Sunday, September 9, 2012

NGENGAT DAN KUPU-KUPU


Gbr. Kupu-Kupu

Kebanyakan orang masih bingung membedakan Ngengat (Jawa: Kupu-Kupu Gajah, Bali: Kupu-kupu Barong, Sunda: Rama-rama) dan Kupu-Kupu, jarang sekali orang menyebut serangga ini Ngengat tetapi Kupu-kupu. Serangga ini baik Kupu-kupu maupun Ngengat sama-sama memiliki sayap yang cantik, begitu juga saat menjadi larva tidak ada perbedaan yang mencolok antara Ngengat dengan Kupu-kupu, maklumlah masih satu Ordo Lepidoptera.

Perbedaan yang mencolok dari kedua jenis serangga ini sebetulnya dapat kita lihat ketika sudah tidak berbentuk larva (ulat). Pertama Kupu-Kupu berbelalai sedangkan Ngengat tidak. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan ngengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Disamping itu pada Kupu-Kupu ketika hinggap/beristirahat kedua sayapnya akan dikatupkan ke arah atas, namun pada Ngengat kedua sayap akan tetap terbentang melebar seperti foto di bawah ini.

Namun demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005).

Beberapa larva ngengat pada keluarga Tineidae memiliki pola makan yang cukup spesifik, biasanya memilih pakaian yang terbuat dari serat hewan, seperti sutra, wol, kasmir, angora atau bulu, bahan-bahan yang mengandung keratin. Keratin terdiri dari protein struktural berserat yang juga dapat ditemukan pada kulit dan rambut kita. Larva ngengat kadang-kadang akan memakan kulit dan bulu, bahkan kain pembalut dan hairballs pada rambut manusia atau hewan peliharaan.

Begitu pula dengan Ulat punggung berlian, ulat pemakan daun, ulat daun kubis, ulat tritip juga seringkali meresahkan petani, karena daun yang dimakan oleh larva ngengat punggung berlian dapat membuat tanaman brassica tidak laku dijual.

Ngengat dapat menghasilkan sekitar 50-350 telur dengan panjang sekitar 1 mm, kuning cerah dan menjadi lebih gelap saat akan menetas. Mereka ditaruh di satu bidang atau dalam kelompok-kelompok kecil terutama di bagian bawah daun. Pada tahap pembibitan, telur ditaruh di pada daun biji.

Larva yang baru menetas bersembunyi ke dalam daun. Kegiatan makannya meninggalkan pola bergaris pada permukaan daun. Larva yang lebih dewasa, yang biasanya berwarna hijau keabu-abuan dan berubah menjadi hijau cerah, akan memakan permukaan daun. Larva tidak memakan urat daun, hanya jaringan di antaranya, membuat efek “jendela” pada tanaman yang mengalami serangan serius. Larva meliuk dengan cepat saat diganggu dan bergantung pada utas sutra. Larva dewasa membentuk kepompong berwarna hijau muda atau coklat muda di dalam gulungan sutra pada batang atau bagian bawah daun.

Larva bisa memakan tanaman kubis pada semua tahap pertumbuhan. Serangan paling merusak saat tanaman masih muda atau pada tahap menguncup. Ngengat tidak menyebabkan kerusakan langsung terhadap kepala saat hadir, tetapi merusak daun pembungkus, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi hasil panen, tetapi bisa mengurangi nilai panen.

Ngengat cukup tahan banting dan lebih tidak rentan pada pembasmi hama dibandingkan nyamuk dan lalat.

Beberapa ngengat namun juga berguna dan diternakan seperti contohnya ulat sutera, larva dari ngengat domestik Bombyx mori. Ulat sutera diternakan untuk diambil kepompongnya. Tidak semua sutra diproduksi oleh Bombyx mori kaena ada beberapa spesiesSaturniidae yang juga diternakan untuk sutranya seperti ngengat Ailanthus (anggota dari kelompokSamia cynthia ), Ngengat Sutra Ek Cina (Antheraea pernyi), the Ngengat Sutra Assam (Antheraea assamensis), dan Ngengat Sutra Jepang (Antheraea yamamai).

Ulat mopane, ulat dari Gonimbrasia belina, dari keluarga Saturniidae, merupakan salah satu sumber makanan di Afrika Selatan.Perlu dicatat bahwa ada beberapa ngengat dewasa namun tidak memakan bahan kain, seperti ngengat besar seperti Lun, Polyphemus, Atlas, Prometheus, Cercropia, tidak mempunyai mulut dan mereka meminum nektar untuk makanannya.

Musuh Alami
Larva dan telur ngengat punggung berlian memiliki musuh predator umum (laba-laba, kumbang tanah,kumbang buas dan sayap jala) serta penyakit jamur pembunuh serangga. Tawon parasit Diadegma semiclausum dan D. collaris telah didatangkan dan berkembang biak dengan baik di daerah dataran tinggi. Tawon-tawon ini membantu mengendalikan hama tetapi mereka ikut mati pada saat penggunaan insektisida berspektrum luas.




Pengendalian Ngengat Yang Ramah Lingkungan
1.Memeriksa keberadaan telur merupakan cara mengetahui potensi tekanan dari larva. Hanya
2.pohon yang terkena larva dicatat sebagai terserang hama karena insektisida tidak mematikan telur.
3.Jangan mencoba mengatasi ngengat dengan insektisida.
4.Bila tanaman yang terserang hama lebih dari 10%, insektisida mungkin diperlukan.
5.Hindari insektisida yang mengandung piretroid sintetik (seperti Ambush, Fastac, Sumicidin) atau organofosfat (seperti Curacron, Diazinon, Tokuthion), karena dapat membunuh musuh alami hama.
6.Gunakan insektisida selektif yang kurang berbahaya bagi musuh alami: Bacillus thuringiensis atau Bt (seperti Bacillin, Bite, Dipel), abamektin (seperti Amect, Mitigate) atau spinosad (seperti Success, Tracer). Insektisida ini membunuh larva bukan telur dan harus digunakan saat larva masih kecil.
7.Hancurkan sisa tanaman sesegera mungkin setelah panen.

Referensi:
1. Kompas.com
2. wikipedia
3. lain-lain