Nenek penulis jaman dulu sering menggunakan daun dadap serep sebagai salah satu bahan ramuan jamu jawa. Selain gulungan daun sirih bisa juga menggunakan gululungan daun dadap untuk menghentikan perdarahan di hidung (mimisan).
Kebiasaan di jaman dahulu dadap serep (Erythrina lithosperma Miq. non B1) menjadi salah satu ''tanaman ''wajib'' di pedesaan yang kerap digunakan sebagai pagar hidup dan pohon peneduh. Di perkotaanpun bahkan masih bisa dijumpai, walaupun keguanaan sebagai obat herbal tidak begitu banyak mengetahuinya. Ia memiliki kerabat dekat bernama dadap ayam (Erythrina lithosperma B1). Keduanya termasuk anggota keluarga Papillionaceae (Leguminosae) dari suku Fabaceae dan telah lama dikenal sebagai tanaman obat khas Indo-nesia.
Pohon dadap ini memiliki banyak sebutan yang lain. Di antaranya dadap ayam, dadap laut (Jw.; dadap blendung (Sd.); theutheuk (Md.); dalungdung (Bal.); deris (Timor); galala itam (Maluku) dan lain-lain. Juga dapdap, andorogat (Fil.); th'ong banz (Laos (Sino-Tibetan)); thong baan, thong laang laai, thong phueak (Thai); penglay-kathit (Burma); Indian coral tree, variegated coral tree, tiger's claw (Ingg.); arbre au corail, arbre immortel (Fr.) dan lain-lain.
Pohon yang berukuran sedang, mencapai tinggi 15–20 m dan gemang 50–60 cm. Bagian kulit batang yang masih muda dan halus bergaris-garis vertikal hijau, abu-abu, coklat muda atau keputihan; batang biasanya dengan duri-duri tempel kecil (1–2 mm) yang berwarna hitam. Tajuknya serupa payung atau membulat renggang, menggugurkan daun di musim kemarau.
Daun majemuk beranak daun tiga, hijau hingga hijau muda, poros daun dengan tangkai panjang 10–40 cm. Anak daun bundar telur terbalik, segitiga, hingga bentuk belah ketupat dengan ujung tumpul; anak daun ujung yang terbesar ukurannya, 9-25 × 10-30 cm.
Bunga-bunga tersusun dalam tandan berbentuk kerucut, di samping atau di ujung ranting yang gundul, biasanya muncul tatkala daun berguguran, menarik banyak burung berdatangan untuk menyerbukinya. Mahkota berwarna merah jingga hingga merah gelap; benderanya 5,5-8 × 8 cm, berkuku pendek, tidak bergaris putih. Polong tebal dan berwarna gelap, menyempit di antara biji-biji, 15-20 cm × 1.5-2 cm, berisi 5-10 butir biji berbentuk telur, coklat, merah atau ungu mengkilap. Bunga dadap ini biasanya sering dikunjungi burung madu sejenis Sriganti yang menghisap nektarnya.
Dadap Ayam
Bagaimana dengan dadap ayam? Sebetulnya selain pohon Dadap Serep dan Dadap Ayam ini masih terdapat satu jenis lagi yaitu pohon Dadap Merah. Pohon Dadap merah ini lebih eksotis dari sisi penampilan, baik dari struktur batangnya maupun bunganya yang tentu saja berwarna merah terang. Tetapi kali ini penulis hanya akan membicarakan Dadap serep dan sedikit tentang Dadap Ayam. Dadap Ayam ini dari segi ukuran, tanaman terlihat lebih super ketimbang dadap serep. Tingginya bisa mencapai 25 meter. Batangnya berkayu, berduri tempel, warna hijau keputihan.
Menurut referensi Tanaman Obat Indonesia (iptek.net.id), bagian tanaman dadap ayam yang digunakan adalah daun, kulit kayu, akar, dan biji. Karak-teristiknya mirip dengan dadap serep, yaitu memiliki sifat khas pahit, mendinginkan, dan membersihkan darah.
Kulit kayunya biasa dimanfaatkan untuk menyembuhkan asma, demam, sakit hati, rematik, dan patah tulang. Untuk mengatasi haid tidak teratur, raciklah beberapa helai daun, buah, dan bunga tanaman ini. Anda cukup mengolahnya sebagai sayuran dan dimakan dengan nasi.
Kalau untuk melancarkan ASI, daun dadap ayam dicampur santan secukupnya, lalu dibuat sayuran.
Manfaat
Dadap kerap dipakai sebagai pohon peneduh di kebun-kebun kopi dan kakao, atau pohon rambatan bagi tanaman lada, sirih, panili, atau umbi gadung. Juga baik digunakan sebagai tiang-tiang pagar hidup. Di wilayah Pasifik, dadap dimanfaatkan sebagai penahan angin.
Tanaman ini menghasilkan kayu ringan (BJ 0,2-0,3), lunak dan berwarna putih, yang baik untuk membuat pelampung, peti-peti pengemas, pigura, dan mainan anak. Kayunya juga merupakan bahan pulp, namun kurang baik digunakan sebagai kayu api karena banyak berasap.
Untuk dadap serep, bagian tanaman yang bisa digunakan pengobatan hanya daun dan kulit kayunya. Daunnya mengandung alkaloid, eritradina, eritrina, eritramina, hipaforina dan erisovina, yang memiliki sifat khas pahit, mendinginkan, dan membersihkan darah.
Dengan kandungan kimia itu, daun dadap serep memiliki khasiat sebagai antipiretik dan antiinflamasi. Kulit kayu-nya berkhasiat sebagai ekspektoran.
Sariawan Perut
Bagian daun dapat digunakan untuk menyembuhkan demam, sariawan perut, mencegah keguguran, nifas, perdarahan bagian dalam, sakit perut, dan mempe-lancar ASI. Sementara kulit kayu digunakan sebagai obat batuk dan sariawan perut.
Untuk mengatasi sariawan perut, ambillah 3 gram kulit kayu dadap serep, 3 gram sidowayah, 4 gram daun prasman segar, 4 gram akar manis, 4 gram daun china, dan 110 ml air. Ramuan itu dibuat infus atau diseduh, diminum se-banyak 100 ml (sekali/hari) selama dua minggu.
Untuk perdarahan/peradangan bagian dalam, ambillah daun dadap serep segar dan air secukupnya, kemudian dipipis hingga berbentuk pasta. Balurkan pasta pada bagian yang mengalami pendarahan bagian dalam. Tindakan itu diperbarui setiap tiga jam sekali.
Kalau mengalami gangguan sakit perut, misalnya mulas dan tinja berdarah atau berlendir, Anda bisa memanfaatkan daun dadap serep. Buatlah tapel dari daun dadap serep, daun sosor bebek, dan air secukupnya. Ramuan dipipis hingga berbentuk pasta. Balurkan pada perut, dan diperbarui setiap tiga jam sekali.
Daun-daun dadap yang muda dapat digunakan sebagai sayuran. Daun-daun ini berkhasiat membanyakkan susu ibu, membuat tidur lebih nyenyak, dan bersama dengan bunganya untuk melancarkan haid. Cairan sari daun yang dicampur madu diminum untuk mengobati cacingan; sari daun dadap yang dicampur minyak jarak (kasteroli) digunakan untuk menyembuhkan disentri. Daun dadap yang dipanaskan digunakan sebagai tapal untuk meringankan rematik. Pepagan (kulit batang) dadap memiliki khasiat sebagai pencahar, peluruh kencing dan pengencer dahak. Bijinya agaknya beracun jadi jarang digunakan sebagai obat dalam.
Memiliki kandungan protein (dan nitrogen) yang tinggi, daun-daun dadap juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau untuk pupuk hijau. Sebatang pohon dadap yang berukuran sedang, yang dipangkas 3-4 kali setahun, dapat menghasilkan 15-50 kg hijauan pakan ternak dalam setahunnya. Sejauh ini, daun-daun dadap diketahui tidak bersifat racun (toksik) bagi ternak ruminansia. Perakaran dadap bersimbiosis dengan bakteri Bradyrhizobium mengikat nitrogen dari udara, dan meningkatkan kesuburan tanah.
Komposisi kimia:
Alkaloid, eritradina, eritrina, eritramina, hipaforina, dan erisovina.
Ekologi
Dadap menyebar secara alami di pantai dan daerah-daerah di belakangnya, terutama di dekat-dekat muara sungai. Pohon ini tumbuh baik di daerah lembab dan setengah kering, dengan curah hujan 800 – 1500 mm pertahun dan 5-6 bulan basah. Ditanam untuk pelbagai keperluan, dadap sering dijumpai mulai dari wilayah pesisir hingga elevasi sekitar 1500 m dpl. Meskipun mampu hidup pada pelbagai keadaan tanah, dadap menyukai tanah-tanah yang dalam, sedikit berpasir, dan berdrainase baik. Dadap mampu tumbuh pada tanah-tanah bergaram, tanah yang terendam air secara berkala, dan tanah kapur berkarang. Kisaran pH tanah antara 4.5 – 8.0.
Perbanyakan
Perbanyakan dapat dilakukan melalui biji atau stek besar. Biji-biji hendaknya direndam dalam air hangat (80 °C) selama 10 menit, dilanjutkan dengan air biasa hingga semalam, sebelum kemudian ditebarkan di persemaian. Biji akan berkecambah setelah 8-10 hari, dan tumbuh cepat mencapai tinggi 30-50 cm dalam waktu 8-10 minggu.
Stek besar, dengan panjang 2-3 m dan diameter 2-5 cm, didiamkan sekurangnya 24 jam sebelum ditanam, agar tidak mudah diserang jamur. Lebih baik jika ditanam dalam kondisi agak kering. Untuk tiang-tiang pagar, dipakai stek yang lebih besar lagi, dengan diameter hingga 15 cm dan perlu didiamkan (disimpan tegak berdiri) sekitar seminggu sebelum ditanam. Calon tiang ini ditanam pada jarak sekitar 2 m. Untuk peneduh, dadap biasa ditanam pada jarak 8 x 10 m.
Persebaran
Dadap merupakan penghuni asli hutan-hutan pantai, mulai dari Afrika Timur, India, Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara hingga Australia.