Jangkang (Kepuh) merupakan salah satu pohon selain kelapa; singkong; jarak pagar; kelapa sawit; ubi jalar; bunga matahari; nyamplung; ganyong; dan banyak lagi komoditas tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biofuel. Walaupun sudah terdapat beberapa penelitian tentang itu, namun dukungan infrastruktur dan marketing dari pemerintah agar biofuel-biofuel ini menjadi sumber energy alternative belum kelihatan. Mungkin karena harga BBM masih terbeli walaupun mahal dan pengadaan biofuel secara industry masih dirasa belum mempunyai nilai ekonomis.
Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara optimal karena banyak orang yang takut untuk memanfaatkannya. Budidaya Pohon Kepuh secara masif dan terencana memang belum ada yang melakukan, pohon ini sering dijumpai di tempat-tempat wingit nan sakral seperti kuburan (makam), punden atau daerah – daerah yang angker, sehingga masyarakat mengenalnya sebagai tanaman keramat. Struktur pohon maupun buah Jangkang yang besar telah member kesan magis, sehingga tidak hanya manusia yang mengganggap sebagai pohon angker namun para “Gendruwo dan Kuntilanak” pun banyak yang menyukainya sebagai tempat tinggal. Pada waktu penulis kecil, biji Jangkang sering dimainkan seperti gangsing, caranya dengan memangkas sedikit pangkal biji kemudian isi dalam cangkang dikeluarkan. Sedangkan cara memainkan dengan menjempit biji Jangkang yang telah bolong tadi dengan ibu jari dan sepotong kaca, kemudian dipencet sehingga biji Jangkang tadi terlempar dan berpusing seperti gangsing. Biji Jangkang yang bolong tadi juga dapat digunakan sebagai peluit dengan cara menempelkan biji tersebut ke bibir kita lalu ditiup.
Kepuh dapat tumbuh dengan cepat dan merupakan spesies yang setiap bagian organ tubuhnya banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pohon yang besar sering menggugurkan daun, biji berumah-dua, dapat tumbuh hingga setinggi 40 m dan diameter batang bawah 3 m. Cabang-cabang tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama, bertingkat-tingkat. Daun-daun majemuk menjari, bertangkai 12,5–23 cm, berkumpul di ujung ranting. Anak daun berjumlah 7-9, jorong lonjong dengan ujung dan pangkal meruncing, panjang 10–17 cm. Bunga majemuk dalam malai dekat ujung ranting, panjang 10–15 cm, hijau atau ungu pudar; dengan kelopak yang berbagi-5 laksana mahkota, taju hingga 1,3 cm, berwarna jingga. Buah bumbung besar, lonjong gemuk, 7,6–9 x 5 cm; berkulit tebal, merah terang, akhirnya mengayu; berkumpul dalam karangan berbentuk bintang. Biji 10-15 butir per buah, kehitaman, melekat dengan aril berwarna kuning, 1,5–1,8 cm panjangnya.
Pranajiwa / Kepuh atau dalam bahasa latinnya Sterculia foetida Linn selain disebut dengan kelumpah juga disebut dengan berbagai nama dalam bahasa daerah seperti (Batak); kepoh, koleangka (Sunda); kepuh,kepoh, jangkang (Jawa); jhangkang, kekompang (Madura); kepuh, kepah, kekepahan (Bali); kepoh, kelompang, kapaka, wuka, wukak (NTT); bungoro, kalumpang (Makassar); alumpang, alupang, kalupa (Bugis); dan kailupa furu, kailupa buru (Maluku). Pohon Jangkang ini merupakan salah satu spesies tanaman di Indonesia yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia.
Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai Hazel Sterculia. Selain itu juga sering disebut sebagai Indian Almond, Indian-Almond, Java Olive, Java Olives, Java-Olive, Peon, Skunk Tree, dan Sterculia Nut.
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| ||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Sterculia foetida L. | ||||||||||||||
Sinonim | ||||||||||||||
Clompanus foetida Kuntze |
Sebenarnya tanaman Kepuh sudah dikenal masyarakat terutama di Jawa tengah dan Jawa Barat karena tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai tanaman yang berkhasiat obat. Semua bagian tanaman dari kulit batang, daun atau buah dan bijinya sering dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Kulit pohon dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumatic, diuretic, dan diaphoretic.
Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan. Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp. Biji kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak yaitu asam sterkulat yang berumus molekul C19H34O2. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, cat, dan plastik. Asam lemak minyak Kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel yang memiliki titik tuang 180C menjadi 11,250C.
Secara ekologis, tanaman kepuh juga berfungsi sebagai mikro habitat hewan tertentu. Di Taman Nasional Komodo (Pulau Komodo) dilaporkan bahwa populasi burung kakak tua jambul kuning (Cacatua subphurea parvula) yang dilindungi menggunakan dan memanfaatkan pohon Kepuh sebagai sarangnya. Selain itu karena pohon Kepuh memiliki tajuk dan perakaran yang cukup besar, maka dapat berfungsi sebagai pengatur siklus hidrologi karena akarnya dapat menahan air tanah dengan kapasitas yang cukup besar.
baca selengkapnya