Monday, June 4, 2012

MITOS EMPRIT GANTHIL

Burung ini dimitoskan sebagai burung iblis, walupun sebenarnya tidak demikian. Sebetulnya yang seram dari burung ini hanya karena suaranya kalau kita perhatikan memang sekilas, seperti suara "endi bocahe, endi bocahe, endi bocahe" .. (mana bocahnya.. mana bocahnya) Penulis dahulu sering menggunakan suara Emprit Ganthil ini untuk mendiamkan anak yang sedang menangis dan kebetulan burung Emprit Ganthil ini sedang berkicau, hasilnya efektif si anak jadi diam dan ketakutan (tetapi kami menyarankan jangan ditiru perbuatan ini). Selain itu Emprit Ganthil juga berbunyi “tiit..tiiiit..tiiiiiiiit..thiiiiiiiiir…..” dengan suara yang melengking tinggi yang kemudian menurun di akhir kicauannya dan kadang bersahutan dengan Emprit Ganthil lainnya.

Burung Emprit Gantil ini biasanya selalu bertengger di pucuk-pucuk pohon yang paling tinggi sambil kadang burung ini berbunyi baik ditengah malam, pagi hari, siang atau sore. Bentuknya seukuran burung kutilang panjang tubuh (dari ujung paruh hingga ke ujung ekor) sekitar 21 cm dengan postur lebih langsing dan berwarna kecoklatan dengan garis-garis kehitaman coraknya mirip dengan burun elang. Burung dewasa berwarna kelabu di kepala, leher dan dada bagian atas. Punggungnya merah kecoklatan dan perutnya kuning jingga. Sisi bawah ekor dengan warna putih di ujung-ujung bulu yang kehitaman. Burung muda berwarna burik; kecoklatan dengan garis-garis hitam di sisi atas tubuh, dan keputihan dengan garis-garis hitam yang lebih halus. Burung betina kadang-kadang berwarna seperti burung muda, sehingga mungkin terkeliru dengan burung Wiwik lurik (C. sonneratii) yang berkerabat. Bedanya, Wiwik lurik memiliki alis dan pipi keputihan. Iris mata berwarna merah. Paruh kehitaman di atas dan kekuningan di bawah. Kaki kuning.

Regenerasi Emprit Gantil tidak mau mencari jalan susah dalam mengerami telur telurnya, dia menitipkan telornya kepada induk Prenjak untuk ditetaskan, dan telur Prenjak sendiri di buang dan dibiarkan mati. Suatu ketika anak anak Emprit Gantil tumbuh besar, dia akan lebih besar dari induk Prenjak itu sendiri, dan ketika itu induk Prenjak baru menyadari bahwa anaknya ditukar. Induk Prenjak akan sebisa mungkin mengejar dan membunuh Prit Gantil karena mereka telah membunuh anak-anaknya. Dengan berkurangnya burung Prenjak di habitat aslinya dikawatirkan juga menurunkan populasi burung ini, selain diburu karena dianggap burung kematian. Padahal masalah kematian sebenarnya hanya Tuhan yang tahu dengan ada dan tidaknya burung tersebut kematian yang telah ditentukan Tuhan akan tetap terjadi.

Burung Emprit Ganthil juga dikenal dengan nama Sit Uncuing, Wiwik Kelabu atau Kedasih merupakan anggota suku kangkok (Cuculidae). Di musim berpasangan, burung-burung ini aktif berkejaran sambil bersuara pendek, “wriiik, ..wrik ..wri-wri-wri”. Burung ini memangsa aneka jenis serangga, laba-laba, dan juga buah-buahan kecil. Wiwik kelabu tidak jarang didapati turun ke semak belukar. Di daerah sekitar Bantar Gebang Kota Bekasi Jawa Barat, burung ini masih mudah didengar suaranya, namun untuk melihatnya agak kesulitan karena tempat bertenggernya di ranting pohon yang tinggi.


Jenis dan Sebarannya:
  • Cocomantis merulinus menyebar di Filipina, umum dijumpai di pulau-pulau besar di sana.
  • Cocomantis querulus adalah anak jenis yang paling luas sebarannya. Mulai dari India timur laut, Bangladesh, Cina selatan, Myanmar,Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam. Merupakan pengunjung musim panas pada kebanyakan lokasi penyebarannya di Cina.
  • Cocomantis threnodes menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra dan Borneo.
  • Cocomantis lanceolatus menyebar di Jawa, Bali dan Sulawesi.Burung Wiwik perut-kelabu (Cocomantis passerinus) dari India dan Srilankasebelumnya dimasukkan sebagai anak jenis dari Wiwik kelabu, namun kini dianggap sebagai jenis yang terpisah.

Status Konservasi Risiko Rendah

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan Animalia, Filum Chordata, Kelas Aves, Ordo Cuculiformes, Famili Cuculidae, Genus Cacomantis, Spesies Cacomantis Merulinus (Scopoli 1786)

Sumber Referensi:
Wikipedia, FKPSU, FOBI