Penulis sempat kaget ketika bangun pagi di depan pintu kamar bertemu dengan Anjing Tanah yang sedang sekarat, mungkin terkena semprotan obat nyamuk. Hanya saja yang penulis herankan di kota besar seperti Jakarta kok masih terdapat Anjing Tanah padahal denger suara “gonggongannya” saja tidak pernah. Nama Anjing Tanah bukan berarti hewan berkaki empat yang suka berantem dengan kucing, namun Anjing Tanah ini adalah sebangsa serangga dari famili Gryllotalpidae yang dalam bahasa Jawa lebih sering disebut sebagai Orong-Orong atau keredek. Orang Sunda menyebutnya sebagai gaang, dan dalam bahasa Toba lebih dikenal sebagai singke. Binatang yang sering dinamai juga sebagai gangsir tanah ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket.
Orong – Oronga merupakan serangga yang kadang-kadang ditemukan dapat berlari cepat ini juga sering pula terbang hingga sejauh 8km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayap yang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Orong - Orong merupakan serangga yang hidup di tanah dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong), tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah atau berenang. Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Orong-Orong membuat sarangnya di dalam tanah seperti gangsir hanya saja sarang Anjing Tanah ini lebih horizontal atau dekat dengan permukaan tanah dibanding dengan sarang gansir.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam. Walaupun dengan tampang yang menyeramkan hewan ini tidak menyerang manusia, bahkan jika menggigit pun tidak menimbulkan luka yang serius.
Sebagai salah satu hewan nokturnal Orong-orong atau anjing tanah beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali Orong-Orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami Orong-Orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, musang, hingga rubah. Diperkirakan ada sekitar 60 jenis anjing tanah di seluruh dunia. Spesies orong-orong ini terkelompokkan dalam tiga genus yaitu Gryllotalpa, Scapteriscus, dan Neocultilla. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Orong-orong diantaranya adalah Gryllotalpa orientalis, G. hirsuta, G. africana, G. hexadactyla, dan G. brachyptera. Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya. Walaupun dianggap sebagai hama sebenarnya tidak mempunyai daya rusak yang hebat dibandingkan dengan hama tanaman lainnya
Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Orong – Orong juga sering di jumpai di tanah – tanah gembur yang banyak terdapat larva, hewan kecil atau pun cacing. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda; Kelas: Insecta; Ordo: Orthoptera; Upaordo: Ensifera; Superfamili: Grylloidea; Famili: Gryllotalpidae; Genus:Gryllotalpa, Scapteriscus, dan Neocultilla. Spesies: (diantaranya) Gryllotalpa hirsuta,Neocurtilla hexadactyla, Gryllotalpa gryllotalpa, Gryllotalpa orientalis, Scapteriscus borellii, dll.
Orong – Oronga merupakan serangga yang kadang-kadang ditemukan dapat berlari cepat ini juga sering pula terbang hingga sejauh 8km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayap yang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Orong - Orong merupakan serangga yang hidup di tanah dengan ciri khas sepasang tungkai depan yang termodifikasi menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong), tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah atau berenang. Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Orong-Orong membuat sarangnya di dalam tanah seperti gangsir hanya saja sarang Anjing Tanah ini lebih horizontal atau dekat dengan permukaan tanah dibanding dengan sarang gansir.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam. Walaupun dengan tampang yang menyeramkan hewan ini tidak menyerang manusia, bahkan jika menggigit pun tidak menimbulkan luka yang serius.
Sebagai salah satu hewan nokturnal Orong-orong atau anjing tanah beraktifitas di malam hari. Hewan ini juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali Orong-Orong juga memakan akar, tunas-tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami Orong-Orong bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, musang, hingga rubah. Diperkirakan ada sekitar 60 jenis anjing tanah di seluruh dunia. Spesies orong-orong ini terkelompokkan dalam tiga genus yaitu Gryllotalpa, Scapteriscus, dan Neocultilla. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Orong-orong diantaranya adalah Gryllotalpa orientalis, G. hirsuta, G. africana, G. hexadactyla, dan G. brachyptera. Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya. Walaupun dianggap sebagai hama sebenarnya tidak mempunyai daya rusak yang hebat dibandingkan dengan hama tanaman lainnya
Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Orong – Orong juga sering di jumpai di tanah – tanah gembur yang banyak terdapat larva, hewan kecil atau pun cacing. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda; Kelas: Insecta; Ordo: Orthoptera; Upaordo: Ensifera; Superfamili: Grylloidea; Famili: Gryllotalpidae; Genus:Gryllotalpa, Scapteriscus, dan Neocultilla. Spesies: (diantaranya) Gryllotalpa hirsuta,Neocurtilla hexadactyla, Gryllotalpa gryllotalpa, Gryllotalpa orientalis, Scapteriscus borellii, dll.