Sriti adalah sebangsa burung layang-layang yang masih saudara dekat dengan Walet. Secara anatomi burung Sriti mirip dengan Walet, bahkan karena kemiripan inilah banyak pengusaha Walet seringkali memaksa Sriti untuk bertukar telur dengan Walet, hal ini terjadi jika di peternakan populasi Walet masih lebih sedikit dibanding populasi Sriti. Telur yang ditukar sebaiknya memiliki umur sama agar sriti tidak merasa dibohongi. Di rumah sriti yang belum banyak walet, keberhasilan penetasan 10%. Artinya dari 100 telur menetas, yang hidup sampai dewasa 10 ekor. Namun, begitu populasi walet mencapai 100 sarang, sukses penetasan mencapai 30%. Pergantian telur harus sesering mungkin karena populasi terlalu sedikit menyebabkan walet merasa tidak aman di tengah-tengah koloni sriti. Ruangan sebaiknya dibuat lebih gelap agar anak walet betah dan Sriti yang suka terang pindah ke tempat lain.
Sarang Sriti (Collocalia Esculenta) dibangun dari material seperti daun cemara, rumput, dan lumut laut yang direkatkan oleh air liur burung. Sedangkan sarang Walet (Collocalia Fuciphaga) murni terbuat dari liur walet. Harga sarang Sriti lebih murah, berkisar Rp500.000/kg; sarang Walet Rp 10-juta/kg tergantung kualitas.
Saat ini Sriti memang belum termasuk burung yang dilindungi, tetapi kalau melihat perubahan alam desa yang kurang bersahabat dengan kelangsungan hidup satwa ini tentu nantinya kita hanya akan melihat Sriti di sentra-sentra peternakan Walet. Itupun mungkin hanya di awal ketika peternakan itu baru akan mulai, tentu saja jika populasi Walet telah melimpah pasti Sriti akan terusir karena sudah tidak ekonomis lagi.
Dahulu sekitar tahun 80an di atas langit desa Ngaran Margokaton yang masuk wilayah Kabupaten Sleman DIY masih banyak terlihat Sriti berterbangan mencari mangsa atau pada sore hari ketika burung-burung ini terbang pulang ke sarangnya. Laron dan Capung biasanya menjadi santapan utama bagi Sriti ini selain serangga yang melimpah di areal persawahan yang terdapat di sekliling desa tersebut.
Populasi yang menurun ini kelihatannya di pengaruhi oleh factor lingkungan yang sudah tidak bersahabat lagi, walaupun Sriti tidak hinggap di pepohonan, tetapi akibat banyaknya pepohonan yang di tebang mengakibatkan sumber makanan Sriti juga berkurang sehingga memaksa Sriti untuk eksodus ke tempat-tempat yang masih banyak sumber makanannya. Di samping itu model rumah-rumah di pedesaan juga sudah mengalami perubahan, rumah-rumah tradisional jawa yang nyaman untuk tempat tinggal Sriti sudah jarang kelihatan lagi, hal ini membuat Sriti tidak kerasan lagi untuk tinggal di daerah seperti ini.
Walet
Berbeda dengan Sriti yang kalah pamor dengan Walet. Burung walet yang menghasilkan sarang yang kita makan terkenal dengan nama ilmiah collocalia masuk dalam keluarga apodidae, yang mana tidak sama dengan “burung walet biasa” atau pun burung sriti. Walet hidup dalam kelompok dan biasanya tinggal di daerah tepi laut serta memakan serangga. Dari rupanya walet berbeda dengan apa yang dikenal dengan “burung walet rumah” atau yang umumnya dikenal dengan nama sriti. Rata-rata panjang tubuh Walet adalah 9 cm atau separuh burung sriti. Walet memiliki ekor yang lebih pendek dan mengkotak sementara Sriti memiliki ekor yang lebih panjang dan runcing. Umur rata-rata walet adalah 15-18 thn. Usia mempengaruhi kualitas sarang, pada umumnya semakin tua walet semakin butuh waktu lama memasaknya.
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genus : Collacalia
Species :Collacalia fuciphaga
Beberapa jenis walet menggunakan ekolokasi dalam menentukan posisinya di dalam gua yang gelap. Tidak seperti kelelawar, walet membuat suara klik dalam jangkauan pendengaran manusia. Bunyi klik itu terdiri dari 2 pulsa broadband(3-10khz) yang dipisahkan oleh jeda sesaat(1-3milidetik). Periode pulsa suara(IPP) bervariasi tergantung dari level cahaya. Pada kondisi yang lebih gelap burung itu mengeluarkan IPP yang lebih pendek juga suara akan lebih keras ketika mendekati sasaran dan IPP akan lebih panjang ketika burung akan keluar dari gua. Kebiasaan ini sama dengan kelelawar ketika mendekati sasaran. Burung itu juga mengeluarkan sebuah seri dari bunyi klik yang rendah yang diikuti oleh sebuah panggilan ketika mendekati sarang, diasumsikan untuk memperingati burung lain supaya jangan menghalangi jalannya. Para ahli berpikir bahwa bunyi dobel klik itu digunakan untuk membedakan burung satu dengan yang lain.
Burung walet adalah insektivora. Biasanya mereka meninggalkan gua pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore. Bentuk jantan dan betina kelihatan mirip. Walet menganut monogami, dan jantan dan betina sama-sama bertanggung jawab atas sarangnya. Pejantan akan menunjukkan pertunjukkan udara untuk menarik si betina dan perkawinan terjadi disarang. Musim kawin biasanya pada musim hujan bersamaan dengan saatnya jumlah serangga meningkat. Walet menelurkan 1 atau 2 butir, berwarna putih pucat dan dikeluarkan pada hari yang berbeda. Kebanyakan walet hidup berkoloni, bersarang ditempat yang tinggi dan gelap.
Secara umum beberapa jenis ”Walet umum” bermigrasi namun Walet yang menghasilkan sarang dari ludah tinggal didaerah indo pasifik yang tropis dan tidak bermigrasi.
Walet menarik orang karena harga sarangnya yang sangat mahal, sarang burung walet tidak terbuat dari ranting, jerami atau bulu seperti sarang burung lainnya melainkan berasal dari ludahnya. Seandainya ludah kita selaku ludah Walet tentu tidak akan repot ya?, beli sup yang mahal.