Monday, August 22, 2011

BUNGA AWAR-AWAR

Pohon atau semak tinggi, tegak 1-5 meter. Batang pokok bengkok-bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening. Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai 2,53 cm. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit cukup tumpul, tepi rata, 9-30 x 9-16 cm, dari atas hijau tua mengkilat, dengan banyak bintik-bintik yang pucat, dari bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan 6-12 tulang daun samping; kedua belah sisi tulang daun menyolok karena warnanya yang pucat. Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, diameter lebih kurang 1,5 cm, pada beberapa tanaman ada bunga jantan dan bunga gal, pada yang lain bunga betina. Buah tipe periuk, berdaging , hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5-2 cm. Waktu berbunga Januari-Desember. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan Madura; tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, banyak ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka.

Perdu yang banyak tumbuh di tempat agak basah ini hampir tumbuh diseluruh Nusantara, dari akar sampai daun mempunyai kegunaan. Akarnya ditumbuk dengan Adas Pulowaras dan airnya diperas dapat digunakan untuk mengobati keracunan ikan, gadung (Dioscorea hispida dennst.) dan kepiting. Jika ditumbuk dengan segenggam akar alang-alang dan airnya diperas merupakan obat muntah yang sangat manjur.

Seringkali pohon awar-awar yang sudah tua bagian terasnya memperlihatkan gambar seperti pelet timaha, bagian ini banyak dicari pecinta keris untuk warangka karena diyakini kayu ini dapat meredam keris/tombak yang panas serta menjauhkan dari gangguan jin jahat dan black magic. Yang perlu diingat kayu ini sangat lunak.
Nama daerah : Kiciyat (Sunda), Awar-awar (Jawa Tengah, Belitung), Barabar(Madura), Sirih popar (Ambon), Bei, Loloyan (Minahasa); Tobotobo (Makasar); Dausalo (Bugis); Bobulutu (Halmahera Utara); Tagalolo (Ternate) (Hutapea, 1991).
Nama asing : Papua Nugini : Omia (Kurereda), Manibwohebwahe (Wagawaga, Milne Bay), Bahuerueru (Vanapa); Filipina: Hauili (Filipino), Kauili (Tagalog), Sio (Bikol).
Nama simplisia adalah Fici septicae folium (daun awar-awar).

Bunga Awar-Awar

Apakah awar-awar berbunga? ini yang sering ditanyakan oleh banyak orang yang sudah pernah melihat pohon awar-awar. Yang lazim dijumpai pohon awar-awar tua pasti sudah berbuah bulat kecil-kecil berwarna hijau. Kapan berbunganya/ tidak seorangpun yang menyangka bahwa konon kabarnya bunga awar-awar itu terapat di dalam biji yang bulat-bulat tersebut, sehingga tidak akan nampak dari luar tanpa membelahnya terlebih dahulu.

Klasifikasi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Ficus
Jenis : Ficus septica Burm. F. (van Steenis, 1975)


Kandungan dan Manfaat Tanaman

Daun Ficus septica mengandung senyawa flavonoid genistin dan kaempferitrin, kumarin, senyawa fenolik, pirimidin dan alkaloid antofin, 10S,13aR-antofin N-oxide, dehidrotylophorin, ficuseptin A, tylophorin, 2-Demetoksitylophorin, 14α-Hidroksiisotylopcrebin N-oxide, saponin triterpenoid, sterol (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008, Yang et al., 2005, Damu et al., 2005). Akar mengandung sterol dan polifenol (Hutapea, 1991). Alkaloid yang terkandung pada batang antara lain adalah fenantroindolisidin (ficuseptin B, ficuseptin C, ficuseptin D, 10R,13aR-tylophorin N-oxide, 10R,13aR-tylocrebrin N-oxide, 10S,13aR-tylocrebrin N-oxide, 10S,13aR-isotylocrebrin N-oxide, dan 10S,13aS-isotylocrebrin N-oxide (Damu et al., 2005). Daun dan akar mengandung stigmasterol dan β-sitosterol. Daun dan batang mengandung alkaloid isotylocrebin dan tylocrebin (Wu et al., 2002 cit Lansky et al., 2008).

Daun digunakan untuk obat penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul, gigitan ular berbisa dan sesak napas. Akar digunakan untuk penawar racun ikan dan penanggulangan asma. Perasan air dari tumbukan akar awar awar dan adas pulowaras dapat digunakan untuk mengobati keracunan ikan, gadung (Dioscorea hispida dennst) dan kepiting. Jika ditumbuk dengan segenggam akar alang-alang dan airnya diperas merupakan obat penyebab muntah yang sangat manjur. Untuk obat bisul dipakai ± 5 gram daun segar Ficus septica, ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada bisul. Getah dimanfaatkan untuk mengatasi bengkak-bengkak dan kepala pusing. Buah untuk pencahar.

Wednesday, August 17, 2011

BAMBU-BAMBU YANG TERMARJINALKAN

Siapa yang tidak kenal dengan bambu? Mungkin ada yang belum pernah melihat pohon bambu, tetapi pasti tidak asing lagi dengan tusuk sate, sumpit, tusuk gigi bahkan beberapa perabotan rumah tangga banyak yang terbuat dari bambu.

Dari kurang lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air.Tanaman bambu hidup merumpun, kadang-kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa di Jawa.

Bambu (Inggris : Bamboo) dikenal dengan nama daerah/local yang berbeda-beda seperti pring (jawa), awi (sunda), buluh (sumbar), aur dan ada juga yang menyebutnya eru. Pohon bambu ini hamper merata tumbuh di seluruh wilayah Indonesia, oleh karena itu wajar jika bambu sangat dikenal sampai ke pelosok-pelosok desa. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bamboo memegang peranan sangat penting.

Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan.

Pada awal tahun 80-an pengiriman bamboo antar daerah di jawa banyak dilakukan dengan menggunakan jalur air melalui sungai-sungai yang banyak terdapat di Pulau Jawa. Dari hulu yang kebetulan banyak terdapat hutan bambu, kemudian bambu-bambu ini dirakit membentuk sebuah rakit yang nantinya dihanyutkan menuju ke hilir yang biasanya terdapat pasar-pasar tempat untuk menjual bambu-bambu tersebut. Fenomena yang sangat menarik dari konvoi beberapa rakit bambu yang sedang menyusuri sungai seperti ini sekarang jarang kita lihat lagi. Hal ini ada beberapa kemungkinan yaitu karena hutan bambu di hulu sudah habis ditebang atau karena system transportasi darat yang sudah lebih maju atau mungkin juga karena penggunaan bambu sudah jauh berkurang dibanding waktu dulu.

Di waktu dulu masih banyak bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk berbagai macam konstruksi seperti rumah, gudang, jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air, serta alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat dibuat bilik, dinding atau lantai, reng, pagar, kerajinan dan sebagainya. Beberapa jenis bamboo akhir-akhir ini mulai banyak digunakan sebagai bahan industri supit, alat ibadah, serta barang kerajinan, peralatan dapur, topi, tas, kap lampu, alat musik, tirai dan lain-lain.
Dahulu pada awal tahun 90-an di sekitar pegunungan So seperti wilayah Jering dan Pare masih banyak terlihat hutan bambu (dapuran pring), tetapi kini seiring dengan majunya industry genting yang banyak memanfaatkan tanah pegunungan tersebut juga menyebabkan hilangnya hutan bambu dan ekosistem yang merupakan habitat burung Bubut, Kucing Hutan, Ayam Hutan bahkan Alap-alap yang sudah terlebih dahulu hilang pada awal tahun 70-an.

Di samping itu dahulu penduduk desa sering menanam bambu disekitar rumahnya untuk berbagai keperluan. Bermacam-macam jenis bambu bercampur ditanam di pekarangan rumah. Pada umumnya yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah bambu tali (pring apus), bambu petung (pring petung), bambu hitam (pring wulung), bambu ori (pring ori) dan bambu tutul (pring tutul).

Bambusa maculate atau pring tutul/bambu tutul


Dendrocalamus asper atau pring petung/bambu petung


Gigantochloa atroviolacea atau pring wulung/bambu hitam



Gigantochloa apus atau pring apus/bambu tali



Bambusa arundinacea atau pring ori/bambu ori


Bambusa vulgaris atau pring gading/bambu kuning



Seperti halnya tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini pula tumbuh akar-akar sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.

Dalam penggunaannya di masyarakat, bahan bambu kadang-kadang menemui beberapa keterbatasan. Sebagai bahan bangunan, faktor yang sangat mempengaruhi bahan bambu adalah sifat fisik bambu yang membuatnya sukar dikerjakan secara mekanis, variasi dimensi dan ketidakseragaman panjang ruasnya serta ketidakawetan bahan bambu tersebut menjadikan bambu tidak dipilih sebagai bahan komponen rumah. Sering ditemui barang-barang yang berasal dari bambu yang dikuliti khususnya dalam keadaan basah mudah diserang oleh jamur biru dan bulukan sedangkan bambu bulat utuh dalam keadaan kering dapat diserang oleh serangga bubuk kering dan rayap kayu kering.

Thursday, August 11, 2011

BLACAN DAN SAUDARANYA

Berbicara mengenai kucing hutan, penulis sangat tertarik dengan Leopard Cat alias Blacan dan Fishing Cat alias Kucing Bakau, untuk itu mari kita kupas kedua jenis kucing tersebut:

1.Kucing Hutan atau Leopard Cat (Prionailurus bengalensis)


Di Jawa daerahku sering disebut Blacan dan dalam bahasa latin (ilmiah) dinamakan bengalensis, merupakan salah satu spesies kucing liar yang dilindungi di Indonesia. Penulis dulu waktu kecil pernah memelihara anak Blacan yang lucu dan suka mengikuti kemana kita pergi. Namun kalau sedang “diumbar” sering makan anak ayam Bangkok, dan habis itu sama ayahku sering dipukuli, maka karena kasian si Blacan kecil aku lepaskan kembali ke hutan di sekitar lereng pegunungan “So” semoga saja sehat dan dapat beranak-pianak sampai sekarang.

Kucing hutan atau Prionailurus bengalensis, dalam bahasa Inggris disebut sebagai leopard cat lantaran bulunya yang bertotol-totol menyerupai corak kulit macan tutul (leopard) meskipun secara taksonomi keduanya berbeda genus. Kucing hutan bergenus Prionailurus sedang genus macan tutul adalah Panthera.

Saat ini Blacan sulit ditemui karena habitatnya yang sudah tergusur oleh aktifitas manusia. Habitat Blacan bervariasi, meliputi hutan tropis, semak belukar, hutan pinus, semi-gurun, daerah pertanian, hingga daerah bersalju tipis. Kucing yang dilindungi ini mampu hidup dihabitat dengan ketinggian mencapai 3.000 mdpl.
Blacan ini mempunyai daerah sebaran yang luas meliputi India, Afghanistan, Nepal, Pakistan, Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Cambodia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Pilipina, Laos, Malaysia, Singapura, Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sumatera), hingga ke Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Rusia, Taiwan, China, dan Hong Kong.

Anatomi
Tubuh Blacan dewasa kurang lebih sama ukurannya dengan kucing biasa, sedangkan warna bulu kucing hutan bervariatif menurut daerah hidupnya. Di saerah selatan termasuk Indonesia cenderung berwarna dasar kuning kecoklatan, tetapi di daerah utara (seperti Rusia dan Jepang) didominasi warna abu-abu-silver. Bulunya halus dan pendek. Warna dasar (kuning kecoklatan atau abu-abu silver) diselingi pola belang-belang hitam dari bagian kepala sampai tengkuk. Sedangkan bulu di daerah bertotol-totol hitam. Pola bulunya yang bertotol-totol ini membuat kucing hutan ini dikenal sebagai leopard cat (kucing macan tutul).

Blacan ini merupakan binatang nokturnal yang lebih banyak beraktifitas di malam hari termasuk untuk berburu mangsa seperti burung, tikus, bajing, tupai, serangga, ampibi, kelinci, kancil dan binatang kecil lainnya.

Binatang carnivora ini seperti berbagai jenis kucing lainnya merupakan binatang yang sangat pandai memanjat. Bahkan, meski jarang melakukannya, kucing hutan mempunyai kemampuan yang baik dalam berenang.

Subspesies Kucing Hutan. Kucing hutan dulunya dimasukkan dalam genus Felis, bahkan di PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, kucing hutan masih ditulis dengan nama ilmiah Felis bengalensis.

Kucing hutan (P. bengalensis) terdiri atas dua subspesies yaitu P. b. bengalensis dan P. b. iriomotensis. Namun Berdasarkan analisis morfologi, Groves (1997) menyarankan untuk membaginya kembali dalam beberapa spesies berbeda sesuai dengan asal daerah atau pulau kucing hutan tersebut.

Beberapa sunspesies tersebut antara lain; Prionailurus bengalensis alleni (China), Prionailurus bengalensis bengalensis (India, Bangladesh, Asia Tenggara daratan, Yunnan), Prionailurus bengalensis borneoensis (Borneo), Prionailurus bengalensis chinensis (China, Taiwan, Filipina), Prionailurus bengalensis euptailurus (Siberia, Mongolia), P.b. heaneyi (Pulau Palawan, Filipina), Prionailurus bengalensis horsfieldi (Himalaya), Prionailurus bengalensis javanensis (Jawa, Indonesia), Prionailurus bengalensis rabori (Filipina), Prionailurus bengalensis sumatranus (Sumatra, Indonesia), Prionailurus bengalensis trevelyani (Pakistan), dan Prionailurus bengalensis iriomotensis (Jepang).

Konservasi Kucing Hutan. Kucing hutan (Prionailurus bengalensis) dikategorikan dalam status konservasi Least Concern (Resiko Rendah) oleh IUCN Redlist kecuali untuk subspesies P. b. iriomotensis yang berstatuskan Endangered (Terancam).
Sedangkan oleh CITES, kucing hutan didaftar dalam Apendiks II keculai untuk kucing hutan dari populasi di Bangladesh, India dan Thailand yang dimasukkan dalam daftar Apendiks I. Di berbagai negara, kucing liar bermotif mirif macan tutul ini pun dilindungi oleh hukum negara masing-masing termasuk di Indonesia yang memasukkan binatang ini dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo: Carnivora; Famili: Felidae; Genus: Prionailurus; Spesies: P. bengalensis; Nama binomial Prionailurus bengalensis ( Kerr , 1792).

2.Kucing Bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus)

Kucing bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus) ternyata bisa menyelam ke dalam air untuk menangkap mangsanya. Sesuai namanya, kucing bakau di Indonesia sering dijumpai di daerah hutan bakau.

Dalam bahasa Inggris kucing bakau juga dinamai Fishing Cat. Ini merujuk pada kegemarannya dalam berburu ikan sebagai makanan utamanya. Di mana dalam berburu, kucing bakau sering menyambar ikan-ikan yang berada di perairan dangkal bahkan sesekali dengan berenang dan menyelam ke dalam air.

Ciri dan Kebiasaan. Kucing bakau yang mempunyai nama latin Prionailurus viverrinus mempunyai ukuran sekitar dua kali lipat besarnya dibanding kucing domestik (Felis catus). Panjang tubuhnya mencapai 57-78 cm dengan ekor sepanjang 20-30 cm dan berat mencapai 5-16 kg.

Bulu kucing bakau (Fishing Cat) berwarna abu-abu hijau zaitun dengan pola totol hitam yang membentuk garis membujur di sepanjang tubuh. Bulu bagian bawah berwarna putih dan bagian belakang telinga berwarna hitam. Sesuai dengan habitat yang didiaminya, jari-jari kucing bakau memiliki semacam selaput. Selaput ini mendukung kemampuan berenang dan menyelam kucing bakau.

Makanan utama kucing bakau adalah berbagai jenis ikan. Selain itu kucing bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus) juga memangsa hewan air lainnya seperti katak, unggas air, dan udang, serta binatang darat seperti tikus, burung, ular, dan bahkan anak rusa.

Daerah Persebaran dan Habitat. Kucing bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus) tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Daerah sebarannya mulai dari Bangladesh, Bhutan, Kambodia, India, Indonesia, Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia, kucing bakau dapat dijumpai di Jawa mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, meskipun hanya pada lokasi-lokasi tertentu.

Habitat kucing bakau adalah daerah-daerah berlahan basah seperti rawa, daerah aliran sungai, hutan mangrove dan daerah pasang surut di tepi pantai.

Ancaman dan Konservasi. Kucing bakau atau Prionailurus viverrinus, terdaftar sebagai Endangered dalam IUCN Redlist dan CITES Apendiks II. Di Indonesia, kucing bakau juga termasuk dalam satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Ancaman utama kelestarian kucing bakau adalah berkurangnya lahan basah seperti hutan bakau akibat dikonversi menjadi lahan pertanian, tambak. Dan pemukiman manusia. Mungkin lantaran itu pula, di tempat saya yang meskipun dekat pesisir pantai dan sungai, kucing bakau yang pandai berenang dan menyelam ini tidak pernah terlihat. Kalau di tempat sobat?.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas Mammalia; Ordo: Karnivora; Famili: Felidae; Genus: Prionailurus; Spesies: Prionailurus viverrinus.

baca selanjutnya

Referensi:Fobi, Alamendah's Blog, Wikipedia