritasi ringan di bibir bagi yang tidak terbiasa. Karena itu, jika hendak memakannya lebih baik mengupas dan mencucinya terlebih dahulu sehingga getah buah langka ini hilang dulu.
Anda penasaran, cobalah jalan-jalan di pelosok desa di Yogyakarta, mungkin masih beruntung dapat menemukan buah langka asli Indonesia ini.
Referensi: www.plantamor.com; www.proseanet.org;