Thursday, November 29, 2012

RERESPO (Tropical Leatherleaf Slugs)

Jenis hewan ini masih dapat ditemukan di daerah pinggiran kota-kota besar, yang masih terdapat lahan yang lembab dan teduh dengan beberapa tanaman semak liar. Bagi yang belum mengetahui jenis hewan ini kebanyakan orang akan takut dan jijik melihatnya apalagi memegang. Asumsi kebanyakan orang Sarasinula ini dikira sama dengan jenis pacet atau lintah darat. Sebenarnya kalau pacet itu masuk Fillum Annelida kelas Clitellata yang semua jenisnya adalah Carnivora, sedangkan untuk Sarasinula termasuk Fillum Mollusca kelas Gastropoda yang kebanyakan termasuk hewan herbivore. Sarasinula nama Jawanya adalah Rerespo, tetapi hewan ini dikenal juga dengan nama Tropical Leatherleaf Slugs dan seperti kebanyakan Mollusca kulitnya tidak tahan terhadap garam dapur. Hewan ini tidak berbahaya hanya saja orang merasa jijik untuk melihatnya. Sarasinula atau Rerespo bertubuh gepeng agak bulat berwarna gelap (kecoklatan) dan berlendir dan kenyal. Tubuh Rerespo panjanya kurang lebih 7 atau 8 cm dengan kulit sedikit tuberculated. Tubuh bagian bawah berwarna putih kepucatan. Walaupun sebetulnya agak berbeda dengan jenis Siput tanpa cangkang tapi hewan ini memiliki kaki unik, yang sangat sempit, spesimen remaja memiliki kaki lebarnya 1mm dan spesimen dewasa memiliki kaki yang lebarnya hanya 4 atau 5 mm. Tentakel kecil dan lebih pendek daripada tentakel bekicot yaitu 2 atau 3 mm, dan mereka jarang melampaui tepi mantel. Siput Rerespo ini menetas dari telur dan yang unik dari spesies ini memiliki beberapa adaptasi untuk hidup dalam kondisi kering yaitu dengan mengecilkan bentuk tubuh sekecil mungkin luas permukaan, dan kaki yang sempit untuk mengurangi penguapan. Sarasinula mencari makanan hampir selalu di malam hari, dan tetap dipersembunyiannya di tanah pada siang hari. Spesimen yang lebih besar kadang-kadang aktif pada siang hari. Siput ini dapat tumbuh dari 0,5 cm menjadi sekitar 4 cm panjangnya dalam 7 bulan.

Referensi: Fobi, eol(Encyclopedia of Life), Wikipedia

Thursday, November 15, 2012

BINAHONG

Binahong (Latin : Bassela rubra linn, Inggris : Heartleaf maderavine madevine,Cina : Deng san chi) adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dan mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia tetapi baru akhir-akhir ini saja menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami untuk menyembuhkan atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.

Tanaman yang konon berasal dari Korea ini dikomsumsi oleh orang-orang Vietnam pada saat perang melawan Amerika Serikat pada tahun 1950 sampai 1970an. Tanaman ini dikenal juga di kalangan masyarakat Cina dengan nama Dheng San Chi dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dll. Bagian daun dari tanaman inilah yang biasanya dijadikan sebagai obat alami selain dari batang dan umbinya. Umumnya masyarakat di negara tersebut juga sudah mengenal tanaman Binahong sebagai tanaman yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit semenjak ratusan tahun yang lalu.

Adapun bagian tumbuhan Binahong yang paling sering digunakan sebagai ramuan obat adalah bagian batang, umbi, dan juga daunnya. Tetapi yang paling sering digunakan untuk ramuan obat adalah bagian daun Binahong. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dari FMIPA UNY, menemukan bahwa daun Binahong memiliki kandungan antioksidan, asam arkobat, total fenol, dan protein yang cukup tinggi.

Unggul daripada vitamin E Periset lain oleh dari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr Muhammad Da’i MSi Apt dan Devi Ristian Octavia meneliti kemampuan daun binahong menangkap radikal bebas. Mereka mengekstrak daun binahong dengan pelarut petroleum eter, etil asetat, dan etanol. Dalam uji itu, mereka membandingkan aktivitas penangkap radikal bebas antara binahong dan vitamin E. Nilai IC50 atau nilai penghambatan 50% radikal bebas pada vitamin E sebesar 18,03 µg/ml.

Hasil riset membuktikan nilai IC50 tertinggi adalah ekstrak etanol daun binahong, yaitu 49,29 µg/ml. Artinya kemampuan menangkap radikal bebas ekstrak etanol daun binahong hampir menyamai vitamin E sekalipun. Muhammad Da’i menduga kandungan senyawa aktif pada ekstak etanol daun binahong paling banyak dan aktif. “Etanol merupakan senyawa polar, sedangkan antiradikal umumnya dikarakterisasi oleh gugus senyawa fenolik yang juga bersifat polar, sehingga lebih banyak tersari,” ujar Muhammad Da’i. Dekan Fakultas Farmasi UMS itu menduga senyawa flavonoid yang paling berperan menangkap radikal bebas. Senyawa itu umumnya memiliki struktur fenolik yang bersifat antiradikal. Menurut Muhammad Da’i, binahong sebagai antioksidan memiliki manifestasi klinis yang luas, antara lain mengarah ke antikanker. “Ketika suatu radikal dapat menyebabkan karsinogenesis, antioksidan menghambatnya,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Selain flavonoid, daun binahong juga terbukti mengandung alkaloid, saponin, terpen, dan polifenol.

Peneliti di Universiti Malaysia Pahang, Sri Murni Astuti, membuktikan daun binahong berpotensi mengobati diabetes mellitus, hepatitis, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan pembekuan darah, serta stres mental dan fisik. Itu karena daun binahong mengandung saponin yang tinggi, yakni 28,14 mg per g daun. G.M.Gundidza, periset Fakultas Ilmu Kesehatan, University of Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan, meriset manfaat lain daun binahong, sebagai afrodisiak. Riset di berbagai lembaga itu memperkuat keampuhan binahong untuk mengobati berbagai penyakit. (Susirani Kusumaputri)

Cara Pakai Pengolahan daun Binahong untuk dijadikan obat alami atau obat tradisional biasanya dilakukan dengan cara mencuci daun terlebih dahulu hingga bersih, kemudian daun yang sudah bersih dicampur dengan air. Selanjutnya daun Binahong yang sudah dicampur dengan air diremas-remas kemudian air yang didapatkan disaring dan sudah dapat langsung dikonsumsi. Bisa juga dikonsumsi dengan cara di jus dicampur dengan buah-buahan serta madu Anjuran saya cukup dikonsumsi 2 lembar daun pagi dan 2 lembar malam. Pagi dalam keadaan perut kosong dan malam kira-kira 2 jam setelah makan malam dan usahakan setelahnya untuk tidak makan makanan yg berat.

Divisi:Magnoliophyta Kelas:Magnoliopsida Ordo:Caryophyllales Famili:Basellaceae Genus:Anredera Spesies:Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

Referensi: Wikipedia, Herbal Binahong

Tuesday, November 6, 2012

BUNGLON POHON DAN BUNGLON KEBUN

Berbicara Bunglon sebagai orang awam tahunya hanya sebagai kadal yang pandai merubah warna kulit dan pemanjat handal, padahal Bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes, Aphaniotis dan juga saudara dekatnya yakni cicak terbang (Draco) serta Soa-Soa (Hydrosaurus). 

Colates Versicolor

Dari sekian macam bunglon yang sering kita jumpai adalah bunglon kebun Colates versicolor. Bunglon kebun ini bisa mengubah-ubah warna kulitnya (mimikri), meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon (suku Chamaeleonidae) bahkan juga tidak sehebat bunglon pohon. Biasanya berubah dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman. 

Bronchocela jubata


Bunglon merupakan sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Banyak orang yang mengartikan bahwa bunglon mengubah warna kulitnya sebagai kamuflase atau respon terhadap musuh dan bahaya. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Bunglon memang memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulitnya. Tetapi, bunglon tidak bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan hanya ke warna-warna tertentu saja. 

Lalu, mengapa bunglon dapat mengubah warna kulitnya? Tentu saja hal ini didukung oleh adanya fungsi dalam tubuh bunglon yang mendukung fungsi tersebut. 

Bunglon memiliki sel-sel warna di bawah permukaan kulitnya yang transparan. Di bawah lapisan ini terdapat dua lapisan sel yang mengandung pigmen berwarna merah dan kuning (juga disebut chromatophores). Di bawahnya lagi ada lapisan sel yang merefleksikan warna biru dan putih. Lalu di bawahnya lagi ada lapisan melanin untuk warna coklat (seperti yang dimiliki manusia). Perubahan warna kulit bunglon dipengaruhi oleh sinar matahari, suhu dan mood (perasaan) seperti kondisi senang atau terancam. Di saat Bunglon merasa terancam , ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan 

Dari sisi perilaku kedua jenis bunglon ini sama saja hanya saja jika keduanya bertemu dalam satu wilayah perburuannya, maka bunglon kebun/taman ini lebih agresif. Begitu pula dengan perkembangbiakan dari bunglon taman ini lebih sukses dibanding kerabatnya tersebut, sehingga di wilayah-wilayah perkotaan yang lahan tamannya terbatas populasi bunglon kebun ini lebih dominan dari pada jenis lainnya. 

Bunglon yang kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun dan pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya, namun dengan segera berlari menuju pohon terdekat. Reptil ini memangsa berbagai macam serangga yang dijumpainya: kupu-kupu, ngengat,capung, lalat dan lain-lain. Untuk menipu mangsanya, bunglon ini kerap berdiam diri di pucuk pepohonan atau bergoyang-goyang pelan seolah tertiup angin. Sering juga bunglon surai terlihat meniti kabel listrik dekat rumah, untuk menyeberang dari satu tempat ke tempat lain.

Bunglon bertelur di tanah yang gembur, berpasir atau berserasah. Seperti umumnya anggota suku Agamidae, induk bunglon menggali tanah dengan mempergunakan moncongnya. Kulit telurnya berwarna putih, lentur agak liat serupa perkamen. Sebuah pengamatan yang dilakukan di hutan Situgede, Bogor mencatat bahwa telur bunglon surai dipendam di tanah berpasir di bawah lapisan serasah, persisnya di bawah semak-semak di bagian hutan yang agak terbuka. Telur sebanyak dua buah, lonjong panjang lk. 7×40 mm, diletakkan berjajar dan ditimbun tanah tipis. Di Gunung Walat, Sukabumi, didapati telur yang diletakkan di lapisan humus yang halus di tengah-tengah jalan setapak. Bunglon atau londok (bahasa Sunda) adalah sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae

Kadal lain yang masih sesuku adalah cecak terbang (Draco spp.) dan soa-soa (Hydrosaurus spp.). Bunglon ini menyebar di pulau-pulau Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.

Referensi: Foto FOBI,dan Wikipedia