Thursday, March 17, 2011

KATAK PINOKIO


Indonesia menjadi sorotan ilmuwan dunia, ketika kelompok ekspedisi ilmuwan internasional menemukan spesies baru, termasuk katak berhidung Pinokio, wallaby terkecil di dunia, dan tokek bermata kuning.

Para ilmuwan itu menjelajah hutan pedalaman di Pegunungan Foja, kawasan pulau New Guinea pada akhir 2008. Namun mereka baru merilis rincian ekspedisi ilmiah termasuk gambarnya, pada Senin (17/5) menjelang Hari Keanekaragaman-hayati Internasional (International Day for Biological Diversity ) pada 22 Mei.

Menariknya, sejumlah besar hewan yang ditemukan selama survei itu diyakini sebagai spesies baru bagi dunia sains, setidaknya begitu menurut
Conservation International (CI) dan National Geographic Society (NGS). temuan spesies baru itu termasuk beberapa mamalia, reptil, amfibi,
dan lusinan serangga.

Penemuan menakjubkan itu terjadi kala ilmuwan memperingatkan ancaman percepatan kepunahan spesies akibat memanasnya planet Bumi dan habitat satwa liar menyempit dan hancur demi mencukupi kebutuhan pangan bagi populasi manusia yang berkembang sangat pesat.

Pegunungan Foja berada di Provinsi Papua, Indonesia di kawasan pulau New Guinea yang mencakup area besar hutan tropis yang masih perawan dan belum tersentuh ekspansi manusia.

Conservation International mencatat keunikan pada katak berhidung Pinokio bahwa “hidung” itu akan mendongak ke atas kala pejantan memanggil dan akan lunglai ke bawah kala ia kurang aktif.Tim ilmiah itu juga menemukan pengerat sejenis tikus (tame), tikus berbulu tebal, tokek bermata kuning, merpati kaisar (imperial pigeon) dan Walabi hutan kecil yang diyakini sebagai
anggota terkecil dari keluarga kangguru yang pernah didokumnetasikan di dunia.

Penemuan lainnya yang tercatat selama survei tersebut, seperti dikutip dari laman Yahoo!News, termasuk juga spesies baru kelelawar mekar, yang menyantap nektar bunga pepohon hutan hujan, dan tikus pohon mungil.
Para ilmuwan menjadi semakin khawatir atas laju kepunahan aneka spesies di planet ini dan menunjukkan manfaat besar dari hutan, sistem sungai, lahan basah dan lautan untuk kehidupan dan ekonomi manusia.

Laporan terakhir menunjukkan bahwa pemerintah dunia gagal memenuhi target yang disepakati pada tahun 2002 untuk mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati pada tahun 2010, yang dideklarasikan oleh PBB sebagai Tahun Keanekaragaman Hayati Internasional.

Negosiator dari seluruh dunia bertemu di Jepang pada Oktober untuk mendiskusikan target baru untuk membendung kehilangan keanekaragaman
hayati selama 40 tahun mendatang.* (foto: REUTERS/National Geographic)

baca selengkapnya